pic : pixabay |
Sejak jadi anak putih abu-abu, saya sudah mulai nge-kost. Maklum tinggal
di kampung pelosok yang belum ada transportasi umumnya. Nge-kost
menjadi pilihan karena jika tidak akan sangat melelahkan. Sebenarnya, dengan
kendaraan sendiri, jarak dari kampung ke sekolah bisa ditempuh 30-40 menit
saja. Tapi, jangankan mobil, saat itu sepeda motor atau sekedar sepeda angin pun
kami tak punya.
Jadwal rutin saya adalah berangkat pada Senin pagi dan kembali di Sabtu
sore. Tapi kadang, selain Sabtu saya
juga balik sih. Hari selanjutnya, maksimal pukul 05.30, saya harus sudah keluar
rumah. Jalan cepat kurang lebih dua kilometer menyusuri jalan kampung yang
(saat itu) masih berbatu menuju jalur aspal di kecamatan. Di situlah baru ada
angkutan pedesaan (angkot) warna merah muda yang akan membawa saya ke kecamatan
sebelah.
Selepas angkot, barulah saya bisa naik bus. Ada dua pilihan, bus besar
(sebenarnya ukuran sedang) dan bus kecil. Masih inget banget, bus sedang itu
punya nama Kurnia Agung dengan rute Sukorejo – Magelang. Biasanya bus ini sudah nyaris penuh dari
Sukorejo, jadi tak akan berhenti lama di tempat saya turun angkot. Untuk masuk
juga harus berjuang karena berdesak-desakan. Masa itu, penumpang yang adalah
anak sekolah “belum dihargai” sama angkutan umum. Karena bayarnya kan cuma setengah
dari penumpang umum.
Bus kecil, sebenarnya memiliki rute yang sama dengan bus besar. Tapi pada
praktiknya seringkali hanya separuh jalan. Lajunya juga lambat karena kerap mengambil
penumpang di jalan. Saking lambatnya, sebagian kami menyebutnya “endel”, yang
sebenarnya adalah nama anak menthok (sejenis bebek).
Supaya nggak telat sampai sekolah, pilihan pertama adalah bus besar.
Sayangnya, jumlah bus besar sangat amat terbatas. Seingat saya, di jam-jam
berangkat sekolah, hanya ada dua bus besar yang melintas. Kalau endel sih
banyaaaak.
Ketinggalan bus besar lumayan sering saya alami. Rasanya nyesek kalau
dari dalam angkot yang hendak berhenti, terlihat bus besar melaju pergi. Yah
nasib..... bisa apa selain bye bye
kemudian naik endel yang melaju pelan-pelan. Kalau beruntung, saya bisa segera
loncat dari angkot lalu bersicepat lari mengejar bus yang sudah bergerak.
Lumayan drama....
dulu nggak sampai segininya siih :) |
Tapi ketinggalan bus tidaklah sedramatis ketinggalan kereta api. Ini
terjadi ketika saya hendak dalam perjalanan kereta api eksekutif Solo –
Bandung. Agak lupa bagaimana kejadian detailnya. Tapi saya tiba di stasiun jauh
lebih awal dari jam keberangkatan. Waktu
itu diantar teman, jadi kami menunggu kereta sambil ngobrol-ngobrol. Menjelang keberangkatan, barulah saya masuk
peron. Lihat jam tangan, masih kurang 15 menit dari jam berangkat. Bisa deh ke
kamar kecil dulu.
Tapi, entah jam tangan saya yang lambat atau saya terlalu lama di
toilet. Saat keluar dari kamar kecil, kereta api yang saya tunggu sudah bergerak
pergi. Duuuuuh..... Saya berlari-lari mengejar kereta laiknya adegan di
film-film. Mending, di film biasanya mengejar pacar, nah saya benar-benar
mengejar kereta.
Hasilnya..... ya gagal-lah. Malam itu, dengan tiket kereta
eksekutif saya naik kereta bisnis di jam
berikutnya. Ihiks...turun kelas.
Belum cukup dengan ketinggalan kereta api. Di lain waktu, saya
ketinggalan pesawat Jogja – Jakarta. Waktu
itu, saya pegang tiket maskapai Adam Air yang kini sudah “almarhum”. Jadwal
penerbangan pukul 17.00 dan saya sudah sampai di bandara pukul 15.00. Jelas
nggak terlambat kaan...
Tapi penerbangan delayed (huh!) jadi pukul 18.00, lalu mundur lagi pukul
19.00. Hari itu, saya dalam kondisi lelah banget. Di ruang tunggu tanpa teman, bosan, dan lelah.
Alhasil....lessss, saya ketiduran!!!
Tergeragap bangun, sudah lewat pukul 19.00. Gawat darurat!! Saya tanya
petugas maskapai, pesawat sudah berangkat. Penerbangan terakhir dari maskapai
yang sama pukul 20.00. Badan capek dan syok, saya nggak bisa mikir untuk ngurus
perpindahan tiket ke pesawat selanjutnya. Yang saya justru segera melesat ke
loket untuk beli tiket baru. Di pesawat, saya tak bisa lanjut tidur. Merasa
kesal dan konyol karena ketinggalan pesawat padahal sudah tiba di bandara sejak
pukul 15.00.
Masih ada lagi cerita lainnya!
Kalau dua cerita sebelumnya terjadi saat saya masih single, yang ini terjadi dalam perjalanan keluarga. Penyebabnya bukan
karena kekonyolan pribadi tapi memang karena tidak adanya jadwal jam keberangkatan
kapal. Pokoknya, asal muatan sudah penuh, kapal feri Ajibata – Tomok di Danau
Toba segera bertolak. Nah, tepat saat mobil kami masuk pintu pelabuhan, kapal passss sedang bertolak. Kami menjadi mobil
pertama di antrean keberangkatan kapal berikutnya. Dan antreannya itu lumayan lama.
Saat itu, hujan pula. Jadi kami hanya bisa duduk-duduk di warung sambil makan
minum.
Andai tadi lebih cepat sedikit, mungkin kami masih bisa
ikut kapal yang sebelumnya. Tapi yaaah, mungkin memang harus begitu. Supaya cerita
saya lebih berwarna-warni, dari mulai ketinggalan bus hingga kapal feri.
----------------------------------------------------------------------------------------------
Sebenernya ini tulisan lamaaaaa. Pagi-pagi bongkar-bongkar file di laptop
dan menemukannya. Dulu pernah saya kirim sebagai tulisan ringan ke sebuah media
cetak. Sudah lama banget...yakin aja memang sudah nggak lolos muat. Yo wis,
tayang di sini aja. Jelas lolosnya๐๐๐
Hihi lucu ceritanya, kalo aku malah seringnya dateng kepagian. Apa2 duluan jadi pas jam inti udh ngantuk dan garing duluan ๐
BalasHapusWah kalo sering begitu mesti buat note alaram dihape ya ๐ค BTW sy gagal fokus liat pic kereta itu๐๐
datangnya kecepetan mbak bella. jadi boring duluan dan jadi ketinggalan hahahah
Hapusastaga memang hobi ketinggalan ya
BalasHapusdulu mbak..sekarang insyaallah enggak . soalnya suami paling cerewet kalau soal pergi2 begini
HapusHehehe ... seru ya kalo ingat perjuangan ngejar transportasi biar ngga ketinggalan ๐
BalasHapusItu ilustrasi ngejar kereta sampai kayak gitu ... bikin ngakak abiiis ...
Wuakakakaka ๐คฃ
iyaaa..siapakah "tsk" dalam foto tersebut ya mas himawan. ucuul bener
Hapusaku salah fokus sama foto yang ketinggalan kereta aduhh mana masih pakai celana pendek hahahahha
BalasHapussemoga ga lecet atau baret kakinya ya mbak heheheh
Hapus