Cemud #2
Masih lanjut topik Cemud alias cerita mudik nih. Berhubung mudiknya terbilang jarang, jadi sejak jauh hari biasanya sudah punya angan-angan tentang hal-hal yang ingin dilakukan di rumah. Namanya angan-angan, tidak disusun sistematis seperti halnya itinerary sih. Mikirnya, fleksibel aja lah. Soalnya masih ada anak kecil, seringkali ada keadaan di luar rencana.
Seperti saat dua kali mudik sebelum mudik yang kemarin. Di sana, Elo selalu demam dan jadinya rewel terus. Mungkin karena kecapekan dan pergantian udara yang cukup ekstrim. Alhasil, seringkali angan-angan tinggal angan-angan. Saat libur sudah habis, eh banyak keinginan yang belum terlaksana.
Jadi pengin review : mudik dari tahun 2010 - 2017, secara garis besar ada perubahan agenda atau begitu-begitu saja? Coba saya list yaaa...
Bertemu Uti (mertua) dan Upi (emak).
Ini jelas agenda yang pertama dan utama. Saat menikah, saya dan BJ sama-sama hanya tinggal memiliki orangtua perempuan. Itu berarti Ale dan Elo hanya punya nenek. Berhubung rumah Uti dan Upi lumayan berjauhan (beda kabupaten), jadi kami biasanya membagi dua waktu liburan. Dulu, biasanya jadwal liburannya adalah dari Medan – Klaten – Temanggung – Klaten – kembali Medan. Tapi, sejak keluarga Temanggung bisa mengantar langsung ke bandara, peta liburannya jadi sedikit berubah : dari Medan – Klaten – Temanggung – Medan tanpa ke Klaten dulu.
Saat Uti masih sehat, tiap mudik kami pasti bersama-sama ziarah ke makam bapak (mertua) di Kulonprogo. Tapi hampir dua tahun ini Uti stroke dan tak bisa berjalan. Alhasil, tak ada lagi acara nyekar bersama Uti. Sekarang, kalau di Klaten, kami banyakan di rumah saja menemani Uti. Ada sih pergi-pergi, tapi yang dekat-dekat dan tak lama-lama.
Beda cerita kalau di rumah Upi. Rasanya malah pergi-pergi melulu. Alhasil, rumah malah seperti tempat transit doang. Dalam sehari, ada saja keluar rumah. Tapi, tetap ada kok moment-moment ngobrol dekat dan penting dengan Upi (padahal bilangnya alasan utama mudik adalah ketemu orangtua ya..hehehe).
Ketemu keluarga/saudara.
Biasanya sih kami mudik saat Natal atau Lebaran. Jadi, itu memang moment yang pas untuk ketemu-ketemu dengan saudara-saudara dalam lingkaran keluarga besar. Kalau Natal, biasanya sudah ketemu banyak orang di gereja. Dua kali Natal terakhir juga ada pertemuan keluarga besar. Sementara, kalau Lebaran, kami nggak berjumpa orang-orang saat shalat ied (ya kan kami nggak ikut shalat). Tapi kami biasa berkunjung maupun dikunjungi saudara-saudara. Hal seperti ini nggak aneh bagi keluarga besar kami yang berbeda iman. Saling menghargai sudah menjadi keseharian.
Untuk keluarga inti, saya hanya dua bersaudara dan kakak yang tinggal di dekat Upi. Kalau kami mudik, sudah deh anak-mantu-cucu Upi lengkap berkumpul. Berbeda dengan keluarga BJ yang empat bersaudara dan tinggal berlain-lainan kota meski masih sama-sama di Jawa Tengah. Waktunya tidak selalu match untuk lengkap berkumpul bersama-sama di rumah Uti.
Ketemu teman.
Dulu, saya nggak pernah punya agenda khusus untuk ketemu teman-teman. Tapi setelah teman-teman SMP bikin grup Whatsapp (dan selalu ramai), saya jadi selalu menyempatkan untuk kopdar. Kalaupun tak bisa kopdar dengan banyak teman, setidaknya ketemu dengan beberapa di antaranya. Demikian halnya dengan BJ. Dulu biasanya dia hanya ketemuan dengan teman-teman dekat. Setelah grup whatsapp marak, dia jadi ada agenda ketemuan dengan teman SMP dan SMA.
Jalan-jalan.
Yang ini maksudnya jalan-jalan ke tempat wisata. Mudik saat Ale kecil, kayaknya kami jarang deh jalan-jalan yang begini. Mungkin karena saat itu sarana jalan-jalannya (kendaraan) belum ada. Jadi, kalau mau pergi bener-bener harus diniatkan, misal dengan rental kendaraan. Belakangan, kendaraan bukan lagi soal. Jadi, bisa saja pergi-pergi begitu saja. Semudah “ayo-ayo di pagi hari”, terus jadi deh pergi. Seringkali, bepergian yang spontan-spontan begitu malah terlaksana. Sementara, kalau direncanakan malah akhirnya batal.
Memang jadinya bukan pergi-pergi ke tempat-tempat yang jauh. Padahal, saat-saat ini, di seputar Jateng – Jogja sudah buanyak sekali destinasi wisata baru. Tapi entah, rasanya belum ada niat untuk pergi-pergi jauh. Penginnya yang dalam sehari bisa pulang-pergi. Jadi, jangan tanya destinasi wisata baru yang hits di media massa maupun media sosial yah. Soalnya, jalan-jalan ke tempat-tempat yang dekat saja sudah bikin hepi J
Kulineran.
Jawa – Sumatera, dibilang jauh ya jauh, dibilang dekat ya dekat. Setidaknya, dalam hal makanan. Cita rasa khas masakannya sudah berbeda. Tapi bahan dan bumbu masih banyak yang sama. Makannya pun masih sama-sama pakai nasi. Alhasil, tinggal di Medan tidak butuh adaptasi drastis soal makanan. Kalau nggak suka masakan luar, masih gampang cari bahan untuk masak sendiri. Bedalah kalau baca cerita orang-orang yang tinggal di negara-negara yang jauuuuuuh. Susah atau bahkan mustahil untuk ketemu rumah makan Indonesia. Sementara, untuk bikin masakan Indonesia, bumbu dan bahannya hanya bisa dibeli di toko tertentu.
Di Medan, banyak sih tempat makan berlabel masakan khas Jawa. Meski demikian, rasanya jarang yang bener-bener sesuai ekspektasi lidah kami (lidah kampung sih). Bagaimanapun, supaya lebih diterima, rasa masakan sudah disesuaikan dengan selera Medan. Ada juga masakan yang banyak di Klaten/Temanggung tapi di sini tak ada (atau belum kami temukan tempatnya?). Jadilah, tiap mudik maunya makan ini itu untuk memenuhi rasa kangen. Kalau di Klaten, yang dicari adalah sop ayam, soto bening, dan lain-lain. Sedangkan di Temanggung, menu yang dikangeni adalah bakso uleg, tahu kupat, sate kambing, dan lain-lain. Bukan menu aneh-aneh sih, tapi acaranya jadi makan melulu hihihi.
Mancing.
Yang ini bukan agenda keluarga, melainkan agenda khusus BJ. Tiap di Klaten, BJ selalu ada semalaman mancing di Rawa Jimbung bersama sahabatnya. Ikut? Haha, malessss. Cukup kasih izin dengan cinta dan doa saja :D
***
Sepertinya itu aja sih agenda tiap mudik. Tak banyak berubah kecuali belakangan bertambah agenda ketemu teman-teman. Meski demikian, mudik tak pernah membosankan. Bagaimana kalau mudiknya teman-teman?
(Lsd / dailywife@gmail.com)
Memang begitu ya, mudik itu asyik. Yang jelas sudah bertemu berkumpul bersama keluarga itu sangat amat menyenangkan. Terlebih bisa mancing, beuh. Asik, habis itu bisa tuh dibakar atau digoreng bareng, makan bareng. Ajip banget pasti, karena rasanya akan lebih dengan adanya kebersamaan :)
BalasHapus