Awalnya merasa cukup dengan berbagi cerita tentang Elo sampai part 2. Tapi rupanya tulisan kemarin memang agak menggantung endingnya. Alhasil jadi dapat pertanyaan-pertanyaan tentang situasi Elo sekarang ^-^
Puji Tuhan setelah lima kali datang ke klinik Dr Rochadi SpB. SpBA, Elo sudah baik. Perutnya yang semula menggembung sudah kempis dan dia mulai bisa beraktifitas seperti biasa. Pada usia 11 bulan -sebelum sakit, Elo sudah mulai belajar jalan satu sampai tiga langkah. Sejak sakit praktis dia stop belajar jalan. Jangankan jalan ya...buat berdiri saja lemes dumessss ^-^. Setelah mulai sehat, langsung deh mulai belajar jalan lagi, mulai lasak lagi :).
Selama pemulihan, Elo nggak dipantang makanan apapun sama dokter. Normal saja... namanya masih kecil makanannya juga belum macem orang dewasa. Makan masih nasi lembut, juga belum makan dengan rasa-rasa tajam yang bisa mengundang reaksi perut. Sama dokter cuma dianjurkan sering makan pepaya, tapi Elo nggak mau, jadi saya substitusi dengan buah sayur -intinya yang mengandung serat. Dokter juga cuma kasih vitamin biasa - yang bisa beli di sembarang apotik dengan harga terjangkau, bukan vitamin yang mesti resep dokter dengan harga wow (eh ada ya vitamin yang mesti pakai resep dokter? )
Tapi memang, saat-saat itu nafsu makannya belum kembali. Mungkin perutnya juga masih belum sepenuhnya enak. Jadi makannya sedikit-sedikit. Tetap bersyukur, masih ada makanan yang masuk. Daripada tidak mau makan sama sekali seperti saat opname. Memang tubuh Elo jadi tampak keciiil. Sudah dasarnya bukan chubby baby...eh sakit lama pula. Sebelum sakit berat Elo kurleb 8 kilogram dan saat sakit menyusut sampai 1 kg. Terbayang kan... usia setahun dengan berat 7 kg. Kecil bin mungil.
Tapi melihat dia tertawa-tawa bermain bersama Mas Ale juga kakak-kakak sepupunya, selalu rasa syukur itu mengembang. Kalau jadi kolostomi, hari-hari itu dia tak akan sebebas merpati (eh gara-gara Kahitna, tiap bilang "sebebas" langsung nyambung sama merpati hahaha). Maksudnya, hari-hari itu Elo kemana-mana dengan lubang di perut. Otomatis dia nggak bebas main karena perutnya dikasih perban atau apalah supaya lubangnya tak terbuka. Lubang yang terbuka atau kurang bersih akan memicu aneka infeksi. Atau bahkan mungkin perlu colostomy bag diikatkan di perut kalau-kalau dia pup sewaktu-waktu.
Penyerapan makanannya juga sangat mungkin terganggu akibat operasi itu. Sudah makannya sedikit, penyerapannya terganggu pula... dobel problem. Tapi entah juga yaa... apa kalau memang mesti operasi, Elo harus kolostomi. Karena Dr Rochadi menemukan metode operasi Hirschsprung yang cukup sekali, tak perlu dua kali. Metode yang dibahas dalam disertasi Dr Rochadi dan mengantar beliau meraih gelar Doktor. Yang jelas nggak perlu operasi tetap lebih baik dibandingkan operasi walau cuma sekali, ya kan?
Selama rawat jalan di Jogja kami tinggal di rumah Mbah Uti (mertua saya) di Klaten. Berhubung Elo sudah terlihat baik, saya memutuskan untuk gantian tinggal (sementara) ke rumah Mbah Upi (ibu saya) di Temanggung. Rencananya sih dua minggu di Klaten, dua minggu di Temanggung. Jadi kan balance. Tapi rencana meleset... di Temanggung malah molor sampai empat minggu. Itupun masih ditahan-tahan sama saudara-saudara, karena waktu itu kan bulan November (2015) jadi "kenapa nggak sampai habis natal saja?"
Weits... Elo sudah tampak baik kok. Ale juga sudah pengin segera pulang Siantar. Tiap digodain kalau pulangnya mundur, bocah kelas TK B ini langsung ngambeg. Nggak cuma Ale yang kangen ayah, bundanya juga kok (cuiiitssss). Semuanya sudah kangen ayah hehehe. Tinggal di rumah emak sendiri, bersama keluarga besar, jelas menyenangkan. Terlebih banyak yang mau pegang Elo dan Elo juga mau. Jadi saya bisa agak-agak cuti gitu hehehe. Ya lah..kalau sudah di Siantar, bisa seharian full pegang itu bocah. Ibu-ibu pasti ngerti gimana capeknya full seharian pegang bocah yang lagi belajar jalan kan? #pertanyaanretoris. Tapi saya tipe istri yang tak suka berlama-lama berjauhan dengan suami. Kalau situasi tidak memaksa untuk berjauhan, rasanya lebih baik untuk tidak berlama-lama.
Jadilah medio November kami bertiga balik Siantar. Pengalaman pertama terbang bertiga saja (saya, Ale, Elo - minus ayah). Sungguh-sungguh berdoa agar krucila tenang selama penerbangan. Bersyukur banget ada direct flight Air Asia Jogja - Medan. Betapa ribetnya kalau bawa dua bocah kecil dan mesti transit, pindah pesawat - seringnya pakai pindah gate pula :D. Itu pun barang-barang sudah saya paketkan lebih dulu. Jadilah terbang hanya dengan satu koper plus satu tas tangan, eh sama tas sekolah Ale juga deng...isinya cemilan dan mainan ^-^.
Berangkat pagi-pagi sekitar pukul 04.30 dari Temanggung untuk mengejar flight pukul 09.00. Anak-anak saya biarkan nggak tidur banyak selama perjalanan ke bandara (kurang lebih tiga jam). Harapannya biar nanti tidur di pesawat saja. Trik berhasil. Di pesawat, duo krucil pules jadi emaknya bisa ikut istirahat (walau tetap nggak bisa ikut tidur :D). Dan kami sampai Kuala Namu dijemput ayah lalu sampai Siantar dengan selamat.
Sekarang kami suda kembali-ke-situasi-normal. Ayah bekerja seperti biasa. Saya juga "ndomestik" seperti sedia kala. Ale kembali sekolah. Dan Elo lasak seperti semula.
Saya bukan cenayang, juga tak punya karunia melihat kejadian di depan. Jadi nggak tahu juga nanti bagaimana si Elo, apakah sakit Hirschprungnya tak akan masalah lagi? Yang pasti sekarang buang air besarnya sudah lancar. Makannya juga sudah membaik meski tetap belum bisa masuk list bocah-lahap-makan. At least, beratnya sudah nambah, terakhir timbang sudah mendekati angka 9 kg. Ya siiih, kalau di grafik Kartu Menuju Sehat ini masih di daerah hijau muda (wilayah aman), belum di daerah hijau (wilayah optimal). Tapi ini pun sudah bersyukuur banget-banget-banget. Nggak lagi terobsesi punya anak chubby. Mungil yang penting sehat dan aktif.
Apakah dia akan selalu sehat? Apakah kami akan selalu sehat? Apakah tak akan ada lagi krisis-krisis lain yang boleh kami alami? Pertanyaan yang tak bisa saya-kami jawab. Kejadian kemarin meneguhkan kami untuk menjalani semuanya dengan percaya, Gusti mboten sare, Tuhan tidak tidur.
Selama rawat jalan di Jogja kami tinggal di rumah Mbah Uti (mertua saya) di Klaten. Berhubung Elo sudah terlihat baik, saya memutuskan untuk gantian tinggal (sementara) ke rumah Mbah Upi (ibu saya) di Temanggung. Rencananya sih dua minggu di Klaten, dua minggu di Temanggung. Jadi kan balance. Tapi rencana meleset... di Temanggung malah molor sampai empat minggu. Itupun masih ditahan-tahan sama saudara-saudara, karena waktu itu kan bulan November (2015) jadi "kenapa nggak sampai habis natal saja?"
Weits... Elo sudah tampak baik kok. Ale juga sudah pengin segera pulang Siantar. Tiap digodain kalau pulangnya mundur, bocah kelas TK B ini langsung ngambeg. Nggak cuma Ale yang kangen ayah, bundanya juga kok (cuiiitssss). Semuanya sudah kangen ayah hehehe. Tinggal di rumah emak sendiri, bersama keluarga besar, jelas menyenangkan. Terlebih banyak yang mau pegang Elo dan Elo juga mau. Jadi saya bisa agak-agak cuti gitu hehehe. Ya lah..kalau sudah di Siantar, bisa seharian full pegang itu bocah. Ibu-ibu pasti ngerti gimana capeknya full seharian pegang bocah yang lagi belajar jalan kan? #pertanyaanretoris. Tapi saya tipe istri yang tak suka berlama-lama berjauhan dengan suami. Kalau situasi tidak memaksa untuk berjauhan, rasanya lebih baik untuk tidak berlama-lama.
Jadilah medio November kami bertiga balik Siantar. Pengalaman pertama terbang bertiga saja (saya, Ale, Elo - minus ayah). Sungguh-sungguh berdoa agar krucila tenang selama penerbangan. Bersyukur banget ada direct flight Air Asia Jogja - Medan. Betapa ribetnya kalau bawa dua bocah kecil dan mesti transit, pindah pesawat - seringnya pakai pindah gate pula :D. Itu pun barang-barang sudah saya paketkan lebih dulu. Jadilah terbang hanya dengan satu koper plus satu tas tangan, eh sama tas sekolah Ale juga deng...isinya cemilan dan mainan ^-^.
Berangkat pagi-pagi sekitar pukul 04.30 dari Temanggung untuk mengejar flight pukul 09.00. Anak-anak saya biarkan nggak tidur banyak selama perjalanan ke bandara (kurang lebih tiga jam). Harapannya biar nanti tidur di pesawat saja. Trik berhasil. Di pesawat, duo krucil pules jadi emaknya bisa ikut istirahat (walau tetap nggak bisa ikut tidur :D). Dan kami sampai Kuala Namu dijemput ayah lalu sampai Siantar dengan selamat.
Sekarang kami suda kembali-ke-situasi-normal. Ayah bekerja seperti biasa. Saya juga "ndomestik" seperti sedia kala. Ale kembali sekolah. Dan Elo lasak seperti semula.
Saya bukan cenayang, juga tak punya karunia melihat kejadian di depan. Jadi nggak tahu juga nanti bagaimana si Elo, apakah sakit Hirschprungnya tak akan masalah lagi? Yang pasti sekarang buang air besarnya sudah lancar. Makannya juga sudah membaik meski tetap belum bisa masuk list bocah-lahap-makan. At least, beratnya sudah nambah, terakhir timbang sudah mendekati angka 9 kg. Ya siiih, kalau di grafik Kartu Menuju Sehat ini masih di daerah hijau muda (wilayah aman), belum di daerah hijau (wilayah optimal). Tapi ini pun sudah bersyukuur banget-banget-banget. Nggak lagi terobsesi punya anak chubby. Mungil yang penting sehat dan aktif.
Apakah dia akan selalu sehat? Apakah kami akan selalu sehat? Apakah tak akan ada lagi krisis-krisis lain yang boleh kami alami? Pertanyaan yang tak bisa saya-kami jawab. Kejadian kemarin meneguhkan kami untuk menjalani semuanya dengan percaya, Gusti mboten sare, Tuhan tidak tidur.
Alhamdulillah. Lega banget pasti ya, Mbak. Sama seperti ketika Khalif matanya terlihat ke arah juling. Pikiran awal dah ke operasi aja. Ternyata setelah ketemu dokter, alhamdulillah cuman terapi 2 bulan aja. Sekarang kondisi matanya sudah tdk terlihat juling lg, meski sebenarnya agak was2 juga. Kebayang aja, anak ganteng satu2nya (saat ini) matanya juling >_<, huaaaa...
BalasHapusSemoga elo sehat2 selalu. Amin.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusTerima kasih Ratih..
Hapushaha maaf ya baru balas lg, tempo hari balas ga pake nengok blogmu. kirain orang nggak kukenal,ternyata kamyuuuu hehehe
sehat-sehat juga ya audi dan khalif ^-^
Dear mba Lisdha,
BalasHapusSalam kenal mba saya Ika dr Bogor. Terimakasih banyak sharingnya mba, anak saya juga didiagnosis HD usianya selisih 2 bulan dri Elo. Sekarang jadi ada gambaran alternatif lain selain operasi, tetimakasih banyak mba..
Salam kenal juga mbak Ika.
BalasHapusBersyukur jika sharing ini bermanfaat. Mudah2an si kecil segera mendapat penanganan terbaik dan sehat kembali ya mbak. Terima kasih sudah berkunjung :)
Dear mbak Lisdha,
BalasHapusSetelah searching sna sni, ktemu blog ini,terima kasih sharingnya mbak.
Sy mau bertanya apakah elo ketika bayi ada kelihatan gejala yang tidak biasanya? Dan apa penyakit hirschsprung bisa mendadak menyerang balita? Mgkn mbak ada diberi info oleh dokter, mohon sharingnya.terima kasih
Hallo Mbak/Mas "Anonim" ^-^
BalasHapusJustru itu dulu saya juga bertanya2. karena kalau baca-baca, berhubung ini kelainan bawaan, penyakit ini seringkali sudah bisa diketahui sejak bayi lahir. Tapi elo sampai setahun itu nggak ada gejala aneh, pupnya pun baik2 saja. Namanya bayi, kadang diare..biasalah. Tapi nggak pernah sekalipun sembelit. Dokter dulu sih bilangnya, mungkin karena derajat kelainannya tak terlalu parah, trus makannya juga masih lembut..jadi no problem. Mulai bermasalah begitu makanan sudah mulai padat.
Maaf mb mau nanya elo terapi colok dubur n bedaa lama ya mb
Hapus