catatan bakul lombokku ^-^ |
Sejak jadi ibu-rumah-tangga (kurang lebih delapan tahun
lalu) saya sok-sok berniat mencatat keuangan rumah tangga. Dalam idealita saya,
catatan keuangan itu pentiiing. Sebab, tiadanya catatan berpotensi menimbulkan
kekagetan demi kekagetan. Kaget yang bisa muncul dalam aneka varian ekspresi
tapi kurang lebih intinya seperti begini : “kok duit cepet banget habis sih,
buat apa aja ya?”
Ada yang suka kaget macam begini?? Boleh ngacung sambil
senyum. Percayalah, kamu nggak sendirian #HoreeBanyakTemannya 😀. Sewaktu masih lajang,
saya nggak merasa penting punya catatan. Duit sendiri, dipakai sendiri,
suka-suka lah ya... Tapi setelah memutuskan jadi stay-at-home-wife, rasanya
butuh catatan itu. Ecek-eceknya menteri keuangan, idealnya punya
dokumen buat laporan ke presiden hahaha.
Catatan saya sederhana banget. Pakai buku tulis, lalu bikin
kolom-kolom pakai penggaris. Cuma ada tiga kolom di catatan saya, yakni
tanggal, rincian belanja, dan total pengeluaran. Oh ya, ada lembar extra untuk
mencatat waktu, tempat, dan transaksi uang di ATM/rekening. Maksudnya sih
supaya ingat saja, kapan dan dimana narik uang atau transfer. Catatannya enggak
rapi sejalan dengan tulisan tangan saya yang “nyeni” (seni abstrak tapinya
hahaha). Rasanya cuma saya yang bisa 100 persen ngerti detail catatan tersebut
:D.
Saya tak menggunakan program excel. Soalnya, saya nggak bisa
mengoperasikan program ituuu...Hihihi, kaciaaan yaa. Habisnya, setelah selesai
kursus komputer duluuuu kala, saya nyaris tak pernah membutuhkan excel baik
untuk keperluan tugas kuliah maupun kerja. Jadi sudah deh....ilmunya bablas
dengan mudahnya.
Saking sederhananya, saya menyebut buku itu sebagai “catatan
bakul lombok”. Ini terinspirasi dari sebutan untuk kalkulator saat sekolah
dulu. “Kalkulator bakul lombok” digunakan untuk menyebut kalkulator yang cuma
bisa buat operasi tambah, kurang, dan bagi. (Padahal, bakul lombok tingkat tinggi
alias mafia lombok mah gadgetnya pasti keren atuh. Kalau nggak keren, bagaimana
bisa bikin kaum ibu menjerit gegara harga lombok melambung tinggi??).
Malam hari adalah saat yang saya gunakan untuk merekap semua
transaksi di hari itu. Cuman, saya jarang merekap transaksi harian itu ke
transaksi bulanan secara detail. Palingan saya jumlah saja berapa total
pengeluarannya. Terlebih untuk rekap tahunan, weeeew belum pernah sekalipun
saya lakukan. Jadinya, fungsi catatan ini sama sekali belum memberikan gambaran
utuh tentang keuangan rumah tangga saya. Paling-paling, kalau saldo cepet
habis, bisa deh nengok buat apa saja sih uangnya. Gitu doang.
Walaupun sederhana tapi lumayan bagus kan??😀 Bagus siih kalau konsisten.
Lha iniii, realisasinya masih on off macam listrik yang lagi gangguan. Bulan
ini rutin nyatet, bulan depan bolong-bolong. Alhasil, ada sekali waktu di mana
saya dan suami bersitegang karena penggunaan uang yang entah. Duuuh, kalau lagi
begitu, menyesal banget karena nggak konsisten mencatat. Coba catatannya
komplit dan jelas, kan nggak susah-susah nunjukkin bukti.
Terlebih saya juga tak rapi mengarsipkannya. Catatan
tersebut tersebar di beberapa buku. Ada yang masih saya simpan, ada juga yang
tidak. Ada yang masih rapi, ada juga yang lecek abisss. Jadinya, saya nggak
punya gambaran yang lengkap tentang situasi keuangan kami selama ini.
***
Sejalan dengan keruwetan itu, sebenarnya sudah cukup lama
saya baca berbagai ulasan tentang aplikasi pencatatan keuangan di gadget
android. Tapi mungkin karena saya tak terlahir di era digital, jadi saya tak
segera tertarik untuk pakai aplikasi tersebut. Eh sebenernya urusan kapan
lahir tak bisa jadi alasan sih.
Buktinya, sudah banyak orang-orang yang sebaya, bahkan lebih senior, yang menggunakan
aplikasi ini. Tapi saya masih asik-asik saja menggunakan catatan bakul lombok
yang jadul.
Situasi ini agak mirip dengan perihal membaca. Sampai
sekarang saya masih merasa lebih nyaman membaca buku cetakan daripada ebook.
Jadi, kalau menurut teori difusi inovasi, rasa-rasanya saya bisa digolongkan
sebagai pengetrap lambat (late majority) :D.
Tapi entah kenapa, kemarin mendadak saya kepengin migrasi
dari catatan bakul lombok ke catatan digital. Jadi mulailah ketik keyword
“aplikasi catatan keuangan” di playstore. Woaaa, banyak banget pilihannya. Saya
nggak pakai googling artikel review dulu. Langsung saja lihat review pengguna di
beberapa aplikasi. Dan pilihan saya
jatuh di aplikasi di bawah ini (list paling atas/warna kuning).
Berhubung ini pengalaman pertama, belum bisa deh buat
perbandingan dengan aplikasi lainnya. Tapi, buat saya, aplikasi ini fiturnya
sudah cukup memadai sih. Yang pasti sudah jauh lebih canggih daripada
kolom-kolom bakul lombok saya dulu hahaha. Bisa dilihat di gambar di bawah, ada
kolom pemasukan, pengeluaran, laporan (harian, bulanan, tahunan), dan grafik
keuangan buat yang suka laporan dalam bentuk gambar. Ada juga rencana anggaran
sebagai panduan belanja. Banyak emak-emak suka kalap belanja kan? Apalagi kalau
lagi sale. (Memang sih realisasinya tergantung kita. Mau diingatkan oleh alarm,
atau lihat lalu matikan dan lanjut terus. Seperti alarm bangun pagi tuuh. Alih-alih
segera bangun saat alarm menjerit, yang terjadi justru geser tombol off lalu
tidur lageee hehehe)
Beberapa hari menggunakan
aplikasi ini, ternyata memang memudahkan bangeet. Jadi nyesel, kenapa
juga dulu bertahan dengan kejadulan
catatan bakul lombok *LOL. Dengan kemudahan ini, semoga saya nggak
on-off lagi bikin
catatannya. Soal aplikasi, sejauh ini saya belum menemukan kendala. Jadi
belum
berniat pindah ke lain hati aplikasi. Lagipula, secanggih apapun aplikasi pencatat
keuangan, tak akan optimal fungsinya jika kita tak konsisten memanfaatkannya.
Betul demikian?? (LSD)
Mau coba aplikasinya ah...biar lebih rapi nyatet duitnya. Saya biasa manual bikin catatan dan nggak konsisten lagi..hihhii. Btw, makasih infonya mbak..:)
BalasHapusHai mbak Dian. sudah jadi mencoba? Semoga (kita sama-sama) konsisten yaaa..amiin
HapusMbak Lisdha.., apa kabar..? Saya jg pakai aplikasi loh utk pngganti buku manual. Tp ya sama.., blum konsisten.., krn pngeluaran cnderung mirip2 tiap bulannya.., jd saya bosen nyatetnya..., hehehe.
BalasHapusHaiii yunikeee..aku baiiik. gmn kamuu? Iya memang mirip-mirip. Lha kebutuhan hidup kita secara garis besar juga itu2 aja kan? Tapi penasaran, sebenarnya berapa ya pengeluaran kita per tahun?
HapusWih boleh juga ni, buat aku yang nggak bisa nyimpen catatan di kertas, gara2 sering berujung di tangan si kecil, alias disobek, haha.
BalasHapusThanks for sharing Mba', :)
sama-sama mbak yulia. sudah install? semoga (kita sama-sama) konsisten yaa.. :)
HapusHai mba..salam kenal..
BalasHapusCerita kita mirip mba...aku juga sering gitu. Tak catet, biar tahu uang larinya kmn.. Tapi ya itu, nggak konsisten.
Mau ikutan ah, donlod app nya.. Mksh ya mba udah berbagi ilmu
Hallo bunda..salam kenal juga. Sama-sama, saling mendukung agar kita sama2 konsisten yaa :)
HapusDulu aku pake juga. tapi berhubung hp nggak muat lagi, yo wis balik ke catetan bakul lombok he he he
BalasHapusMungkin hapene perlu lem-biru mbaakee hehehe...
Hapus