Bertualang Sejauh Ini (Undangan Part 1)





Meski ada menu “marriage” di blog ini, tapi ternyata aku sangat jarang  menulis tentang pernikahan :D. Yang aku ingat hanya satu tulisan. Yakni, saat media-media heboh menayangkan pernikahan Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution (haha, sudah lama ya...). Waktu itu aku menulis tentang pernikahanku yang juga menggunakan kereta kuda. Memang sama-sama kereta kuda, tapi beda jauhlah kondisinya. Kahiyang-Bobby naik kereta kencana yang jelas-jelas dipersiapkan. Sebaliknya, aku dan BJ naik dokar karena sebuah kealpaan :D



Setelah search dengan label  "pernikahan", ternyata ada beberapa tulisan lain. Tapi tetap saja tidaklah banyak. Dan ternyata duluuuu, aku juga pernah posting tentang undangan ini tapi dengan versi yang sedikit berbeda. Tapi nggak apa-apa sih posting lagi. Blog sendiri mah bebassss ^-^. 


Bulan depan (Desember), pernikahanku dengan BJ memasuki tahun ke-11 (Praise The Lord). Sebelas tahun, belum waktu yang sangat panjang untuk sebuah pernikahan. Tapi, harusnya sih sudah banyak yang bisa diceritakan di blog. Bike-lah, aku berjanji (pada diri sendiri) untuk lebih banyak menulis tentang topik ini.  

Jadi, anggaplah tulisan yang ini sebagai starting point ^-^.  Meski sebenernya ini bukan tulisan baru sih. Melainkan ketik-ulang dari tulisan di undangan pernikahanku duluuuu (iya, beneran ketik ulang karena aku sudah nggak punya soft-filenya dan aku juga un-install aplikasi “text fairy” yang bisa memindai hardcopy menjadi softcopy).

Ini undangan  murah meriah karena dulu cuma dicetak black and white pada kertas putih (yang sedikit lebih besar dari ukuran folio itu ukuran apa yah? A3-kah?). Tadinya sih didesain full-colour sama Mas Kartiko (thanks  a lot bro). Tapi pas itung-itungan budget di tempat cetak, jadinya cetak non-colour yang jauh lebih hemat :D. Jadi murah itu juga karena selain designnya, fotonya juga free. Padahal, kalau diitung level profesionalisme fotografer, photo-shoot untuk undangan ini harusnya mahal (big thanks sist AUM). Hihihi, pengantin minim modal ini mah ya...

Meski undangan dengan cetak bersahaja, tapi aku kasih bingkai dan kupasang di dinding. Setiap kali dengan seksama membaca tulisan di undangan ini, rasanya selalu diingatkan tentang semangat mula-mula dalam pernikahan. Ini penting (buatku). Karena fakta membuktikan, banyak hal yang sangat-amat potensial memudarkan cinta-kasih pasangan menikah. Bahkan tak sekedar pudar, tapi juga ambyar (menulis bagian ini otomatis jadi teringat kisah #layanganputus yang baru saja viral).

Oke, langsung saja ya ke tulisan yang di sebelah kanan. Ntar sambung tulisan di sisi kiri pada postingan selanjutnya.

---------------------------------------------------------------
SEBUAH PETUALANGAN

Apakah pernikahan? Seperti apakah dia sehingga banyak manusia menginginkannya. Sebaliknya ada juga yang takut atau sinis padanya.
Kau dan aku diperhadapkan pada sekian definisi tentang pernikahan. Kemarin-kemarin, definisi itu hanya sekedar kata-kata. Namun, kau dan aku kemudian peduli pada kata-kata itu ketika –seperti kebanyakan orang lainnya- kau dan aku juga diperhadapkan pada pernikahan.

Satu hal, kau dan aku tahu jika pernikahan akan mengambil sekian kau dan sekian aku. Kau dan aku akan menjadi kita atau kami dalam kehidupan sehari-hari.

Kita sama-sama belum pernah menikah sebelum ini. Cerita tentang pernikahan hanya pernah kita lihat atau dengar dari sekeliling. Kita kemudian membangun imajinasi bahwa pernikahan itu seperti gerbang menuju labirin panjang yang penuh dengan warna. Ah, menyusurinya tampak seperti sebuah petualangan.

Sejak dulu, kita sepakat jika petualangan adalah acara yang seru. Petualangan –entah direncanakan atau tidak- selalu identik dengan pemandangan dan pengalaman baru. Petualangan diwarnai bermacam cerita tentang semangat dan kegembiraan. Tapi ada juga kelelahan, bahkan mungkin juga putus asa. Jika dilakukan bersama, bisa jadi petualangan diwarnai perselisihan. Tapi itulah petualangan. Satu paket cerita yang terdiri dari bermacam warna.

Kita menyukai ide tersebut mesk kita bukan petualang dalam gambaran umum. Jelas saja, kita tidak seperti Christopher Johnson McCandless1. Kita juga bukan orang-orang yang beruntung terpilih sebagai presenter acara Jejak Petualang2 atau peserta The Amazing Race3.


(1.  Seorang Amerika (12 Februari 1968 – 8 Agustus 1992) yang memilih kehidupan “normal” untuk bertualang menuju Alaska. Kisah hidupnya sudah dibukukan dan dibukukan dengan judul “In To The Wild”
(2. Sebuah acara perjalanan ke berbagai tempat di Indonesia dan luar negeri yang ditayangkan di stasiun televisi Trans 7
(3. Reality show asal Amerika Serikat. Dalam acara ini, para peserta (biasanya satu tim terdiri dari dua orang) berlomba ke berbagai tempat di dunia, menerima berbagai tugas, lalu adu cepat sampai tujuan akhir. Pemenang akan mendapatkan hadiah. Aku sih seringnya nonton versi Asianya, yakni The Amazing Race Asia.

Masing-masing kita hanya pernah melakukan “petualangan kecil” seperti menjejakkan kaki di puncak beberapa gunung. Itu pun ketika kita belum bertemu dan menjadi kawan. Kata petualangan kecil sengaja kita beri tanda kutip karena itu hanya perjalanan singkat dengan peralatan, pengetahuan alam bebas, dan bekal logistik yang serba seadanya.

Sayangnya, “petualangan kecil” semacam itu sudah menjadi masa lalu. Sebenarnya kita sama-sama rindu untuk kembali menjalaninya. Namun, karena tak sungguh-sungguh merencanakan, kerinduan itu belum juga terwujud. Alih-alih serius mengagendakan perjalanan di alam terbuka, kita justru intens merencanakan pernikahan.

Hari-hari ini kita begitu penuh dengan semangat untuk segera memulai petualangan ini. Kita tidak menyangkal jika ada saja satu dua kekhawatiran menyelip di antara rerimbun semangat ini. Kekhawatiran berkata, pernikahan nyata tidaklah seperti Cinderella dan sang pangeran yang “hidup bahagia selama-lamanya”. Tetapi imaji kita tentang petualangan menjadi senjata ampuh untuk melawan kekhawatiran itu. Seperti kita sepakati, petualangan adaah satu paket cerita yang terdiri dari bermacam warna. Lebih dari itu, BAPA kita yang memberikan tiket petualangan ini sudah berjanji akan selalu menyertai.

--------------------------------

Hampir sebelas tahun aku dan BJ menikah, jelas saja sudah sekian cerita terangkai. Senang, sedih, atau biasa-biasa saja, silih berganti.  Puji Tuhan, “petualangan” kami jauh dari perselisihan yang dramatis. Tapi bukan berarti tak pernah ada rasa lelah yang kadang bikin apatis. Terlebih di sisi aku, yang dulu sering berpikir “ngapain menikah, kalau sendiri saja bisa hepi?” –sindrom perempuan mandiri :D.

Hari ketika memosting ini aku berpikir, dulu pede banget sih bikin undangan dengan konten begini? Tapi ternyata aku harus bersyukur sempat menulis ini. Tulisan pendek yang benar-benar menjadi pengingat bagiku, bahwa pernikahan adalah sebuah petualangan. Kadang mungkin capek, berselisih paham, bahkan sedikit nyasar, dan semacamnya. Tapi setiap lelah, kembali pada komitmen awal untuk bertualang bersama. Dan, satu hal yang TAK BOLEH TIDAK adalah menempatkan Tuhan sebagai Pemimpin  Utama petualangan panjang ini. Tanpa penyertaan-Nya, rasanya mustahil aku dan BJ bisa bertualang sejauh ini (*)


34 komentar untuk "Bertualang Sejauh Ini (Undangan Part 1)"

  1. Bagus Mbak ceritanya, semoga bisa langgeng sampai akhir hayat.

    BalasHapus
  2. Terimakasih banyak sudah berbagi informasi dari ceritanya ya Mbak, semangat terus dalam berkarya.

    BalasHapus
  3. Seru banget ya Mbak hehe, semoga bisa langgeng sampai akhir hayat ya Mbak.

    BalasHapus
  4. Dalam sebuah rumah tangga sudah pasti ada susah senangnya ya Mbak yang harus dilalui bersama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba sasa. kalau seneng terus atau sedih terus malah aneh kayaknya ya haha

      Hapus
  5. Saya adi inin ikut berpetualang juga nih Mbak, sudah lama gak jalan-jalan hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha..kalau petualangan yg ala tulisan ini sih ga jalan2 pun tetap petualanngan, mbak diana ^_^

      Hapus
  6. Wahh mba Lisdha siipp markosiipp banget artikelnya. Enlightening banget, karena memang merawat pernikahan bukan perkara mudah yaa

    BalasHapus
  7. Ikut berbahagia mak dengan usia pernikahan 11 tahun ..Smoga dilanggengkan dan dimudahkan dalam berpetualang bersama pasangan...

    BalasHapus
  8. Undangannya keren banget. Aku dulu juga desain dan ngeprint sendiri. Ada puisi singkat tapi tak secetar undanganmu

    BalasHapus
  9. Wah sebelas tahun! Aku belum ada setengahnya, Mbak. Rasa-rasanya aku harus berguru padamu Mbak, agar lebih menghargai arti dari pernikahan itu sendiri.

    BalasHapus
  10. barakallah mak buat usia pernikahannya yang menginjak 11 tahun, semoga selalu diberikan keberkahan pada Allah SWT, kebahagiaan, dan berjodoh Surga kelak.

    BalasHapus
  11. Aku termasuk yang meyakini, hubungan pasutri bagai tanaman yang harus dirawat.

    ... and it takes two to do it!

    Jangan pernah merasa bahwa salah satu pihak yang paling cinta.
    Harus sama-sama membutuhkan.

    Yup, bukan perkara mudah!
    Aku yang menuju 27 tahun juga masih terus belajar dan belajar :)

    BalasHapus
  12. Beda satu tshun sama aku mba,, samawa smp akhir ya,, semangat terus membagi pengalaman ya mba, kadang spun Kali nulis nunggu mood dulu baru lsncat

    BalasHapus
  13. ah keren mbak..aku malah jadi kepikiran, kenapa undanganku dulu nggak aku simpan ya..lumayan banget buat prasasti dan sejarah ke anak cucu..hahha

    BalasHapus
  14. Unik dan menimbulkan kenangan yang mendalam cerita undangannga . Selamat melalui bahtera sejauh 11 tahun, Mbak. Langgeng selamanya yaa :)

    BalasHapus
  15. Saya baru 8 tahun nikah. Pas nikah juga naik dokar sama suami hehe

    BalasHapus
  16. Bener mba, pernikahan adalah perjalanan ibadah juga yang mesti kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Pencinta. Nggak sekadar suka-sukaan, tapi bagaimana mengarungi segala macam permasalahan kehidupan secara bersama penuh kesetiaan. Semoga keluarga kita selalu dilimpahi keberkahan olehNya.

    BalasHapus
  17. 11 tahun, apa makna 11 tahun dalam pernikahan Mba? Kebayang ya pahit manisnya sudah dilalui bersama. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan ya Mba. Aamiin.

    BalasHapus
  18. Seneng banget bacanya. aura happynya menular.
    Selamat menginjak angka 11 dibulan 11 mba.
    semoga Allah berkahi terus yah. :)

    BalasHapus
  19. petualangan panjang yaaa. tak terasa udah belasan tahun loh. rasanya seperti baru kenal kemarin kan ya. hehe...semoga selalu sehat dan bahagia yaaa

    BalasHapus
  20. Waah..selamat, Mbak. Usia pernikahan sudah memasuki tahun ke 11. Semoga selalu bahagia, langgeng seterusnya.

    Menikah memang banyak banget petualangannya. Saya yang baru 2 tahun menikah juga sedikit demi sedikit merasakan warna-warninya menjalani rumah tangga.

    Yang penting kita yakin dan terus berdoa pada Tuhan ya. Semoga keluarga kita selalu dalam lindunganNya serta selalu mendapatkan berkah.

    BalasHapus
  21. Waah..selamat, Mbak. Usia pernikahan sudah memasuki tahun ke 11. Semoga selalu bahagia, langgeng seterusnya.

    Menikah memang banyak banget petualangannya. Saya yang baru 2 tahun menikah juga sedikit demi sedikit merasakan warna-warninya menjalani rumah tangga.

    Yang penting kita yakin dan terus berdoa pada Tuhan ya. Semoga keluarga kita selalu dalam lindunganNya serta selalu mendapatkan berkah.

    BalasHapus
  22. Keren loh idenya menuliskan undangan dengan detil yang unik gitu.
    Aku suka dengan perumpamaan pernikahan ibarat petualangan. Karena dari sana lah sepasang kekasih belajar tentang kehidupan, dan enggak tahu apa yang akan dihadapi nanatinya.

    Semoga tetap dalam naungan kasih sayang Tuhan Yang Maha Pengasih

    BalasHapus
  23. Pernikahan adalah babak baru kehidupan, kebayang dulu awal nikah msih suka kaget-kaget gitu. Apalagi waktu menikah saya dan suami gak langsung punya anak, jadi masih selalu jalan kesana kemari. Yang penting sih komunikasi kalau dalam hubungan suami istri itu penting banget.

    BalasHapus
  24. Pernikahan memang petualangan untuk mengurangi ego saling berjalan bersisian agar sepaham.

    BalasHapus
  25. Indah sekali, kak..
    Pernikahan yang diwarnai dengan banyak warna itu yang mendewasakan yaa...
    Semoga langgeng terus, kak Lisdha.

    BalasHapus
  26. Eh samaan Mbak pernikahannya masuk usia 11 ternyata kami juga. Semoga langgeng dan berkah ya. Saling mendoakan yang baik-baik.

    BalasHapus
  27. Bagus mb, tulisan semacam ini juga bisa untuk mengingatkan hakikat pernikahan yang kita jalani. Semoga langgeng dan selalu terjaga ya.. Tfs.. Sangat menginspirasi.

    BalasHapus
  28. Alhamdullilah pernikahan dengan warna dengan banyak hal, tanda sempurna mba. Moga langgeng until jannah ya, aamiin

    BalasHapus
  29. Aku juga ada label pernikahan..jarang nulisnya hahaha..

    Kenapa orang menginginkannya..menurutku karena itu sebuah fase yang dilewati dalam kehidupan..dan merasa ada yang kurang jika belum sampai pada tahap itu..

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)