Judul di atas memang
terinspirasi dari “Babi Buta yang Ingin Terbang,” yakni sebuah film produksi
tahun 2008. Sudah lewat satu dekade tapi aku masih saja ingat judul tersebut.
Padahal, aku nggak nonton filmnya lho. Aku hanya membaca resensinya di berbagai
media. Mungkin karena bagiku kalimat “babi buta yang ingin terbang” itu terasa unik,
makanya aku masih saja ingat.
Meski nggak nonton, tapi dari resensi aku tahu kalau “babi”
di judul itu hanyalah kiasan. Memang ada adegan yang menampilkan fisik binatang
babi, tapi tokoh utamanya tetaplah manusia. Babi di film itu adalah sebuah
sebuah satire yang sarkas. Bagaimanapun, dalam budaya Indonesia pada umumnya,
binatang babi lekat dengan gambaran kejorokan. Lalu, saat diterapkan pada
bahasa, babi bisa menjadi ungkapan yang teramat kasar. Umpatan dengan kandungan kata babi bisa bikin orang saling bacok, ya kan?
Kalau sama sekali nggak tahu dan jadi penasaran sama cerita
film itu, browsing saja dengan kata kunci “babi buta yang ingin terbang.”
Google akan memberimu banyak informasi. Baca resensinya sudah langsung terasa
kalau itu “film berat.” Topiknya serius dan memuat scene yang masih tabu untuk budaya kita. Jenis film yang berjaya di festival tapi tidak
di komersial.
Jelas 180 derajat dengan Dumbo, film animasi yang aku-BJ-Al-dan
El tonton Selasa (2/4) lalu. Film Disney, sesedih apapun muatan ceritanya,
tetap akan ada keriangan di dalamnya. Pun ending yang selalu happy karena kan
film keluarga sehingga bisa ditonton anak-anak (eh entah sih ya, adakah film Disney yang sad ending?).
Sejak trailer Dumbo tayang di Disney Channel, aku sudah berniat untuk nonton.
Ale dan Elo jelas setuju pakai bangeeeet. Bagi mereka, bioskop masih menjadi
tujuan yang seru. Ah ya, kapan-kapan bikin postingan tentang pengalaman pertama
mereka ke bioskop ah. Asli norak habisssss.... kompak sama emaknya kalau soal
norak-norakan hahaha (diiih, norak kok bangga :D).
Aku nggak memperhatikan jadwal tayang si Dumbo ini. Yang
jelas, sejak pekan lalu, Ale kena cacar air sehingga dia sampai absen sekolah.
Hwaaa, bisa nonton nggak nih? Puji Tuhan di hari Selasa, Ale sudah kembali
sekolah. Hari itu, aku cek jadwal film via menu Gotix di aplikasi Gojek.
Ternyata Dumbo masih tayang. Sepulang sekolah, aku tawari duo Ale Elo untuk
nonton Dumbo dengan penjelasan “ituuu lhooo, gajah yang bisa terbang.” Langsung
deh mereka semangat 45.
Eh kok ya pas blogwalking siang itu, aku ketemu cerita nonton film Dumbo
di blog Mbak Dedew. Aku pun Whatsapp BJ yang masih di kantor, Selasa itu dia
pulang sore apa malam. Pikirku, kalau mesti pulang malam, kami berangkat bertiga aja
tapi ntar dia jemput pulangnya. Tapi ternyata BJ bisa ikut nonton. Yuhuuu....
makasih ya beb...
Kami sepakat pilih nonton di CGV Focal Point Medan di jam
tayang 19.05. Biar enak jalannya, kami bertiga naik Gocar ke kantor BJ. Barulah
dari sana, meluncur berempat ke Focal Point. Sampai di sana nggak telat sih.
Tapi sudah nggak dapat seat yang belakang tengah. Masih dapat belakang sih tapi
pinggir. Lumayanlah daripada di barisan depan dekat-dekatan sama layar... Haha, aturan tadi pesan tiket via
aplikasi aja ya..
Sebelum ketemu blog mbak Dedew, aku sudah baca juga sih resensi film Dumbo ini.
Lupa baca di kanal apa, yang pasti menurut penulis di situ, Dumbo bukan film
istimewa dari segi sinematografik. Nggak ada kebaruan yang spektakuler. Tapi
bukan berarti nggak ada pujian untuk film itu. Si penulis tetap acung jempol
untuk sutradara Tim Burton yang mampu menyajikan gambar-gambar menawan. Aku sih
nggak ngerti juga soal sinematografik. Jadi meski dibilang enggak spektakuler, aku tetap
aja mau bawa anak-anak untuk nonton. Walaupun tidak semua detail aku sepakati, tapi
aku menyukai garis besar pesan positif yang diusung film-film Disney. Terutama setelah punya anak hehehe.
Jadi memang, ini film ringan untuk dicerna pesannya. Alurnya
nggak rumit, gambar-gambarnya indah. Kalau nggak begitu, ya bukan film untuk
anak-anak/keluarga. Aku nggak menyesal
nontonnya, apalagi (yang paling penting nih) anak-anak senang sekali. Ya sih,
Elo sempat rada bosen karena si bocah 4,5 tahun itu memang belum bisa duduk anteng
lebih dari satu jam. Meski demikian, saat kami keluar teater dan tanya dia
gimana-filmnya-tadi, Elo jawab kereeeen dan langsung minta kapan-kapan nonton
ke bioskop lagi.
Meski suka nonton, tapi itungannya aku tu bukan movie freak.
Jadi dari baca resensi-lah aku baru ngerti kalau Dumbo diadaptasi dari film animasi
yang pertama kali diproduksi tahun 1941 dengan judul yang sama. Film animasi yang
diangkat dari buku anak karya Helen Aberson dan Harold Pearl dengan ilustrator
Helen Durney. Yang bikin aku terlongo, buku itu terbit tahun 1938. Waaaooo....
zaman Indonesia masih dijajah Belanda!
Film ini diawali dengan adegan kesibukan sebuah rombongan
sirkus yang dipimpin Max Medici (Danny DeVito). Berlatar Perang Dunia I dengan
segala kesulitannya, sirkus juga menghadapi situasi yang sangat pelik. Mereka
membutuhkan sebuah atraksi baru yang diharapkan bisa menarik animo penonton
untuk kelangsungan hidup sirkus. Medici mengambil risiko dengan
menginvestasikan sejumlah besar uang untuk membeli seekor induk gajah. Diceritakan,
indukan gajah tersebut sedang mengandung. Kelahiran bayi gajah diharapkan
membawa angin segar bagi kesulitan yang tengah dihadapi sirkus Medici.
Apa daya, bayi gajah yang lahir ternyata tidak sempurna
secara fisik. Telinganya sangat lebar dan itu bukan hal yang bagus bagi Medici.
Tapi karena kabar kelahiran gajah telanjur disebar-luaskan, mau tak mau Medici tetap harus menampilkannya
di arena sirkus. Tugas pelatihan gajah diserahkan pada Holt Farrier (Colin Farrel),
veteran perang dengan satu tangan yang aslinya adalah bintang berkuda di sirkus
Medici.
Penampilan pertama Dumbo yang dibalut kain di kepala untuk
menyembunyikan telinga lebarnya justru berakhir chaos. Akibatnya, Jumbo –yaitu induk Dumbo- yang
dianggap sebagai biang keributan dijual kembali ke pemilik lamanya. Dumbo pun terpisah dari induknya. Milly (Nico
Parker) dan Jo (Finley Hobbins), dua anak Holt yang belum lama kehilangan sang
ibu, seolah bisa memahami perasaan Dumbo.
Kakak-adik itulah yang pertama kali mendapati bahwa telinga lebar Dumbo ternyata
bisa berfungsi laiknya sayap untuk terbang.
Kemampuan istimewa Dumbo langsung menjadi berita besar dan
mengundang orang berduyun-duyun menonton sirkus Medici. Kabar tersebut sampai
ke telinga Vandervere (Michael Keaton), pemilik sebuah tempat hiburan yang besar dan terkenal
bernama Dreamland. Ditemani bintang akrobat cantik Collete Merchant (Eva
Green), Vandervere datang ke tempat Medici dan menawarinya kerja sama. Sebuah
penawaran kerja sama yang sesungguhnya hanya kedok dari ambisi untuk memboyong
Dumbo ke sirkus Dreamland.
Bagaimana jalan cerita selanjutnya? Haha, lebih seru kalau
nonton sendiri ya kan? Aku pribadi paling terkesan pada adegan saat Milly dan
Jo membujuk Dumbo yang saat itu ngambeg latihan terbang. Milly yang selalu
mengenakan kalung dengan liontin berbentuk kunci memberi tahu Dumbo pesan
mendiang ibunya. Aku lupa sih presisi dialognya, tapi pesannya kurang lebih
begini : “ada saat-saat dalam hidup di mana kita merasa terkurung, nggak bisa
kemana-mana. Tapi percayalah, pasti ada kunci untuk bisa keluar dari sana.”
Aku juga menyukai ending cerita di mana Dumbo bisa kembali
berkumpul dengan ibunya, lalu mereka dilepasliarkan di alam bebas. Ini bisa
menjadi pesan konservasi bagi anak-anak. Memang sih, masih ada binatang-binatang
di sirkus Medici yang kemudian tak lagi
bergabung dengan Dreamland. Tapi dalam epilog, Medici menyatakan jika di
sirkusnya tak ada binatang yang diperlakukan semena-mena karena mereka semua
adalah keluarga. Lagi-lagi aku lupa dialog persisnya, tapi kurang lebih begitulah intinya. Tetap ya, pesan pentingnya adalah tentang keluarga.
pic by yourtango.com |
kagum ya ama yang bikin animasi, sutradara dan .. semua lah! Dumbo selama ini hidup di memory hanya sebatas film kartun biasa aja, ternyata setelah di re-make dan dengan teknologi canggih, jauuuuuh bedanya!
BalasHapusWah, sejak kemarin di temlem fb pada bahas Dumbo. Kalau anakku lihat pasti seneng banget karena Gajah itu binatang kesukaan dia xixi
BalasHapusCocok banget filmnya ditonton keluarga ya mengandung makna-makna kehidupan juga. Aku baru baca-baca resensinya aja nih belum sempat nonton.
BalasHapusNah aku tuh suka bingung juga ya menjelaskan ke anak kalau binatang ada di sirkus gitu, mudah-mudahan dnegan nonton film ini anak-anak juga jadi mengerti
Pengen nonton Dumbo tapi sayangnya anak-anak masih belum ngerti kalau filnya bukan film kartun :D jadi mamak harus sabar aja nungguin filmnya tayang di tv kabel atau nanti udah ada DVD nya :D
BalasHapusDi keluarga kami yg suka nonton cuma si ayah. Tapi di Kota kecil kami baru ada bioskop, tampaknya perlu dijajal. Ini cocok buat nonton bareng nih.
BalasHapusaku malah baru tahu mba yang babi buta ingin terbang jadi pengen cari tahu juga film ini hahaha..
BalasHapusaku pun lihat tentang Dumbo ini berniat pengen nonton tapi takut anak bayik nangis karena suara menggelegar makanya urung nonton ini sama nakanak
Kayaknya film nya ringan ya mbak, maksudnya mudah di"cerna" jalan cerita nya oleh anak-anak, walaupun ada konflik nya. Ada pesan moral nya juga, semoga pesan moral nya sampai ke anak-anak ya.
BalasHapusSuka sama quotes terakhirnya tentang keluarga.
Sayangnya anak ketigaku nggak suka film ini, rada serem buat dia. Dia inget kartun lamanya yg berwarna dan menyenangkan ��
BalasHapusSalah mamanya gak cek dulu hahaha
Masih di daftar wishlist untuk ditonton bareng keluarga besok weekend. Gara2 liat iklannya wira-wiri di Disney Channel. Jadi penasaran. Semoga awet tayang.
BalasHapusAku jadi penasaran liat aksi terbangnya si Dumbo kayak apa... Soalnya aku juga punya dua bocil, yang hobi nonton film juga. Makasih mb informasinya...
BalasHapusWow.... gajahnya bisa terbang. Asyik nih klo nton sama anak. Cek ah di bioskop.
BalasHapusKemarin ada yang ngajakin nonton Dumbo, tapi aku milih Shazam. Ini cocok untuk anak-anak atau keluarga ya, ada pesan moral yang disampaikan dalam cerita
BalasHapusAku baru mau searching info fiom ini gara-gara di ucalkan salah satu tokoh anak dalam cerita wattpad yang minta diajak nonton Dumbo, trims infonya mak
BalasHapusApapun filmnya kalo anak-anak seneng mah pasti memuaskan ya Mak.
BalasHapusDari versi asinya yang udah lama banget Ku pun sukaaa banget! Dan memang pesannya juga banyaaak yaaa dan bagus. Mari nonton rame-rame..
BalasHapusKeinget aku masih punya bonus tiket nonton d salahsatu e-money
BalasHapusEnak nih ya mbak bisa buat nonton Dumbo, aku pengen juga nonton soalnya tapi ga ada temen nonton nih 😪
Waaah udah tayang ya. Anakku pas banget nih dia ngajakin nonton film ini. Thanks Mbak udah ngingetin. Aku jadi pengen buat tulisan resensi filmnya.
BalasHapusSejauh pengetahuan saya, tidak ada film Disney yang sad ending. Anak-anak saya suka dengan semua film Disney, karena memang seru-seru.
BalasHapusEh, gak hanya anak-anaknya ding, emaknya juga sukaa nonton film Disney.
Hehehe
Kemaren keponakan aku nih nonton ini tapi aku gak ikutan. Seneng deh kalo ada film anak begini
BalasHapusKami belum nonton nih film Dumbo ini. Anak2ku pasti seneng banget kalo diajak nonton.
BalasHapusSeru ya Film dumbo ini anak-anak jadi senang sekali dan bahagia
BalasHapusUwuwuuw~
BalasHapusSo sweet ending yaa...
Aku suka film keluarga yang apik dan penuh makna begini.
Tema binatang, membuat anak-anak berempati terhadap hewan.
Penasaran sama babi buta yg ingin terbang, langsung googling...hehe
BalasHapus