pic : Nest-Batik (www.bukalapak.com) |
Nyambung postingan sebelumnya tentang gendongan. Kali ini aku
mau menulis tentang gendongan sepanjang masa, yakni jarit. Semua emak-emak di Indonesia
Raya ini pasti tahu apa itu jarit. Kalaupun tidak “semua”, sebagian besar
emak-emak pasti tahu apa itu jarit. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jarit
adalah kain batik panjang. Dalam dunia emak-emak, jarit biasa digunakan untuk
menggendong bayi/anak.
Adakah varian istilah lokal untuk jarit? Sungguh aku senang
sekali kalau ada yang mau berbagi pengetahuan di kolom komentar. Yang aku tahu cuma
sedikit. Yakni, sebagian orang menyebut jarit sebagai jarik (beda huruf t
dengan k). Di sini, aku pilih pakai istilah jarit yang sesuai dengan KBBI. Padahal, kalau di Bahasa Jawa, konon jarik itu salah satu kerata basa/jarwa dhosok, yakni jarik = aja gampang serik (jangan mudah sakit hati). Hhhmh..bertahun-tahun pakai, aku baru tahu kalau kata jarik itu bisa punya makna bijak begini hihihi.
Beda lagi saat lahiran Ale di
Karo, Sumatera Utara, aku mengenal istilah “kain panjang.” Saat itu, aku
mendapat cukup banyak bingkisan kain panjang. Sebab, nyaris semua orang yang
datang menengok bayi Ale membawa bingkisan kain panjang. Sepertinya, kain
panjang adalah benda wajib untuk dibawa saat menengok bayi. Aku yang warga
pendatang baru saja dapat setumpuk kain panjang. Bagaimana kalau warga asli
yaaa?
Tapi, kain-kain panjang bingkisan tersebut rupanya kalah
panjang dengan jarit dari emak dan ibu mertua dari Jawa. Alih-alih untuk
menggendong, kain-kain panjang bingkisan itu jadinya malah terpakai untuk
fungsi lain, yakni aku jahit jadi taplak meja, celemek masak, dan lain
sebagainya.
Yuhuu, jarit memang multi fungsi. Buat si bayi, kalau lagi
nggak dipakai menggendong, jarit bisa jadi selimut. Buat emaknya, jarit bisa
diikatkan di pinggang sebagai pelapis bawahan, atau penutup kaki saat posisi
selonjor (kalau pas ada acara yang lesehan), atau dililitkan di kepala saat
cuaca panas. Mencuci, mengeringkan, dan menyetrikanya juga gampang.
Maka itu, dua kali punya bayi, aku lebih sering menggunakan
jarit daripada gendongan lain. Tapi masalahnya satu : gendongan jarit itu bikin
pegel punggung. Penyebabnya adalah cara pakai gendongan yang mesti dibundel-undel
di bagian punggung. Cuma itu cara pakai jarit yang aku tahu dari zaman dulu. Kalau
durasi menggendongnya sebentar sih nyaman-nyaman saja. Tapi begitu menggendong
dalam waktu cukup lama, bundelan kain itu menekan punggung dan jadi pegaaaal.
Di saat pegal seperti itu, balsem dan koyo jadi bala bantuan (suami nggak
telaten kalau diminta pijit sih hihihi).
Berhubung kurang inovatif, saat itu aku terima saja nasib
punggung pegal kalau pakai jarit. Alih-alih cari cara mengikat anti pegal,
solusi yang aku ambil adalah pakai gendongan jenis lain hehehe. Entah deh,
meski sering berkunjung ke situs-situs parenting dan emak-emak, kok ya saat itu
enggak ketemu artikel tips-trik soal gendongan.
Sampai suatu hari, aku ketemu postingan tentang gendong
jarit di salah satu grup blogger. Baca artikelnya dan lihat gambarnya, masih
belum terlalu ngeh bagaimana sih caranya. Lalu, lanjut deh cari-cari videonya. Omaaaak, ternyata
cukup banyak video soal gendong jarit anti pegal ini. Waktu itu, baru ngeh juga kalau soal gendongan
sampai ada komunitasnya. Terasa betul kalau aku adalah
emak-emak yang kurang info. LOL.
pic tutorial simpul jangkar by Nurhayati_khasanah |
Kunci menggendong anti pegal pakai jarit ini adalah pemakaian simpul jangkar. Berbeda dengan cara menggendong yang aku tahu, yang simpulnya diundel-undel di punggung, simpul jangkar ini diterapkan di bagian depan (dekat dada penggendong). Dengan cara ini, tak ada lagi undelan kain yang menekan punggung. Bahkan, di bagian punggung, kain jarit bisa dilebarkan seperti pada pemakaian baby wrap.
Beneran lhooo, dengan trik ini, gendong pakai jarit jadi
enggak pegal di punggung. Ironisnya, trik ini baru aku tahu saat menjelang
pensiun dari urusan gendong-menggendong. Hanya beberapa bulan saja aku bisa
“mengamalkan” ilmu gendong jarit anti pegal ini. Sekarang, si bungsu Elo sudah besar,
sudah nggak minta gendong lagi kecuali kondisi tertentu.
Jadi, nggak ada salahnya dong kalau sekarang aku “amalkan”
ilmunya via blog ini. Sebagai ucapan terima kasih buat emak-emak (entah siapa
saja) yang sudah aku baca blognya maupun tonton videonya. Soalnya, kalau aku
lihat, masih banyak emak-emak pengguna gendongan jarit yang belum pakai simpul
jangkar ini.
Semula aku mau bikin foto dan video tutorial sendiri (ecek-eceknya ikutan bikin video tutorial). Tapi ternyata si
bocah nggak mau diajak kerja-sama. Yo wis, pinjam foto dan video yang ada di
internet sajah. Sekalian, selain video tutorial penggunaan oleh Tutorial TV (video pertama), juga aku sertakan video "kesalahan umum penggunaan simpul jangkar dan cara mengatasinya" dari kanal Gendongan Geek (video kedua). Izin pakai videonya yaah 💓💓💓💓
Setuju banget, arit emang gendongan sepanjang masa. Dari dulu suka pakai ini, hahaha.
BalasHapusTernyata selama ini aku salah makainya, hahaha. Pantes di punggug rasanya pegal kalau kelamaan gendong.
BalasHapusTernyata yang bikin pegel karena cara taroh simpuolnya salah, hmm baru tahu. Makasih infonya Mba.
BalasHapus