Cemud #4
Taman atas |
Hallo, teman DW.
Ketemu lagi di cemud alias cerita mudik yaaah. Kali ini ngomongin jalan-jalan
saat mudik kemarin.
Sebagai
seseorang yang pernah jatuh cinta pada gunung, saya jelas kepincut saat saudara
dan teman-teman di Temanggung berbagi cerita atau foto tentang Posong. Tempat yang terletak di lereng Gunung Sindoro
ini sepertinya cukup ngehits. Browsing kata Posong di internet, sudah cukup
banyak ulasan yang bisa dibaca. Bahkan, konon kata berita, Posong jadi lokasi
sebagian scene film Filosofi Kopi 2. Hhhmmh...seperti apa sih Posong?
Duluuuu, saya
pernah berpikir, Merapi punya Kaliurang,
Merbabu punya Kopeng, Lawu punya Tawangmangu, Slamet punya Baturaden. Tapi Sindoro
Sumbing tak punya spot yang jadi destinasi wisata umum. Padahal,
pemandangannya tak kalah indah lho.
Duluuuu (u-nya
banyak) saya adalah pecinta keindahan Sindoro. Gunung ini adalah tujuan favorit
saya naik gunung. Iya sih, favorit bukan karena tak kepengin naik gunung yang
lain. Kepengin banget malah. Tapi saat itu saya anak putih abu-abu dengan
sedikit uang saku. Sindoro atau Sumbing adalah tujuan naik gunung paket hemat
sehingga bisa lumayan sering dilakukan. Alhasil, meski tak sampai hafal betul
lekuk lereng Sindoro, setidaknya masih terekam suasananya seperti apa.
Ih...kadang
kangen lho dengan suasana naik gunung. Sudah
lamaaaa banget gantung ransel. Tapi, kalaupun sekarang ada kesempatan ajaib
untuk mendaki, apa ya masih kuat? Hihihihi, nafas tak sepanjang dulu, tenaga
tak semelimpah dulu. Atau mungkin, bisa ya jadi challenge masa tua nanti.
Mendaki gunung bersama suami-anak-cucu dan atau teman-teman lama hihihi. Sehat-sehat-sehat
yaaaaa....
Main ke Posong,
mungkin bisa sedikit mengobati rindu itu. Lanskap pegunungan. Hawa dingin.
Golden sunrise. Hamparan awan. Langit biru. Jalan sempit menanjak. Rumah-rumah
yang tampak mungil nun jauh di bawah. Kopi panas. Mie instant. Ayam panggang. Soto.
Bakso. bakpao. Nasi goreng.
Mudik awal tahun
dan lebaran 2017, saya sudah kepengin kesana. Tapi, di dua waktu itu, Elo malah
sakit saat di Temanggung. Namanya batita
ya, perubahan suhu yang cukup ekstrim plus badan capek, kesehatannya jadi rentan
terganggu. Dengan kondisi seperti itu, jelas kami nggak bisa ke Posong.
Puji Tuhan,
mudik kemarin, Elo sudah lebih kuat. Sesampai di Temanggung, kami nyaris
pergi-pergi melulu, tapi dia nggak drop. Yesss, finally bisa ke Posong. Akhir
Desember 2017, saya full team dengan BJ, Ale dan Elo bersama beberapa saudara
pergi ke Posong. Secara administratif, Posong terletak di Desa Tlahap,
Kecamatan Kledung. Hanya beda kecamatan
dari rumah dengan jarak tempuh sekitar 1 jam.
Jalur ke Posong
Kami berangkat
sekitar pukul 04.00. Mesti pagi buta karena tema piknik ke Posong adalah
berburu matahari pagi alias sunrise. Kalau dulu berburu sunrise mesti ke puncak,
kali ini cukup ke Posong saja. Dari
rumah, kami menuju Parakan, barulah lanjut ke arah Posong. Jalur menuju Posong
tidaklah sulit karena merupakan jalan raya Magelang – Wonosobo yang lebar dan ramai.
Jika menggunakan
bus umum Magelang – Wonosobo atau Yogyakarta – Purwokerto via Wonosobo, rasanya
kernet pasti tahu jika kita bilang akan turun di Posong. Tetapi, kalau
menggunakan kendaraan pribadi, harap
benar-benar perhatikan belokan ke arah Posong. Sebab, belokan ke Posong hanya
berupa jalan desa yang tak terlalu lebar. Dari arah Parakan, belokan itu
terletak di kanan jalan pada kondisi jalan agak menanjak. Belum ada papan penunjuk berukuran raksasa di
mulut jalan. Kalau tak betul-betul cermat melihat petunjuk atau GPS, bisa deh
kebablasan dan mesti putar balik.
Begitu masuk
belokan, pengunjung langsung disambut loket penjualan tiket. Akhir 2017 lalu,
harga tiket @Rp 10.000. Masih dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk mencapai
lokasi dengan kondisi jalan yang cukup rapi tapi menanjak dan sempit. Jadi,
meski tak wajib pakai mobil gardan ganda, performa mesin bagus dan driver
terampil adalah keharusan. Kalau sampai mogok di jalan, bisa-bisa tak hanya
susah sendirian. Tapi juga menghambat lalu lintas wisatawan lainnya.
Dan sampailah
kami di Posong.
gardu pandang |
Mulai dirintis
pada tahun 2011, usia Posong bisa dibilang masih relatif muda. Tapi, menurut
saya, kondisinya sudah terlihat cukup tertata meski sederhana. Ada lahan
parkir, menara pandang, gazebo, toilet, mushola, kedai souvenir, serta kedai
kopi dan aneka makanan. Sementara di kanan kiri, masih berupa lahan pertanian. Pagi itu Posong sudah ramai wisatawan. Ada
yang datang pagi-pagi seperti kami. Ada pula yang memang kemping di situ. Buat
yang pengin kemping, memang disediakan area untuk itu (syarat dan ketentuan
berlaku). Juga ada rental peralatan kemping lho.
camping ground atas |
Menyambut
sunrise, para wisawatan sudah siaga dengan alat foto masing-masing, baik itu dengan
kamera beneran maupun sekedar pakai henpun cupu seperti punya saya. Ada yang
bener-bener siaga dengan pasang tripot demi foto sunrise yang yahud.
Sayang sekali,
pagi itu keberuntungan sedang tak berpihak pada kami. Matahari enggan muncul dengan cantik serupa telur
ceplok yang dimasak chef Juna. Jangankan golden sunrise, pagi itu bronze
sunrise pun kami tak dapat (emang medali? Hihihi). Kecewa deh...gagal nostalgia
dengan sunrise di gunung.
bukan golden sunrise :( |
Tapi nggak perlu
lama-lama kecewa. Setelah suasana lebih terang, saya bisa melihat lanskap
pegunungan yang megah dan indah. Berdiri di situ serasa diapit dua raksasa
ganteng bernama Mas Sumbing dan Mas Sindoro. Puncaknya itu loooh...serasa dekat
saja. Padahal, kalau suruh naik, jelas saya ngos-ngosan pangkat dua belas. Di
kejauhan, gunung Merapi, Merbabu,
Andong, Ungaran, Telomoyo seolah berderet di atas lautan awan. Pinjam ungkapan
lama Ceu Syahrini, (pemandangannya) maju mundur cantiiik.
gunung-gunung di kejauhan |
Sedikit beranjak
ke atas, ada taman wisata yang berpagar tertutup. Mesti beli tiket @Rp 10.000
lagi untuk masuk ke taman itu. Rupanya, berbeda dengan bagian bawah yang
merupakan aset dan dikelola desa, taman di atas adalah milik pribadi dan baru
dibuka akhir tahun 2016 . Sebagai taman, desainnya lebih rapi dan terdapat
fasilitas permainan anak, seperti ayunan dan jungkat-jungkit. Juga terdapat
beberapa spot buatan untuk foto yang socmed-able.
AL |
EL |
BJ - LSD |
Nama Posong
Sebelum masuk
taman, saya sempat ngobrol-ngobrol dengan si mas penjaga loket. Menurut dia,
nama Posong berasal dari dua kata, yakni pos kosong. Katanya, dulu di tempat itu terdapat sebuah pos
(pendakian?) kuno yang kondisinya sudah kosong.
Setahu saya, Desa
Tlahap bukanlah jalur yang lazim ditempuh untuk mendaki Sindoro. Namun, menurut
si mas penjaga, awal mula kelahiran Posong sebagai tempat wisata tak lepas dari
aktifitas para pecinta alam. Mereka mengadakan kegiatan konservasi di sekitar
lokasi tersebut. Di mata mereka, ada
keindahan tersendiri di area yang saat itu hanya berupa lahan pertanian.
Setelah melewati berbagai proses, jadilah Posong seperti sekarang ini.
Perkembangan
Posong menjadi berkah tersendiri bagi penduduk setempat. Di desa yang mayoritas
penduduknya bertani, kini ada alternatif mata pencaharian baru, yakni dari
sektor wisata. Semoga saja Posong dikelola secara berkelanjutan. Sehingga tidak hanya ngehits sementara waktu,
setelah itu telantar sepi wisatawan. Semoga selalu ada inovasi untuk menarik
wisatawan sembari tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan
penduduk setempat. Amiin.
Yuuk, yang lagi
pilih-pilih destinasi liburan, silakan main ke Posong. (LSD)
Boleh jadi list liburan selanjutnya nih, note dolu ah ^^
BalasHapusDitunggu kedatangannya mb nisa. Lalu ntar diulas di blog mb nisa. Pasti jd tambah ngetop :)
HapusKeren ah, meski nggak dapat golden sunrise...Berarti kalau enggak pagi-pagi sekali harus nginep di kota mana yang terdekat ya Mbak kao mau nyegat golden sunrise?
BalasHapusKota tdekat adl wonosobo dan temanggung atau parakan. Tapi di kledung sdh asa hotel kok mbak. Rumah pduduk juga sebagian ada yg jd Guest house. Ditunggu kedatangannya ya mb dian :)
Hapuswah keren yaa.. noted deh buat daftar tempat liburan :D
BalasHapusHaha...monggo mas dinul :)
Hapus