Ini seri terakhir dari tulisan Mengatasi Ketakutan Kecil.
Kalau sebelumnya tentang mengatasi ketakutan terhadap belut dan cacing,
sekarang –seperti pada judul- pada setrika. Eeeemmm, mungkin tepatnya bukan
takut sih, melainkan trauma. Tapi apapun istilahnya, intinya kan berhubungan
dengan rasa takut #maksa.
Ini sebenarnya justru cerita yang lebih duluan daripada
belut dan cacing. Sebab, trauma pada setrika ini saya alami waktu masih kecil.
Sekitar akhir SD atau SMP gitu deh (lupa tepatnya). Yang pasti nggak
kecil-kecil amat karena saya sudah bisa setrika baju. Juga saat itu, sudah
pakai setrika listrik, bukan setrika ayam jago. Saya masih sempat lho mengalami
zaman setrika ayam jago. Setrika yang berat dan pakai arang. Kalau mau setrika
harus harus kipas-kipas arang ala tukang sate hehehe.
pic : www.prinsipkerja.com |
Mungkin saat itu di kota-kota sudah pada pakai setrika
listrik sih ya.. Tahun berapa sih setrika listrik ditemukan? #MalesBrowsing :D.
Masalahnya di kampung saya, listrik baru masuk –kalau tidak salah- akhir dekade 1980-an gitu deh. Jadi kalaupun saat itu sudah ada setrika listrik, di kampung
kami kaga bakalan fungsi.
Setelah listrik masuk desa, bisa deh gegayaan pakai setrika
listrik. Kemajuan besar nih, nggak perlu kipas-kipas, juga nggak ada risiko
kotor karena arang dan abu. Bobotnya juga nggak seberat setrika ayam jago meski
tak seringan setrika masa kini. Perbedaan vital dengan setrika modern adalah
tidak adanya pengatur suhu otomatis pun tombol pilihan derajat panas. Jadi
kalau sudah terlalu panas, mau nggak mau harus lepas kabel dari colokan.
Nah, cerita bermula ketika listrik-tak-otomatis kami rusak.
Entah rusak bagian apanya –saya nggak paham soal setrikaan, pun perkakas
elektronik lainnya. Kerusakan itu tidak saya sadari ketika hendak
menggunakannya. Yang jelas, ketika tangan saya tak sengaja menyentuh permukaan
atas setrika, saya tersetrum arus listrik dengan tegangan cukup tinggi!
Kaget! Gemetaran!
Temen-temen yang pernah kesetrum tegangan cukup tinggi pasti
ngerti. Bagaimana reaksi kita kalau kesetrum. Masih beruntung saat itu nggak
jadi gosong dan rambut njebrak ke atas kayak sapu lidi terbalik :P. Masih lebih
beruntung lagi karena : SELAMAT. Tegangannya mampu bikin syok tapi tidak cukup untuk
mencabut nyawa :D
Tapi efeknya tidak berhenti sampai di situ saja. Saya jadi takut
menyetrika. Padahal, setelah kejadian itu, setrika dibawa ke tukang servis dan teruji tidak nyetrum lagi. Tapi traumanya nggak ilang-ilang. Sayangnya saya
bukan putri raja yang apa-apa serba dilayani. Baju-baju mesti setrika sendiri.
Awal-awal-awal, emak dan kakak masih baik hati. Lama-lama, “urusin bajumu
sendiri!”
Jadi, mau tak mau ketakutan itu harus dilawan. (Eh jadi
ingat Wiji Thukul, Hanya Satu Kata : LAWAN!) Trik aneh dan lucu kalau
diingat-ingat adalah, memegang-megang si setrika saat belum dicolokkan. Lalu mengusap-usapkan permukaan bawah setrika
(yang masih belum dicolokkan) ke tangan, leher, dan wajah. Just to make sure kalau
benda itu nggak nyetrum. Ya jelas nggak bakalan lah, kan belum dicolokkan ke
listrik!
Itu baru langkah pembukaan (tapi sudah makan waktu). Last
step adalah mencolokkan kabel ke listrik lalu saya menyentuh permukaan atas setrika (dekat pegangan) secepat mungkin.
Kalau nggak nyetrum, baru deh lanjut nyetrika. Tapi sejauh itu, ya memang sudah
nggak nyetrum lagi.
Lupa sih, ritual wajib di atas saya lakukan sampai berapa
lama. Lucu saja kalau diingat-ingat. Entah berhubungan dengan kejadian itu atau
tidak, dari sederet pekerjaan domestik, saya paling ogah menyetrika. Saking ogahnya, sewaktu kuliah dulu, saya
sampai berjanji, nanti kalau sudah kerja dan punya duit sendiri, saya nggak
bakalan mau setrika lagi.
Hihihi, bilang saja malesss :P
Ceritanya pernah kesetrum ya..hehe
BalasHapusMemang, terkadang trauma sering dialami sebagai orang. Namun tidak harus trauma dijadikan suatu ketakutan yg berkepanjangan..apalagi trauma pada hal-hal yg sepele mbak.
Saya setuju apa yg mbak katakan di tulisan ini, untuk menekan rasa trauma kita harus LAWAN, dengan begitu kita akan bisa menghilangkan rasa trauma sedikit demi sedikit...ya toh ? :)
iya mas sonny. Hanya satu kata : LAWAN! he2. terima kasih kunjungan baliknya yaa ^-^
Hapusketakutan saya cuma kalo tidur sendirian suka mimpi buruk mbak :)
BalasHapuskalau gitu tidur rame-rame saja mas :)
Hapusterima kasih kunjungan baliknya yaaa :)
Iya bener sekali tuh mbak saya juga pernah ngalami kestrum saat menyetrika, itu rasanya kaget sekali mbak bukan takut ya mbak tapi keget :)
BalasHapuskagetnya nggak sampai bikin takut kan ya mas...memang saya itu deh yang "terlalu". kagetnya sampai trauma :D
Hapustrimakasih kunjungannya yaaa :)