Baymax, robot impianku. Pic by www.whisper.sh |
Huft....berminggu-minggu terjebak dalam zona malas yang
teramat sangat. Malas mengurus blog, malas belajar, malas belanja, malas
menabung, malas eksekusi ide-ide, et te ce. Rutinitasku adalah pekerjaan-pekerjaan
domestik dan itu semata-mata karena HARUS. Harus siapkan makanan, harus
beres-beres rumah, harus antar jemput anak, harus temani belajar. I did it all
like a robot..
Aku sampai berpikir, “ini kenapa yah?”
Berhubung tugas utama, yakni urusan domestik nggak
terbengkalai (walau sadar banget hanya beres dalam ukuran minimalis), jadi
suami enggak protes (atau mungkin menyimpan protes dalam hati). Di luar itu, nggak
ada bos, nggak ada atasan, jadi nggak ada teguran akibat kemalasan ini. Juga
nggak (terdengar) ada teman-teman yang nyinyir (atau peduli?) dengan betapa saya
slow motion.
Semua tampak biasa, aman terkendali, kecuali suara dari
alter-ego yang terus saja berisik, “jangan males terus dooong! Up dong! Dong!
Dong! Buah kedondong!.”
Kalau cuma sehari dua hari, bermalas-malasan mungkin bisa
menyegarkan jiwa dan raga. Tapi kalau sampai berhari-hari dan tak ada batas
waktunya, dampaknya justru merusuhkan jiwa (raga sih rasanya sehat-sehat saja).
Mau tak mau, selain berpikir, “ini kenapa yah?”, aku jadinya juga mikir, “aku
waras nggak sih? Apa diam-diam ada gangguan jiwa?” Yups, sampai sedalam itu
mikirnya. Gangguan jiwa kan macam-macam intensitasnya. Gangguan jiwa tak selalu
berarti gila (dalam artian umum). Mana tahu aku sedang terkena gangguan jiwa
tahap ringan?
Yayaya... iya sih. Sebenarnya ada beberapa situasi yang
belakangan ini agak mengganggu. Jadi, bohong banget kalau aku bener-bener
bertanya “ini kenapa sih” dengan ketidaktahuan 100 persen. Cuma, aku malah
jengkel sendiri karena situasi itu seharusnya tak mengganggu. Situasi yang
bahkan aku sendiri bilang “ya elaaah, gitu aja...”. Tapi ternyata aku memang
terganggu. Kabar buruknya, justru karena merasa “gitu aja”, aku jadi malah nggak bisa
curhat ke siapa-siapa. Meski tampak ekstrovert, tapi sebenarnya aku nggak sepenuhnya bisa bocor soal apapun. Ada hal-hal yang seringnya aku nggak bisa cerita.
Jadilah pagi ini, usai berdoa aku iseng googling “cara mengatasi
malas.” Huwaaaa, tahu sih, dengan
keyword itu pasti ketemunya tips-tips mainstream. Tips yang seharusnya aku
sudah tahu. Sementara, yang aku butuhkan adalah “bom” yang bisa
memporak-porandakan kemalasan ini. Atau setidaknya petasan deh.
Robot lagi browsing. Pic by www.humortimes.com |
Huhuhu, iyaaa... ini harapan yang bisa jadi salah. It’s like
sakit, sebut saja sakit maag akut, dan cuma berharap mujizat kesembuhan. Di sisi
lain, sakit maag itu butuh atur pola hidup (bukan cuma pola makan) lain guna mendukung
penyembuhan.
Jadi ya sudah deh, googling saja, mana tahu dapat
pencerahan. Jangan suka under estimate sama hal-hal mainstream #selftalk.
Dan memang, segala sesuatu seringkali terjadi sesuai
persangkaan. Begitu googling, halaman pertama ya memang tips-tips umum. Bahkan
ada artikel yang mirip banget (mungkin tadinya copas terus dimodifikasi). Tips
itu antara lain (aku re-write dengan modifikasi) :
- Berdoa
- Ingat tujuan (jangka pendek maupun panjang)
- Ingat keterbatasan hari-hari kita di dunia (tip relijius)
- Ingat orang-orang yang kita sayangi
- Olahraga (men sana in corpore sano)
- Perhatikan asupan makanan
- Buat agenda harian yang spesifik dan jelas
- De es be
Yesss, temen-temen DW juga tahu poin-poin itu kan? Poin-poin
yang sangat umum. Berhubung masih terlilit malas, aku nggak lanjutin browsing
atau mencari dengan kata kunci lain. Karena, mau nemu artikel yang nggak
mainstream pun, kuncinya ada pada aku sendiri. Mau berubah nggak? Mau berjuang
nggak untuk keluar dari lilitan tali malas ini? Huft....
Yang aku bayangkan dalam situasi ini adalah “mummy
karikatural”, misalnya dalam film kartun Tom and Jerry. Sesosok tubuh yang
rapat terlilit pita-pita. Beku. Stagnan. Tak bisa bergerak. Kalau mummy betulan
kan memang jasad mati, jadi nggak masalah. Tapi kalau kita masih hidup dan
dibebat seperti mummy.... oh jelas itu masalah!!!
Aku tak ingin menyalahkan siapapun atau apapun. Jangan seperti Kotaro Minami yang lagi sensi :
pahlawan generasi 80-an ^-^. Pic from Twitter |
Mau segambreng kata-kata motivasi, tetap saja kuncinya
adalah diri sendiri. Daripada seperti Kotaro Minami yang di atas, lebih baik
seperti Kotaro Minami yang di bawah. Kalimat yang legend itu :
Pic by www.socimage.com |
Jadi, hari ini, aku memaksa diri, mencoba memulai lembaran baru lagi #eaaaaa. Percuma
baca sekian tips dan teori kalau dari diri aku sendiri nggak mau bergerak,
nggak mau berubah.
Dan mestakung itu memang benar. Setelah menetapkan niat,
Puji Tuhan, terasa ada perubahan. Kemarin-kemarin rasanya susaaaah banget buat
nulis. Puji Tuhan siang ini jadi tulisan (meski itu nulis-nulis yang
sekedarnya, entah ada faedahnya atau tidak –LOL-). Puji Tuhan juga nggak cuma
nulis dan mengendap di laptop, tapi juga memublikasikan di blog ini.
Ada yang baca dan terinspirasi, puji syukur. Kalaupun
sepi-sepi saja, tetap bersyukur. Setidaknya, ada satu langkah kecil untuk
keluar dari lilitan malas sebelum dia semakin ganas.
Mbak Lisdha ..kok samaan kita, biasa sudah posting apalah-apalah awal April kmren malesnya minta ampun, sampe baru 2 tulisan. Tapi setuju sekali kalo kita tidak berubah maka kita akan kalah, kayak kata si Kotaro Minami..:D
BalasHapusAyolah, semangat kita...!!
makasih supportnya mba diaan. membalas ini pukul 00.28 habis bikin postingan baru. kayaknya kalap sehabis malas hahaha.
Hapus