Foto : gogonesia.com
Samalona, Juni 2021
Tak jauh dari Kota Makassar, matahari siang bersinar terang. Cahayanya menembus bening air asin, berpendar menyatu dengan keindahan di dalamnya. Mengenakan baju pelampung , saya memang tak akan tenggelam. Namun, kemampuan berenang yang kurang memadai membuat kadang panik oleh sebab tak berarti. Keindahan bawah laut ini tak sepenuhnya bisa saya nikmati.
Saya sedang kembali kapal motor ketika rasa sangat sakit tetiba menyengat kaki.
Tolooooong!!!!!!! Aku kena bulu babiiiii!!!
Cerita tentang Pulau Samalona bisa baca di sini : Samalona, Bukan Salmonella
bulu babi
Gambar : klikdokter.com
Saya spontan berteriak panik. Menyebut nama bulu babi bukan karena yakin terkena bulu babi. Namun, pengetahuan saya tentang mahluk laut yang menyengat hanyalah bulu babi😀. Saya tak bisa berpikir tentang penyebab lain.
Rasa sakit tadi cepat berkembang menjadi panas dan gatal. Selekas mungkin saya berusaha menjangkau kapal dan naik ke atas. Warna merah keunguan tersebar di bawah lutut sebelah kiri menjadi penanda daerah yang tersengat-entah-apa-itu.
maaf untuk gambar yang tidak asik 😅
Tak lama setelah saya berhasil naik kapal, Ezekiel ~keponakan saya yang masih di laut~ juga berteriak karena sebab serupa. Kejutan belum berhenti. Setelah Iel, giliran Ale yang mengaduh juga karena hal yang sama.
Waduuuuwww....tiga dari enam orang tersengat-entah-apa-itu. Mungkin, entah-apa-itu merasa terganggu dengan kegaduhan kami😂. Setelah beberapa saat, rasa sakit dan panas juga berangsur berkurang. Namun, gatalnya itu......sungguh mengganggu.
“Seperti ini ya Pak kalau kena bulu babi?” tanya saya saya pada pengemudi kapal sambil mengoleskan minyak kayu putih ke area yang gatal. Entah minyak kayu putih cocok atau tidak untuk jenis gatal karena mahluk laut. Namun, hanya itu obat P3K di tas yang bisa saya harapkan untuk meredakan gatal.
“Setahu saya kalau di sini nggak ada bulu babi,” kata si bapak. “Seperti apa tadi bentuknya?” lanjut si bapak.
“Wah, saya tidak memerhatikan Pak, kan di situ macem-macem,” jawab saya benar-benar tak bisa memberi petunjuk.
Rasa gatal itu masih awet sampai di rumah bahkan hari selanjutnya. Saya sampai bertanya pada teman blogger, Mbak Indah Nuria Savitri yang sudah berpengalaman diving di berbagai tempat. Mbak Insav merekomendasikan satu nama salep. Mbak Insav juga memberi tahu beberapa kemungkinan tentang "mahluk laut" yang menyengat itu.
Puji Tuhan, belum sampai beli salepnya, si gatal sudah jauh berkurang. Namun, si penyebab sengatan masih jadi misteri hingga kini.😀
Bawah laut memang bukan pemandangan yang kerap saya temui. Seingat saya, sebelum di Samalona ini, saya baru sekali menjajal snorkeling. Itu pun sudah duluuuuu sekali (itu juga entah di mana, saya benar-benar tak bisa mengingat dengan pasti).
Pada pengalaman pertama, saya malah belum bisa berenang sama sekali. Namun, saat itu saya masih gadis. Belum ada bocah kecil yang tiap saat minta tolong peralatan snorkelingnya dibenahi, juga sebentar-sebentar minta dipegangi. 😂😂
Kata orang, bawah laut adalah surga tersembunyi. Berbagai foto maupun video, juga sekelumit pengalaman dulu, membuat saya sepenuhnya setuju. Terumbu karang beraneka bentuk, ikan beragam jenis, juga berbagai mahluk laut yang unik. Belum lagi jika ada bonus bangkai kapal tenggelam. Boleh dong berimajinasi bermain di puing Titanic.
Sayang, kemampuan berenang saya hanya ala kadar. Di kolam renang saja, saya nervous tiap kali ke bagian dalam. Lah gimana mau diving di laut lepas? Ngimpi aja kali hihihi. Kabar baiknya, snorkeling tak terlalu butuh lihai berenang (apalagi bisa dilakukan dengan pelampung).
Perairan Pulau Samalona sudah terkenal sebagai spot snorkeling dan diving. Konon, juga ada bangkai kapal zaman kolonial di sini lho....Namun, sungguh sayang, tak ada gambar bawah laut dari gawai pribadi yang bisa ditampilkan di sini. Selain peristiwa tersengat-entah-apa, ada kejadian lain yang bekasnya lebih nyata. Yakni, telepon genggam BJ kena air laut saat digunakan memotret dalam air.
Entah plastik klipnya yang kurang aman atau pemasangannya yang kurang sempurna. Mana waktu itu tidak menyangka kalau terkenanya cukup parah. Intinya, gawai berakhir mati total huhuhuhu. Sungguh sebuah penyebab yang kurang menyenangkan untuk beli gawai baru.
Semua file -baik penting, kurang penting, maupun tidak penting- yang tidak dicadangkan hilang semua😡 Tentu saja, yang hilang itu termasuk foto-foto di Samalona yang diambil pakai gawai BJ. Mana saya hanya sedikit ambil gambar. Jadilah kami hanya punya sedikit foto dokumentasi di Samalona. 😞
Bersyukurnya, dua anak dan dua keponakan menyukai pengalaman itu. Seruuuuuu..... kata mereka. Bagi mereka berempat, snorkeling di Samalona adalah pengamalan pertama yang tak akan terlupa.
Catatan : tersedia persewaan peralatan snorkeling di Pulau Samalona. Harga saat kami ke sana (Juni 2021), Rp 50.000 per set (pelampung, snorkel mask, dan sepatu ~bukan sepatu katak). Pengunjung bisa request titik snorkeling/diving ke pengemudi kapal. Sewa kapal dari Makassar, Rp 300.000 – Rp 500.000.
Tanjung Bira, Oktober 2021
Gambar dari idntimes.com
Tak kapok dengan kejadian di Samalona, empat bulan kemudian kami berempat menjajal snorkeling di Tanjung Bira. Seperti Samalona, perairan di ujung timur Sulawesi Selatan ini juga terkenal dengan spot snorkeling dan diving. Dengan gradasi biru hijau bening di permukaan laut, bisa dibayangkan keindahan kedalamannya bukan?
Baca : Keindahan Bernama Tanjung Bira
Titik snorkeling yang dipilihkan pengemudi kapal (Pak Ari) berada di antara pantai dengan Pulau Liukang Loe. Tempat yang juga dikenal dengan Pulau Penyu ini bisa ditempuh sekitar 10 menit dari Pantai Bara atau Pantai Bira.
Berhubung kami tak banyak tahu, oke-oke sajalah dengan rekomendasi Pak Ari. Beliau sudah bertahun-tahun menemani pengunjung Tanjung Bira, jelas sudah tahu di mana baiknya.
Belajar dari pengalaman di Samalona, kali ini kami tak mau nyemplung bareng berempat. Belum berani lagi bawa gawai ke dalam air, gantian saya dan BJ yang memotret bergantian dari atas. Jadi, foto bawah air seputar Tanjung Bira saya pinjam dari Google yaaa....
Di sini, saya bisa lebih menikmati snorkeling. Mungkin karena sudah belajar dari pengalaman di Samalona. Selain itu, kapal dilengkapi pelampung ban dengan tali. Bagi saya yang kemampuan berenangnya tak memadai, keberadaan tali dan ban ini sangat membantu ketika kaget karena sesuatu. Jujur, saya tuh masih kaget-kaget lho kalau ada mahluk laut yang “aneh” atau tiba-tiba nyelonong.
Dari pantai, pemilik perahu merekomendasikan kami membawa biskuit dan Indomie (sama sih, di Samalona juga demikian). Biskuit dan mie bukan untuk dimakan sendiri, melainkan diremuk lalu disebar ke air. Pyuuuur..... begitu remah biskuit atau mie jatuh ke air, kawanan ikan aneka bentuk dan warna langsung mengerubungi. Cantiknya....
Buat saya yang sehari-hari hanya melihat dua ekor ikan cupang di toples sebelah tivi, pemandangan itu sungguh meriangkan hati.
Bening laut Tebing Apparalang,
ikan-ikannya tampak dari atas boo...
Kawanan ikan cantik Bira bisa dilihat tanpa harus snorkeling lho. Bahkan, juga tak harus naik kapal menjauh dari pantai. Ini saya lihat ketika berada di Tebing Apparalang. Dari bangunan kapal pinisi di sisi tebing, kami bisa melihat kawanan ikan warna-warni di laut bening. Bagi yang benar-benar tidak berani “melaut”, bisa cek spot ini.
Catatan : jika tak punya sendiri, peralatan snorkel bisa disewa di pantai (bisa sekalian dengan sewa perahu). Tarif sewa peralatan snorkel saat kami kesana Rp 25.000 (hanya snorkel mask tanpa sepatu). Pelampung satu paket dengan sewa kapal. Untuk ke Liukang Loe tarif standar kapal Rp 300.000.
Akhir kata :
Di pinggir pantai, kita makan ikan
Ikan segar bakar rasanya juara
---cakeeep😁😁----
Kalau ada kesempatan ke Sulawesi Selatan
Yuk main ke Samalona dan Tanjung Bira.
"Terima kasih untuk kunjungannya🙏🙏"
Wih mantep snorkeling memang kegiaan yang tidak bisa dilewatkan saat ke laut kayak gini, pemandangan di dalamnya memang harus dinikmati.
BalasHapusPengeeennn...kapan yah bisa kesitu...
BalasHapustahun 2018 punya pengalaman ke Tanjung Bira, ya allah mba itu ya menuju Tanjung Bira dari Makassar dengan perjalanan darat itu memakan waktu lamaaaa banget, tapi pas sampai sana terbayar lunas dengan pemandangannya yang indah
BalasHapuswahh indah sekali pemandangan bawah lautnya ya mbak
BalasHapuspasti seru bisa snorkeling disini
meski harus kena bulu babi, ya
Waduuuh aku jadi penasaran juga itu kena sengat apa mba..kalo bukan bulu babi apa lagi Yaa? Ga mungkin ubur2 kan. Kalo ubur2 sengatannya lebih parah seingatku. Seumur hidup berbekas.
BalasHapusDunia bawah laut memang indah banget, tapi aku memang bukan tipe yg suka melihat ke bawah laut, takuuut 🤣. Mendingan aku terjun dari tempat tinggi deh, drpd disuruh diving. 😅
Sekali mengalami snorkeling kayaknya bakal ketagihan, ya. Pemandangan bawah laut terlihat indah. Tetapi, jadi penasaran juga dengan kejadian gatal-gatalnya. Dan saya penasaran juga. Apa sebelumnya ada kejadian yang sama karena pengemudi kapal kan mungkin tau, ya
BalasHapusPas ngebaca Samalona kok aku jadi teringat Barcelona. Ada² aja nih aku. Pasti asyik ya acara divingnya Aku pribadi belum berani tapi bagus juga kalo ada kapal yang nyediain ban gitu meski kita udah pake baju pelampung.
BalasHapuswoow... itu dasyat bangeeet kalau kena duri babi. Dulu saya pernah kena pas berenang di laut Papua. Waktu itu saran penjaga laut yang pertama harus dikeluarkan dulu bulu yang masuk kedalam kulit. Trus dikasih kedebong pisang buat narik racunnya, baru deh diolesin minyak lawang. Di Papua minyak lawang emang andalan banget tuh. Aah jadi kangen berenang di laut Papua.
BalasHapusAku pernah waktu snorkeling merasa gatalnya minta ampun di kaki, memang sih kayanay aku menyentuh karang gitu. Ada yg menyarankan disiram air hangat, entah kenaoa begitu.
BalasHapusCantik banget mbak bawah lain di Samalona, belum pernah aku ke sana
Ya ampun jadi kalau bukan bulu babi apa yang gigit ituuu...untung cepet berangsur membaik ya.
BalasHapusSerius lihat birunya pantai begini aku jadi kangen pantai dan laut . Mupeng akutu
Mbak Lisdha, saat snorkeling aku di perahu, atau sekitar kapal aja, anak-anak sama bapaknya yang biasa sampai agak jauhan. Aku agak phobia gitu huhu, tapi gitu aja dah happy, karena lihat aneka ciptaan-Nya yang jelas dari atas.
Ditunggu cerita seru lainnya ya
Jadi yang bisa bikin kita gatal dan rasa panas di kulit saat di bawah laut bukan hanya bulu babi ya. Jadi harus siap-siap nih kalau mau snorkeling harus bawa P3K lengkap. Karena keasikan melihat pemandangan yang bagus suka lupa ada makhluk laut lain yang merasa terganggu lalu menyengat kita. Dan ternyata bawah laut pulau Samalona ini memang tidak kira-kira cantiknya ya mbak. Kapan bisa snorkeling disini 😂
BalasHapusMAsya Allah, view dri atas kapal aja sudah bagus sekali. Apalagi dilihat saat sborkeling pasti lebih indah ya mbak. Aduuu jadi kangen laut..lihat ini terbati.
BalasHapusJadi teringat lengalaman snorkeling pertama ku tu di banyuwangi mbak. Pantainya sama jernih kaya di samalona. Ternyata ga segampang bayanganku ya snorkeling itu tapi seruu sih pengen lagi
BalasHapusAku liat awal kira ya bulu babi mba. Dan paling sering orang lakukan tuh dipipisin mba bekas likanua itu. Nggak tahu bener apa ga karna ga pernah kena dan jangan sampe deh. Syukurlah udah pulih ya mba
BalasHapusmantap banget itu ya Allah kena gatal-gatalnya. Tapi gak kapok ya mba, traveling terus biar asyik dan bikin cerita baru lagi di blog
BalasHapusBerarti bukan bulu babi kyknya ya mbak? Soalnya kyknya kalau nonton acara2 reality show Jepang ibu2 penyelam di pulau di Jeang sana malah kyk nangkepin gtu dan baik2 aja.
BalasHapusSeru banget eui bisa snorkeling gtu walau dapat pengalaman kurang enak semoga gak kapok ya mbak hehe
Lautnya msh jernih banget yaa :D
Pengen deh suatu saat snorkeling juga :D
Pemandangan bawah laut emang indah banget, pengen deh nyobain snorkeling, aku belum pernah dan jujur meskipun pengen ya aku masih takut karena aku enggak pandai berenang. Hiksss
BalasHapusWah, ini salah satu hal yang harus penyelam tahu yaa..
BalasHapusMengenai apa yang dilakukan ketika terkena bahaya saat sedang diving atau snorkeling. Sebenernya ngefek gak gak..kalau pakai kostum snorkeling yang serba ketutup?
Akhirnya baca lanjutannya cerita ke Samalona. Jadi snorkeling juga ya kunjungan yang kedua ini. Ngeri ah kaki sampai gatal gatal misal abis kena bulu babi
BalasHapusCakep banget air lautnya!
BalasHapusPantesan ya kebanyakan snorkeling atau diving pada pakai pakaian panjang. Biar kalau tersengat sesuatu bisa agak aman. Semoga nanti bisa ke sana juga
Seru sekali pengalaman mu meski sempat ada rasa sakit akibat luka. Namun hal itu gak seberapa kali ya dibandingkan dengan indahnya pemandangan yang didapat dan dilihat langsung
BalasHapusImpian banget bisa snorkeling di pantai sebiru ini. Meskipun agak phobia sama air (karena beberapa kali tenggelam dan ditenggelamkan saat ultah) tapi tetep pengin nyobain snorkeling dan melihat langsung yang indah-indah di dalam laut.
BalasHapusDuuh Mbak saya gak tahan pengen lihat pemadangan bawah laut Tanjung Bira. Pernah baca tulisan traveling yang ke sana cakepnya luar biasa. Kalau dekat aku bawakan kamera buat di babwah laut nih udah nganggur bertahun-tahun di rumah.
BalasHapusBawah laut di Samalona sungguh indah mempesona
BalasHapusKami yang berasal dari daerah sekitarnya saja takjub apalagi orang luar Sulawesi
Mau ke Tanjung Bira, viewnya cantik banget. Saya belum berani snorkeling, paling suami yang pernah snorkeling. Emang cakep ya liat view di bawah laut begini.
BalasHapusYa Allah maakk ternyata baru cobain eeeh kena gak enaknya yaa, Alhamdulillah maak kami ga pernah janganlah yaa semoga, kan ngambang di air laut yaa kita lihat kebawah kok bisa ya maak eeeh smua bisa terjadi dink
BalasHapusOoh belum pasti bulu babi ya? Saya juga pikirnya asal ada yang menyengat begitu, kena bulu babi.
BalasHapusTerus gawainya pak suami, gimana, Mbak? Bisa diselamatkan?
Masyaallah Mba, pemandangannya bawah lautnya bagus banget. Rindu snorkeling aku tuh. Btw kena bulu babi tuh gatel banget ya? Duh jangan sampai deh kena. Ga kebayang rasanya.
BalasHapus