Dear Ayah Bunda, Suksesku Ada di Ridhamu (DAB-SAR). Seharusnya
saya menulis ini beberapa minggu lalu. Saat buku ini benar-benar baru terbit,
fresh from the oven. Saat kami, 62
emak-emak yang turut membidani antologi ini masih begitu bersemangat dengan
kelahiran si bayi buku. Saat grup whatsapp masih begitu ramai dengan sahut-sahutan rasa syukur
dan pertanyaan ini-itu terkait pengiriman buku.
Tapi, entah, kok malah baru sekarang saya menulis ini. Tak
apalah, dalam hal ini bisalah berlaku kalimat, terlambat lebih baik daripada
tidak sama sekali. Malah sepertinya lebih baik karena saya bisa mengutip
komentar beberapa teman yang sudah membeli dan membaca buku ini (thanks yaaa
temanss). Soalnya, kemarin juga cetaknya bisa dibilang buru-buru, nggak sempat
minta endorse dari mana-mana. Setidaknya bisa dong minta endorse dari
Teteh Indari Mastuti, founder Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis, komunitas akar
dari grup penulis antologi ini. Baru sadar setelah buku naik cetak hahaha.
(Eh, saya juga baru sadar kalau ternyata baru kali ini lho
saya menulis tentang buku di www.daily-wife.com.
Padahal, meski bukan lagi pembelanja dan pembaca buku #gariskeras, belajar
meresensi atau sekedar menceritakan respon saya terhadap sebuah buku, bisa jadi
bahan menuh-menuhin blog hahaha).
Beberapa bulan lalu, saya sempat menuliskan pra-produksi DAB-SAR di postingan "Surat Kecil Untuk Emak". Waktu itu saya menceritakan tentang proses menulis saya yang penuh dengan derai air mata. Cuma tulisan tiga lembar tapi butuh segepok tissue hehehe. Dan ternyata, itu juga dialami oleh temen-temen penulis DAD-SAR lainnya. Mengungkapkan segenap perasaan pada orangtua, apalagi dalam tulisan, ternyata syusyaaaah.
Senada dengan proses penulisannya, proses penerbitan buku-nya juga tidak semulus jalan tol. Terlebih Mbak Nina Kirana selaku penanggung jawab menghandel pekerjaan ini di sela kesibukannya di Turki. Yess, hari gini memang banyak hal bisa dilakukan online. Tapi ada pekerjaan-pekerjaan yang harus didorong secara offline kan? Jadi, saat Mbak Nina pulang kampung ke Bandung, beliau sempatkan mengurus nasib buku ini dengan datang langsung ke penerbitan (naskah sudah dikirim jauh hari). Ternyata, di sana naskah antre panjang. Sempat ada diskusi alternatif penerbitan di grup WA. Bersyukur kemudian ada solusi dari salah satu penulis sendiri, yakni Mbak Endah Sulistyarini, yang ternyata punya Halaman Moeka Publishing. Tak butuh waktu lama, akhirnya buku DAB-SAR terbit.
Beberapa bulan lalu, saya sempat menuliskan pra-produksi DAB-SAR di postingan "Surat Kecil Untuk Emak". Waktu itu saya menceritakan tentang proses menulis saya yang penuh dengan derai air mata. Cuma tulisan tiga lembar tapi butuh segepok tissue hehehe. Dan ternyata, itu juga dialami oleh temen-temen penulis DAD-SAR lainnya. Mengungkapkan segenap perasaan pada orangtua, apalagi dalam tulisan, ternyata syusyaaaah.
Senada dengan proses penulisannya, proses penerbitan buku-nya juga tidak semulus jalan tol. Terlebih Mbak Nina Kirana selaku penanggung jawab menghandel pekerjaan ini di sela kesibukannya di Turki. Yess, hari gini memang banyak hal bisa dilakukan online. Tapi ada pekerjaan-pekerjaan yang harus didorong secara offline kan? Jadi, saat Mbak Nina pulang kampung ke Bandung, beliau sempatkan mengurus nasib buku ini dengan datang langsung ke penerbitan (naskah sudah dikirim jauh hari). Ternyata, di sana naskah antre panjang. Sempat ada diskusi alternatif penerbitan di grup WA. Bersyukur kemudian ada solusi dari salah satu penulis sendiri, yakni Mbak Endah Sulistyarini, yang ternyata punya Halaman Moeka Publishing. Tak butuh waktu lama, akhirnya buku DAB-SAR terbit.
Berikut cuplikan beberapa komentar teman yang sudah beli dan baca buku keroyokan tersebut :
waduh, nama Nanik Dwiastuti selaku pengomentar malah nggak ikut kepotong :D |
Dari komentar-komentar di atas, kira-kira bisa membayangkan seperti apa isi buku ini kan? Sepertinya saya nggak perlu lagi menambah ulasan tentang isi buku. Yang mau saya ceritakan justru "bonus" perspektif baru, atau mungkin malah teguran, sejalan dengan keterlibatan saya dalam buku ini.
Jadi, sebenarnya ini bukan antologi pertama saya. Tapi, buku-buku antologi yang terdahulu adalah buku-buku proyek lembaga tertentu atau buku komersial yang dikeluarkan penerbit mayor. Jadi, saya sama sekali tidak terlibat dalam alur produksi maupun distribusi. Tahu-tahu, buku itu sudah terbit aja. Dan mungkin karena ditulis bareng-bareng, jadi saya merasa kurang memiliki. Nggak ada rasa "greget" saat menerima buku tersebut. Ada lho antologi yang saya tak punya buku fisiknya, bahkan judul bukunya pun saya lupa.
Mungkin karena saya terlalu terobsesi pada buku solo, saya jadi menganggap buku antologi bukanlah sebuah pencapaian yang berarti. Apalagi, nasihat seorang teman di grup emak-emak penulis : "jangan keterusan nyaman dengan antologi". Maksudnya sih memotivasi, jangan keasyikan terlibat bikin antologi melulu sampai enggak berusaha bikin buku solo. Tapi, bagi sebagian orang, bisa terlibat dalam antologi itu sudah bikin bersyukuuuur bangeeet. Seperti kata tetangga sebelah, meski hanya satu menuliskan satu bagian kecil, terlibat dalam antologi juga sebuah karya.
Saya jadi mikir, pantesan belum juga berhasil menelurkan (apa yang saya anggap) "hal besar" yakni buku solo. Mungkin salah satu penyebabnya adalah kurang mengapresiasi "hal kecil" (buku antologi). Bagaimana bisa dipercaya dalam perkara besar, kalau tidak bersyukur dengan perkara kecil? Bersyukur sekali, terlibat dalam buku ini membuat saya dibukakan atau diingatkan lagi tentang hal ini. Apa yang saya anggap besar, mungkin kecil bagi orang lain. Demikian juga, apa yang saya anggap kecil, mungkin besar bagi orang lain. Jangan merasa kecil karena sebuah pencapain kecil (yang ternyata besar bagi orang lain). Dan jangan sombong atas sebuah pencapaian besar (karena mungkin hanya hal kecil bagi orang lain). Hmmmh...seriueesss yaaah.. yah boleh dong sekali-kali bijaksana-bijaksini๐
Jadi, sebenarnya ini bukan antologi pertama saya. Tapi, buku-buku antologi yang terdahulu adalah buku-buku proyek lembaga tertentu atau buku komersial yang dikeluarkan penerbit mayor. Jadi, saya sama sekali tidak terlibat dalam alur produksi maupun distribusi. Tahu-tahu, buku itu sudah terbit aja. Dan mungkin karena ditulis bareng-bareng, jadi saya merasa kurang memiliki. Nggak ada rasa "greget" saat menerima buku tersebut. Ada lho antologi yang saya tak punya buku fisiknya, bahkan judul bukunya pun saya lupa.
Mungkin karena saya terlalu terobsesi pada buku solo, saya jadi menganggap buku antologi bukanlah sebuah pencapaian yang berarti. Apalagi, nasihat seorang teman di grup emak-emak penulis : "jangan keterusan nyaman dengan antologi". Maksudnya sih memotivasi, jangan keasyikan terlibat bikin antologi melulu sampai enggak berusaha bikin buku solo. Tapi, bagi sebagian orang, bisa terlibat dalam antologi itu sudah bikin bersyukuuuur bangeeet. Seperti kata tetangga sebelah, meski hanya satu menuliskan satu bagian kecil, terlibat dalam antologi juga sebuah karya.
Saya jadi mikir, pantesan belum juga berhasil menelurkan (apa yang saya anggap) "hal besar" yakni buku solo. Mungkin salah satu penyebabnya adalah kurang mengapresiasi "hal kecil" (buku antologi). Bagaimana bisa dipercaya dalam perkara besar, kalau tidak bersyukur dengan perkara kecil? Bersyukur sekali, terlibat dalam buku ini membuat saya dibukakan atau diingatkan lagi tentang hal ini. Apa yang saya anggap besar, mungkin kecil bagi orang lain. Demikian juga, apa yang saya anggap kecil, mungkin besar bagi orang lain. Jangan merasa kecil karena sebuah pencapain kecil (yang ternyata besar bagi orang lain). Dan jangan sombong atas sebuah pencapaian besar (karena mungkin hanya hal kecil bagi orang lain). Hmmmh...seriueesss yaaah.. yah boleh dong sekali-kali bijaksana-bijaksini๐
Well, ini menjelang hari ibu kan. Biasanya hari itu jadi moment untuk
mengungkapkan perasaan pada ibu. Tapi biar adil, bisa sekalian gunakan moment
untuk mengungkapkan perasaan pada bapak (nggak perlu nunggu hari
ayah...kelamaan :D). Buat yang masih bingung, apa saja yang bisa diungkapkan
pada orangtua, buku ini bisa banget buat referensi. Harga buku Rp 76.5000
(belum termasuk ongkos kirim. Bisa pesan ke email saya dailywife@gmail atau WA
087892030743) #UjungUjungnyaJualan ๐
-Lisdha-
-Lisdha-
Walah penasaran saya sama bukunya...Wishlist yang lain geser nih kayaknya :)
BalasHapus