Ale dan Elo sih belum punya hak pilih :) |
Saat berita tata cara pindah pilih viral di
media maupun grup WhatsApp, aku berpikir untuk mengurus ini. Secara, aku tinggal
di pinggiran Medan tapi KTP masih Jawa Tengah. Jadi, kalau mau berpartisipasi
dalam pesta demokrasi, ya harus mengurus form A5 sebagai syarat pindah tempat
nyoblos. Sepertinya berita itu sudah viral sejak Januari. Tapi, niat untuk mengurusnya baru aku realisasikan 14 Maret --yang jelas sudah
mepet deadline ^-^.
Informasi pertama yang aku baca, deadline pengurusan pindah tempat nyoblos adalah tanggal 17 Februari.
Tapi kemudian ada lagi berita kalau deadlinenya tanggal 17 Maret. Ya udin, makin
leha-lehalah dalam menunda-nunda. Eh sebenernya nggak sepenuhnya menunda-nunda
sih. Sebab bahkan sejak tahun lalu, aku sudah bilang emak/kakak di kampung, minta tolong nanti diuruskan form
pindah pilih. Tapi mungkin karena aku salah istilah, yakni aku bilang minta “undangan
nyoblos,” (bukannya bilang form A5),
jadi dijawab mereka kalau undangannya belum diantar ke rumah. Geje banget ya kan dirikuuh :D.
Sejak Januari, ada dua hingga tiga kali nanyain ini, tapi jawabannya sama
(ya jelaslah). Sampai kemudian tanya sepupuku yang adalah PPS di sana. Tapi dia
ternyata juga nggak ngeh soal form A5. Lagipula, baru minggu kemarin aku tanya
dia. Ntar malah telat kalau minta diurusin di sana. Jadi ya udah, aku
memutuskan buat ke KPU Kota Medan saja.
Pilpres lima tahun lalu, aku dan BJ sudah mengalami pindah
pilih ini. Waktu itu kami masih tinggal di Pematangsiantar. Tapi waktu itu,
kami nggak mengurus sendiri. Seingatku ada petugas yang datang ke rumah untuk
mendata lalu nempelin stiker-tanda-sudah-di-data di kaca depan. Entah karena waktu
itu kebijakannya memang seperti itu, atau karena kami cukup baik bermasyarakat
(kenal tetangga-tetangga yang ngurus pemilu), atau karena kami punya teman di
KPUD Kota Siantar. Pokoknya semudah itu, nggak perlu inisiatif pribadi sama
sekali.
Dengan pindah pilih lintas provinsi, jelas saja kami cuma
punya hak pilih presiden. Di TPS nggak dapat surat suara caleg kota hingga
nasional maupun anggota DPD. Simpel, nggak banyakan surat suara yang mesti
dicoblos hahahaha. Etapi karena tetangga-an sama tim sukses seorang caleg, kami
juga dibagi amplop uang. Hedeeeeeuh.... Ya maksud tetangga ini sih “baik”
(tanda kutip tentunya). Jalankan tugas sesuai tupoksi dan dahulukan bagi ke
orang-orang yang dikenal. Kalau sudah begini ini piye coba?
Sering pekewuh (sungkan) yang kental ala orang Jawa itu masih bangeeet di aku. Idealisme tolak uang suap itu tertelan rasa sungkan sama tetangga. Bersyukurnya eike bukan pejabat publik atau petugas KPK yaaa... Akhirnya jadi ikutan menjalankan praktik umum, terima uangnya, nggak coblos orangnya (lha wong memang nggak punya hak pilih caleg hehehe). Seingatku, waktu itu si duit buat jajan bareng-bareng (sigh).
Sering pekewuh (sungkan) yang kental ala orang Jawa itu masih bangeeet di aku. Idealisme tolak uang suap itu tertelan rasa sungkan sama tetangga. Bersyukurnya eike bukan pejabat publik atau petugas KPK yaaa... Akhirnya jadi ikutan menjalankan praktik umum, terima uangnya, nggak coblos orangnya (lha wong memang nggak punya hak pilih caleg hehehe). Seingatku, waktu itu si duit buat jajan bareng-bareng (sigh).
Kembali ke cerita.
Meski sudah berulang-kali baca soal mekanisme pindah pilih, jujur ada beberapa hal yang aku masih bingung. Jadi sebelum gerak cari
form A5 aku tanya-tanya dulu sama teman yang di KPUD Siantar. Kupikir aku juga
bisa minta form A5 di PPS, jadi kan nggak perlu ke KPU. Tapi ternyata kalau
statusnya kayak aku (pegang KTP luar kota, bahkan luar provinsi), nggak bisa
urus A5 di PPS tapi mesti ke KPUD setempat. Beda halnya kalau semisal aku
pemegang KTP Kota Medan dan aku mau coblos di daerah lain, aku bisa minta ke
PPS sesuai alamat KTP.
Ya sudah, akhirnya cocokkan jadwal sama BJ dan baru bisa
Kamis minggu ini. Kami berangkat sekitar pukul 13.00 dari rumah ke KPUD di Jalan
Kejaksaan. Sama-sama belum ngerti posisi kantor KPUD, kami sempat terlewat dan
harus muter lagi. Hari itu, masih banyak juga orang yang mengurus pindah pilih.
Tapi nggak terlalu padat sih. Kami langsung ke meja pertama (di teras) yang
dijaga sama petugas yang ternyata masih anak-anak SMA dan mahasiswa semester
awal. Mungkin mereka dihire sama KPUD (nggak nanyak soal ini).
Nggak ada
pelayanan ramah ala petugas hotel atau teller bank. Malah ada yang mukanya
jutek. Aku dan BJ sih cuek aja. Tapi ada seorang bapak yang nggak suka dengan
sikap mereka dan langsung kasih “ceramah” soal tata krama. Yah mungkin mereka
sudah capek kerja dari pagi. Plus juga masih terhitung para belia yang belum
diajari profesionalitas kerja.
Di meja itu, NIK kami dicek, sudah masuk Daftar Pemilih
Tetap atau belum. Sewaktu di rumah, aku sudah coba cek statusku di www.lindungihakpilihmu.kpu.go.id
dan www.sidalih3.kpu.go.id tapi situsnya enggak bisa kebuka di hapeku. Yakin aja sih sudah terdaftar karena pas mudik Desember lalu
sempat sekilas ngobrol soal ini sama seorang perangkat desa. Hasil cek petugas,
aku dan BJ memang sudah masuk DPT. Jadi kami langsung dikasih form A5. Tapi
karena nggak bawa fotokopi KTP, kami mesti keluar dulu buat fotokopi. Di rumah aku
sudah siapin Kartu Keluarga, eh ternyata malah nggak terbawa. Padahal,
baca-baca syarat minta form A5 mesti bawa KTP dan KK. Tapi ternyata nggak
masalah nggak bawa KK (syukurlah).
BJ absen sebelum pulang |
Selesai di situ, kami diarahkan ke meja dalam untuk
menyerahkan form A5 dan mengisi buku absen. Kami disarankan datang Sabtu untuk
menyelesaikan urusan form A5 ini. Setelah itu, nanti kami tinggal mengurus ke
PPS. Makanya judulnya setengah beres ya hahaha...soalnya memang belum
sepenuhnya beres.
Btw, sebenernya masih belum yakin ntar bisa bener-bener
beres atau enggak. Masalahnya, kami memilih mengurus di KPUD Kota Medan dengan
alasan alamat tempat kerja BJ. Padahal, secara domisili kami tinggal di
pinggiran Medan yang sudah masuk area administratif Kabupaten Deli Serdang.
Tapi mengurus ke KPUD Kota Medan jelas lebih dekat dibandingkan mesti mengurus
ke Lubuk Pakam (ibukota Deli Serdang). Kayak gini ya dilema banyak warga
perbatasan. Lebih dekat mengurus ke tetangga daripada ke daerah sesungguhnya.
Ya mudah-mudahan saja nggak ada masalah. Jadi kami bisa
kembali berpartisipasi dalam pesta demokrasi. Aku sih memang nggak (atau
belum?) tertarik terlibat aktif berpolitik. Bahkan, sekedar menyinggung tentang
politik pun aku masih enggan. Terutama kalau di sosial media sih, karena kalau
sudah ngomong politik, sosmed itu bisa kejam sekali. Dan aku belum siap dengan
itu hahaha.
Meski demikian bukan berarti aku apolitis. Walaupun nggak
concern banget, aku tetap mengikuti berita-berita politik. Aku nggak mau
sepenuhnya cuek karena hidup sehari-hari kan tetap terhubung dengan isu politik.
Bagaimanapun aku bagian dari rakyat yang terdampak positif maupun negatif dari
berbagai kebijakan politik (atau dipolitisasi ^-^).
Sebagian orang tidak mau menggunakan hak pilihnya sebagai
sikap politik. Sebagian lainnya karena males ngurus atau sudah ngurus tapi ada
hambatan prosedural. Aku sendiri memutuskan untuk memilih dan masih menunggu
besok untuk tahu, hak pilihku bisa digunakan atau tidak.
Sabtu pagi, (16/3) aku dan BJ kembali ke KPUD Kota Medan
untuk ambil form A5 dengan tanda tangan Ketua KPUD. Masih lumayan banyak orang
yang mengurus pindah pilih, tapi nggak padat sih. Aku dan BJ nggak perlu antre
panjang buat ambil form A5. Tinggal urusan mengurus ke PPS di kelurahan tujuan.
Sebenernya sih, bisa kapan saja ke PPS (tapi disarankan jangan pas hari-H
pemilu, mending urus sebelum 19 April). Sayangnya, setelah sempat dibingungkan
oleh GPS, kami menemukan kantor kelurahan dalam kondisi tertutup dan sepi.
Rupanya hari Sabtu mereka libur. Dan sampai update ini, kami belum kesana lagi
hihihi.
Jadi wan-kawan, untuk urusan pindah pilih sudah lewat batas waktu ya...
Buat yang kepengin menggunakan hak pilih di luar daerah tempat terdaftar, mau nggak mau jadi golput. Tapi kalau sekedar nggak masuk DPT dan tidak pindahtempat, masih bisa milih kok. Syaratnya : sudah punya KTP elektronik. Nanti,
oleh petugas akan dimasukkan ke Daftar Pemilih Khusus dan hanya bisa mencoblos
satu jam sebelum pemungutan suara ditutup.
wah bisa ya diurus. kupikir bakalan ribet nih urusannya. Dulu aja aku ganti e-KTP pindah kabupaten ngurusnya sampe bolak-balik.
BalasHapusbisa mbak. tapi memang butuh effort ya buat datang ke KPU
HapusAku belum pernah ngerasain merantau jauh, jadinya ga ngerti apa2 kalau ada temen yg nanyain form A5. Oke, jadi sekarang udah ditutup ya buat urus A5, terpaksa jadi Golput ya 😅
BalasHapuskalau ktp beda sama domisili, iya sih jadi golput :)
HapusSaya dan suami sudah mendiskusikan nih, untuk pindah pilih atau tetap ke alamat asli mama, tapi semoga semuanya lancar sampai hari pemilihan tiba ya, Mbak. Karena golput itu bukan pilihan
BalasHapuseh golput bukan pilihan ya mbak astin? Haha saya pikir malah itu juga pilihan :D
HapusTahun kemarin waktu aku tugas akhirnya banyak yang gak gunain hak pilih karena malas ngurus ini. Kalau cuma pindah TPS, masih ada yang mau nyoblos setelah pukul 13.00. Padahal kan sayang banget kalau golput
BalasHapusBagi sebagian orang memang mikir, ngapain ikut pemilu, nggak ngaruh ke kehidupan pribadi. mungkin gitu ya mbak Jiah,.padahal KPU dari pusat sampai petugas2 di TPS uda capek kerja
HapusHak pilih jamgan sampai disia2an. Mengurusi hal2 ini memang sudah kewajiban kita dan kini gak ribet ko..
BalasHapusRibet nggak ribet itu yang masih subyektif ya mbak Hikmah ^-^
Hapuswah hebat banget ya mbak semangat untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu ini. Kalau aku udah gak punya hak suara seperti itu pasti langsung apatis deh, jadi ya gak akan diurus juga >.<
BalasHapusTapi karena udah punya juga sekarang ya dipake aja seh, mudah-mudahan pilihannya yang terbaik aja. Semoga.
hehehe..sekalian main mbak.kalau nggak ngurus ginian, kapan lagi jejalan ke KPUD wkwkwk
HapusSemoga nanti bisa berpartisipasi dalam pemilu dan memilih pemimpin yg baik sesuai dgn hati nurani..
BalasHapusamiin mbak rita :)
HapusTetap masih kurang praktis ya Mak cara-caranya itu. Maunya dimanapun kita berada bisa langsung cuss ke TPS dan terekam secara nasional, jadi kalau nyoblos lwbih dari sekali di TPS berbeda bisa langsung ketahuan.
BalasHapusiya sih mbak lina. tapi terbayang cost-nya bakalan gede banget kalau tiap TPS mesti sediain alat digital utk deteksi hak pilih dari KTP. pikir saya, harusnya yang beda kota pun tetap bisa urus di PPS terdekat, nggak mesti ke KPUD
HapusWhaha.. Baca ini aku jd agak merasa berdosa mba. Periode kemarin gak nyoblos gegara males ngurus beginian. Ad bayi jg sih drmh jd riweuh. Heu
BalasHapushaha, iya..kalau ada bayi, saya juga entah. Lima tahun lalu, saat ada bayi, saya nggak ngurus sendiri sih :)
HapusAku dulu pernah ngurus beginian pas tahun 2009. Sesuatu banget ya ngurusinnya. Semoga mba sekeluarga bisa berpartisipasi dalam pemilu
BalasHapusmakasih mbak liswanti :)
HapusJadi ingat adek sama istrinya yang ngurus beginian karena tanggal segitu mereka harus pergi ke Korea. Jadi ya, nyoblosnya di Kedubes di sana dan hanya punya hak pilih presiden ajah
BalasHapusnah ini, belum punya pengalaman kalau nyoblos di LN sih mbak hahaha
HapusAku baru ingat kalau belum urus surat pindah :) pindah desa sih sebenarnya tapi ribet juga kLau ga diurus apalagi mau pemilu
BalasHapusUrusan surat menyurat memang masih sering belum sepraktis harapan kita ya mbak liza hahaha
HapusWhoa.. ternyata harus siapin waktu ya kak buat urus form A5 itu. Aku pikir cuma bawa berkas dan isi, udah selesai. Tapi semoga masih semangat memperjuangkan hak suaranya. Salut deh sama kakak sekeluarga. Btw, aku baru ngeh ini blog kak Lisdha. Padahal udah bolak-balik baca tulisan kakak disini juga. Sekali lagi salam kenal ya kak. Senang bisa kenalan dengan kakak.
BalasHapusHalo Kak Kina..kalau pindah TPS doang dalam satu kota sih tinggal ke PPS terdekat. Hiya nih, ternyata perlu banget ya menampilkan profil di muka blog. Thanks "ketidakngeh-annya" :)
HapusRibet juga ya kak.. Apa gak ada kepikiran buat ganti ktp medan aja? Hehehe
BalasHapus
BalasHapusPutusan MK terbaru, batas akhir mengurus TPS pindahan adalah 7 hari sebelum Pemilu tiba.
Aku juga ada rencana untuk urus pindah lokasi coblos mbak. KTP ku daerah pinggiran Jakart, tapi aku berkantor di tengah kota. Maka mau pindah lokasi TPS di dekat kantor aja. Karena pada hari H, aku tetep masuk kantor, kalau mau coblos ke TPS yang sama dengan KTP ku, wah bisa makan waktu 2 jam perjalanan bolak balik, hehehe.