Ide menulis itu ada di/dari mana-mana. Demikian kata para penulis ternama. Memang sih.... saya tak menolak pendapat itu. Soal ide, saya punya buanyaak. Yang minus itu eksekusinya hahahaha... (minus kok bangga :D)
Banyak alasan untuk nggak segera menuliskan sebuah ide, sampai akhirnya ide itu menguap tak berbekas (huh :D). Sebabnya karena menunda-nunda menuliskan ide ituuu...padahal sesepele apapun ide, bisa saja jadi tulisan, baik pendek ataupun panjang - tergantung pengembangannya. Dan sesepele apapun ide, bahkan yang kita sekedaran saja menuliskannya, bisa saja loh bermanfaat buat orang lain - tanpa kita sangka.Seperti cerita seseorang tentang kerusakan ovennya. Sepertinya sekedar cerita saja, tapi ternyata sangat membantu ketika oven saya ngambeg tak mau berbunyi "ting".
Baca : Ketika Oven Tak Mau Berbunyi Ting
Seperti ide menulis yang timbul pagi ini. Supaya tidak menguap, segera deh menuliskannya.
Just a little thing (sih). Tapi nggak apa-apa kan diceritakan. Apalagi di blog sendiri hihihi..
Tadi pagi nih....gara-gara si Al yang (nyaris) selalu pengin (maaf) pup tiap mau berangkat sekolah. Pas cebok dibantu ayah BJ, eh bajunya kena basah. Deuuuh...BJ langsung bilang, bajunya ada berapa? (Maksudnya biar ganti baju aja). Maksud baik yang pagi itu impossible terwujud karena baju putih Al cuma ada dua. Itupun yang satu lagi direndam.
Beeeh...sudah dalam kondisi mepet waktu, malah kejadian begini. Berhubung nggak bisa ganti, BJ sempat bilang ke Al, "nggak apa-apa ya pakai baju basah sedikit".
Setelah saya lihat, ya sih basahnya memang nggak kuyup. Tapi tepat di bawah krah belakang. Kasihan juga kalau basah-basah. Bisa sih disetrika...tapi makan waktu untuk lepas pakai bajunya.
Tetiba ingat hairdryer merk Miyako yang sudah lamaaaa banget nggak pernah saya gunakan. Bersyukurnya, walau masih ada di dus-dus barang pindahan, tapi saya ingat di mana tepatnya. Jadi deh, langsung ambil si hairdryer, colokkan listrik, lalu tekan tombol dan diarahkan ke bagian yang basah. Tak butuh waktu lama baju Al pun kering dan siap berangkat.
Aha...terimakasih hairdryer...
Walau sudah sepuh dan tak sempurna lagi fisiknya, tapi masih sangat membantu dalam situasi emergency. Terbilang sepuh karena saya membelinya tahun 2008. Walau tak ada catatan pembelian, tapi rasanya saya nggak salah soal waktu itu. Sebab hairdryer itu dulu saya beli sebelum menikah dengan suatu alasan.
Dari pertengahan kuliah hingga masa bekerja, rambut saya selalu pendek. Bukan cuma sebahu tapi cuma sedikiit lebih panjang lah kalau dibandingkan sama Sarah Sechan atau Indy Barends. Plus saya juga bukan orang yang stylish baik dalam.hal berpakain maupun make up and hair do. Dua hal yang membuat saya tidak butuh hair dryer.
Apalagi pakai hairdyer...pakai sisir aja kadang lewat. Kalau lagi buru-buru, sisir aja pakai jari. Toh perginya juga pakai helm. Mau disisir rapi jali, ntar juga kacau lagi.
Tapi akhir tahun itu saya berencana menikah. Sesuai dengan asal-usul saya dan suami, kami akan menikah dengan pakaian adat Jawa (pakaiannya doang, ritual adatnya kagak :D). Orang-orang senusantara pasti tahu dong, kalau dandanan pernikahan adat Jawa berarti sanggul lengkap dengan cunduk-mentulnya.
Rambut saya yang pendek banget bakalan kurang mendukung untuk sanggulan. Mau tak mau harus dipanjangkan untuk mempermudah kerja penata sanggulnya nanti. Setidaknya sampai bahu lah...
Nah itu masalahnya. Gara-gara berambut pendek, saya sering keramas pagi hari. Segar dan nggak masalah karena rambut tetap cepat kering. Ketika rambut sedikit agak panjang, saya sudah merasa agak bermasalah dalam kecepatan rambut kering di pagi hari.
Saat itulah terpikir untuk beli hairdryer. Lupa berapa harganya....udah lama banget.
Rutin terpakai ya cuma saat-saat itu sih.Setelah menikah, rambut kembali saya pangkas pendek...as always. Sempat agak panjang (sampai bahu) ketika hamil kedua. Setelah itu pendek lagi. Padahal dari SD hingga awal kuliah, rambut nyaris selalu sepinggang lho...sekarang mah boro-boro. Gondrong dikit aja udah gerah ^_^
Eh ya...sebenernya si hairdryer ini nggak sepenuhnya nggak dipake sih. Dulu pas Al kecil, kadang masih saya pakai untuk mengeringkan karpet atau selimut atau kasue yang terkena ompol. Tapi entah kenapa itu nggak berlanjut...mungkin karena dengan udara Siantar yang cukup panas, tanpa di-dryer sudah bisa kering sendiri hihihi.
Begitulah cerita hari ini...
Nggak penting banget....memang ^_^
Salam kenal ya mba...
BalasHapusHahah...walaupun nggak penting, yang penting nulisss....
Semua bisa dijadiin bahan cerita demi update blog.
Hallo mbak susan..maaf slow respon. Iya betuuul...
Hapuside update itu banyak..yang sedikit eksekusinya huhuhuhu
Hallo mbak susan..maaf slow respon. Iya betuuul...
Hapuside update itu banyak..yang sedikit eksekusinya huhuhuhu