pic by radarlombok.com (edited) |
Menepati janji buat bikin lanjutan postingan tentang SIM
online. Judulnya tetap masih pakai
kurungan kata yang dikurung dan bernada kebelum-pastian. Jadi memang,
nanti akan ada part-3 yang adalah seri terakhir dan saya harap happy ending.
Kalau part-nya lebih panjang ntar saingan sama drakor :D
Mesti ada part lanjutan karena, apa hendak dikata, SIM C
baru-nya belum jadi sodara-sodara. Saya terganjal aturan yang saya enggak tahu,
yakni rentang waktu perpanjangan SIM adalah H-14 hingga hari H tanggal
kadaluwarsa.
Ternyata slogan “lebih cepat lebih baik” tidak bisa
diterapkan di kasus ini.
Kemarin kan saya berpikir, lebih baik kalau perpanjangan lebih dini (SIM
saya akan expired medio Februari 2019). Terus dua tahun lalu (saya sempat
bilang ke teman kalau setahun lalu), di bulan Mei BJ bisa perpanjang SIM yang
baru akan habis di September. Entah karena sudah ganti kebijakan, entah BJ lagi
beruntung. Pokoknya saat itu BJ bisa dapat SIM baru. Tapi memang kasus kami
beda sih. BJ memperpanjang SIM di Temanggung (dan KTP juga Temanggung).
Sementara saya (juga masih KTP Temanggung) memperpanjang SIM di Medan. Saat registrasi online di web korlantas, juga nggak ada keterangan harus minimal 14 hari.
At least, ada hal yang bikin tenang, yakni satu, pada
intinya Satlantas Polrestabes Medan sudah bisa melayani pembuatan SIM online.
Dua, saya tidak perlu daftar online lagi. Tiga, saya nggak perlu cek kesehatan
lagi (karena hari ini saya sudah dapat cek). Empat, tidak masalah kalau saya
datang di H-14 sampai dengan hari H (yang mana itu adalah minggu pertama dan
kedua Februari) meski di berkas registrasi online saya ada tertulis periode
pengurusan SIM yakni 19 – 25 Januari.
Jadi urutan cerita Senin (21/1) kemarin adalah, pagi sekitar
ukul 8.30 saya berangkat dengan Elo naik go-car. Maunya saya sih naik go-ride
biar cepet, tapi itu bocah masih ngantuk jadi pengen tidur di mobil. Oke baek-lah...berdoa
saja dalam hati supaya nggak banyak macet di jalanan Medan. Takutnya, makin
siang makin antre. Tujuan pertama adalah ke klinik untuk cek kesehatan. Sesuai
rekomendasi di web korlantas adalah klinik bersama di depan Polrestabes Medan.
Sampai di situ kurang lebih pukul 09.30. Di luar tampak
lengang, nggak ada tampak antrean panjang (padahal sempat mikir, hari Senin pasti ngantre panjang). Juga nggak ada calo-calo memepet-menawarkan jasa
seperti yang saya khawatirkan. Di dalam klinik ada antrean, tapi enggak banyak.
Jadi saya cepet dapat giliran. Jujur saja, saya sudah lupa gimana-gimana dulu
proses bikin dan perpanjang SIM. Lagipula dulu pasti dikawani saudara yang
lebih paham soal per-SIM-an. Jadi meski ini perpanjangan tapi serasa pengalaman
baru buat saya.
“Cek kesehatan”-nya simpel bangeeeet (that’s why saya kasih
tanda kutip). Prosedur yang saya jalani cuma pengukuran tekanan darah, ditanya
tinggi dan berat badan (iya ditanya! Bukan diukur dan ditimbang), serta tes
buta warna dengan membaca tiga lembar angka. Mungkin cuma butuh waktu lima
menit, bayar Rp 30.000, langsung deh dapat berkas tes kesehatan berwarna pink.
Kirain bakalan ada pertanyaan-pertanyaan yang mengarah ke
kesanggupan seseorang dalam menjalankan kendaraan. Misalnya saja pertanyaan,
pernah sakit berat? Ini pertanyaan simpel tapi kan mengarah ke gimana sih
kondisi tangan, kaki, dan kemampuan anggota badan buat menjalankan kendaraan. Terus
misalnya juga ada pertanyaan atau test daya lihat (minus/plus/silinder).
Gimana kalau misal kita punya masalah kesehatan yang bisa
mengganggu dalam berkendara? Misal tangan dan kaki suka tremor atau pandangan
sudah amat sangat kabur? Haha, mbuh-lah. Saya juga bingung sih, kalau memang
ada tes kesehatan yang serius, mungkin banyak orang nggak bakalan lulus dan lalu
membuka peluang praktik suap.
Intinya sih, cek kesehatan cuma formalitas. Usai dapat
kertas pink, saya langsung naik go-ride ke Satlantas Medan di Jalan Adinegoro.
Nggak seperti hari Sabtu yang lengang, kemarin pagi situasi jalan di depan
satlantas sudah cukup ramai (apalagi sudah sekitar pukul 10.00). Nggak ada calo
yang nyamperin saya buat nawarin jasa. Di tulisan kemarin saya kan sempat
berprasangka buruk soal calo. Makanya pas pergi pun sudah siap-siap mental buat
menghadapi mereka. Tapi ternyata baik di klinik maupun di satlantas, nggak ada
calo nyamperin menawarkan jasa.
Atau mungkin para calo pada tiarap dan benar-benar cari
celah aman. Sebab, selain ada tulisan HINDARI CALO segede gaban di halaman
satlantas, juga ada petugas yang secara periodik jalan bawa megaphone ngingetin
supaya pembuat SIM jangan pakai calo. Dari dalam juga terdengar rekaman suara
yang memberikan arahan serupa. Jangan segan bertanya pada petugas. Jadi
kesimpulan sementara saya, di Sabtu banyak calo karena mereka memanfaatkan
orang-orang yang kecele. Sudah datang eh ternyata tutup trus si orang itu nggak
bisa ngurus di hari lain atau memang nggak mau repot. Entahlah, sudah
bener-bener bersih dari calo atau tetap masih ada. Kan supply itu bisa kontinu
kalau ada demand, ya nggak?
Tapi kalaupun ada calo, saya sudah berniat nggak akan pakai
jasanya. Saya langsung antre ke resepsionis yang dijaga seorang polwan setengah
baya. Ibu polwan langsung menjelaskan kalau saya nggak bisa mengurus SIM hari
itu dengan alasan yang sudah saya tulis di awal tulisan tadi. Si ibu juga
bilang kalau saya nggak perlu test kesehatan lagi. Yaw-dah, balik aja deh.
Nggak pakai lama, saya pesen go-ride tapi begitu ojeknya datang malah jadi
kepikiran beberapa pertanyaan lagi. Alhasil ojek saya batalin dan saya kembali
masuk. Yang jaga resepsionis sudah bukan bu polwan melainkan bapak polisi. Dari
si bapak saya dapat arahan untuk cek entry data ke dalam. Soalnya, kata beliau,
meski sudah daftar online kadang ada kasus data belum masuk (mungkin karena
sistem error).
Hmmmh... saran penting nih. Bakalan bete kan kalau dua
minggu lagi dateng dan ternyata ada masalah di entry data. Saya masuk ke dalem,
celingak-celinguk cari bagian entry data dan berhasil menemukannya setelah
nanya petugas hehehe. Dan yess, data nggak masalah. Saya coba mendesak lagi
buat urus SIM hari itu juga. Tapi ibu polwan di bagian data tetap bilang nggak
bisa sambil minta maaf ^-^.
Ah ya uwis lah. Mungkin memang sudah jatahnya kami buat
kembali lagi ke satlantas (heaaaa pasrah banget hihihi). Toh saya juga ada
waktu buat datang lagi. Elo juga hepi-hepi aja diajak serta. Selain ada banyak
liu-liu (mobil ber-lampu sirine), juga ada test-drive bagi mereka yang
mengajukan pembuatan SIM baru. Selain itu.....juga ada vending machine. Hehehe,
Elo memang masih saja antusias dengan mesin jualan minuman ituuuu.
Dari proses ini ada beberapa catatan saya. Mudah-mudahan
berguna bagi temen-temen yang hendak mengurus SIM online. Kalau-kalau juga bisa
jadi masukan bagi manual registrasi web korlantas polri.
- Pilih tanggal pengurusan di rentang H-14 hingga hari H batas SIM kadaluwarsa. Di web korlantas, milih tanggal berapa saja memang akan diakomodasi. Tapi kalau memilih hari jauh sebelum H-14, bisa jadi tetap nggak bisa ngurus meski sudah datang ke satlantas. Dan mending jangan mepet-mepet hari kadaluwarsa. Supaya kalau ada masalah masih ada rentang waktu buat mengurusnya.
- Jangan pilih hari Sabtu meski sistem (web korlantas) juga bisa mengakomodasi, kecuali memang sudah benar-benar tahu kalau satpas yang dipilih memang buka di hari Sabtu. Saat registrasi saya pilih Sabtu dengan pertimbangan bisa diantar sama BJ. Plus saat buka web satlantas polda sumut memang ada layanan SIM di hari Sabtu. Tapi rupanya tak semua satpas buka layanan di hari Sabtu. Sementara menurut keterangan di web korlantas polri, pelayanan SIM online hanya bisa dilakukan di satpas yang dipilih saat registrasi.
Masih sekitar dua minggu lagi untuk saya kembali ke
Satlantas Polrestabes Medan. Belum pilih hari dan tanggal sih. Yang pasti nggak
akan datang di hari Sabtu hehehe. Wish me luck, biar happy ending
di part-3 nanti.
Hmm semoga aja di part 3 nya happy ending ya bun hehe
BalasHapustrimakasih mbak anisa. i hope so :)
HapusSemoga urusannya di permudah oleh Allah ya bun
BalasHapusmakasiih mba meiga.amiin
HapusJadi nggak sabar mau baca part 3 nya
BalasHapussaya janji share part 3-nya ya mbak alvi. trimakasihhh :)
HapusSemangat bunda, jangan patah semangat
BalasHapustrimakasih mbak sasa. haha, insyaallah enggak patah semangat. karena si bocil senang diajak ke satlantas :)
HapusTerima kasih informasinya, sangat membantu :)
BalasHapussama-sama mbak diana :)
Hapus