gambar : pixabay |
Sewaktu menulis di Facebook tentang Novia Widyasari Rahayu
(yang di status justru tidak saya tuliskan namanya), saya tidak menyangka jika
kasus itu akan viral. Saya pikir, hanya akan ramai di Quora, media sosial
tempat Novia mencurahkan isi hati di hari-hari akhir hidupnya dengan nama
berbeda. Ternyata, cerita tentang Novia tumpah-ruah di berbagai media sosial
lain, bahkan sempat menjadi trending nasional.
Saya tidak mengenal almarhumah secara langsung. Sepertinya, saya juga tidak pernah sekalipun berkomentar di akun dengan nama asli maupun akun dengan nama lain. Saya memang terhitung pasif di Quora. Saya lebih banyak berlaku sebagai pembaca senyap ketimbang menjawab pertanyaan atau berkomentar.
Namun, saya beberapa kali membaca tulisan Novia di akun dengan
nama asli. Dari membaca gaya tulisannya, tercipta persepsi dalam benak saya
tentang Novia, yakni mahasiswi cantik yang percaya diri, aktif, dan care. Namanya persepsi, sangat mungkin tidak tepat ya..
Di lain kesempatan, saya membaca tulisan “gelap” dari akun
dengan nama Aulia .... (konon, ini nama yang dia berikan untuk bayi yang tak
sempat dilahirkannya). Seperti pembaca lainnya, saya juga tidak menyangka jika
Aulia adalah akun pseudonim dari Novia. Beberapa hari sebelum kejadian bunuh
diri, saya sempat membaca tulisan Aulia yang mencantumkan tangkapan layar pesan
mama-nya. Dia sudah membeli sianida tetapi batal bunuh diri karena melihat
mama-nya menangis saat memasak rawon.
Tulisan itu mendapatkan banyak komentar bernada positif dan supportif.
Memang, terselip sedikit komentar pedas/sinis yang dijawab oleh Aulia aka
Novia. Di tulisan itu, saya hanya mendukung naik tanpa berkomentar sedikit pun. Seperti
saya sebutkan tadi, saya lebih banyak berlaku sebagai silent reader. Saya
memang agak “menjaga jarak” dengan tulisan-tulisan yang berseliweran di dunia
maya. Sikap yang saya ambil karena di masa ini cerita benar dan hoax
berseliweran di jalur yang sama. Sementara, radar saya tidak cukup ampuh untuk
langsung bisa membedakannya.
Namun, hanya berselang beberapa hari sejak tulisan tersebut,
saya membaca berita itu. Berita dukacita tentang meninggalnya Aulia yang ternyata
adalah Novia. Semua kehangatan dan pelukan virtual yang terkirim untuknya,
ternyata tak mampu menahan dia melaksanakan niat. Tak lama kemudian... boom....
kisah Novia viral dan meledakkan kesedihan serta amarah dari segala penjuru
negeri.
Sepanjang hidup, entah sudah berapa kali saya membaca berita
suicidal dari orang-orang yang tidak saya kenal. Hanya saja, ketiadaan hubungan
atau kedekatan jarak membuat empati tak bertahan lama (duuh..maafkan).
Namun, kali ini berbeda meski saya tidak mengenal dia.
Pastinya karena saya sempat membaca curhat (di akun Aulia)
pada hari-hari terakhirnya. Bahkan, kemudian saya tahu jika dia adalah Novia
yang juga sempat saya baca beberapa tulisannya. Rentetan hal itu membuat saya
seolah tahu tentang dia lalu turut mencelos saat membaca beritanya.
***
#savenoviawidyasari
Demikian salah satu tanda pagar yang menjadi trending. Saya memang tidak terlalu mengikuti
persebaran kasus Novia di berbagai media sosial (saya tidak main Twitter dan
Tiktok). Namun, saya melihat beberapa tangkap layar berbagai komentar yang
tersemat di portal berita.
Berbeda dengan berita jurnalistik yang (semestinya)
mengikuti berbagai kaidah, di media sosial orang bebas ngomong apa saja (etika
dan UU ITE dipikir belakangan :D). Tak ayal, banyak sekali hujatan ekstrim pada
mantan kekasih Novia dan keluarganya. Di sisi lain, almarhumah juga tak luput
dari berbagai komentar miring. Terlebih,
menurut keterangan polisi, kehamilan dan aborsi Novia berdasarkan kesepakatan
(bukan dipaksa seperti dalam tulisan Novia).
Kalau ditelisik, cerita Novia adalah kisah klasik. Rasanya, banyak Novia lain yang sudah lebih dulu pergi dengan sebab yang kurang lebih sama atau malah lebih rumit dan tragis. Tetapi mengapa cerita Novia bisa sedemikian menggema? Entahlah....
Daya viral kadang bekerja secara random. Mungkin,
salah satunya karena si mantan, yaitu Randy Bagus adalah anggota kepolisian. Juga,
Novia meninggalkan jejak tulisan digital yang cukup banyak. Alhasil, kasus
Novia menjadi katup pelepas kekecewaan massa yang kembali mencuatkan tagar
#percumalaporpolisi.
Sesungguhnya, saya merasa tidak kompeten untuk menulis ini.
Pertama, saya tak mengenal Novia secara pribadi, bahkan saya hanya senyap (tak berkomentar) saat
membaca curhatnya sebelum bunuh diri. Kedua, persoalan ini telah melebar dan
meliputi berbagai isu serius, seperti hukum, kekerasan seksual, relasi gender,
dan kesehatan mental.
Semuanya adalah topik-topik yang hanya saya pahami di
permukaan. Sebab itu saya hanya akan menulis beberapa hal yang sekiranya saya –sebagai
warga biasa- bisa lakukan, antara lain :
Satu, menghindari komentar judgmental pada korban. Dalam
kasus Novia, saya membaca beberapa komentar di media sosial tentang kepastian
neraka. Secara moral, bunuh diri (dan eutanasia) kadang masih debat-able. Lain cerita
kalau berdasarkan agama (yang saya tahu), bunuh diri adalah tindakan yang dilarang.
Namun, sekalipun bunuh diri adalah salah berdasarkan keyakinan pribadi, apakah
etis jika mengetikkan kepastian hukuman akhirat di media sosial? Bahwasanya,
urusan pasca-kematian adalah hak prerogratif Yang Maha Kuasa.
Saya ingat satu kalimat yang cukup menohok : “semua orang
berdosa, hanya berbeda-beda caranya.” Kita yang tampak baik, mungkin hanya karena
aib masih tertutupi.
Dua, hati-hati berkomentar pada curahan hati orang
depresi. Satu hal yang membantu kasus ini viral adalah keberanian Novia untuk
speak-up di media sosial (meski menggunakan nama lain). Tidak semua orang yang
mengalami depresi (ringan maupun berat) bisa menyuarakan keadaannya, baik pada
orang sekitar maupun di media sosial. Padahal, tidak semua orang yang mengalami depresi bisa
atau berani ke psikolog/psikiater karena berbagai alasan.
Sayangnya, ketika seorang yang tengah tertekan mencurahkan
isi hati, kadang malah mendapatkan komentar negatif. Pernahkan
mendengar/membaca atau mungkin mengalami sendiri komentar semacam ini:
"Kamu kenapa sih? Ribet..Nggak jelas banget."
“Lemah...baru gitu aja.”
“Sakit jiwa kok bangga.”
“Kamu sih belum apa-apa, aku malah bla bla bla...”
“Nggak kelar-kelar dramanya?”
Orang-orang yang mengatakan itu mungkin memang kuat. Namun, tolong pahami kalau tidak semua orang punya kekuatan yang sama. Ibaratnya, sesama anak umur setahun, belum tentu sama kemampuan berjalannya bukan?
Pada orang
tertentu, sedikit sentakan mungkin bisa membuatnya bangkit. Sayangnya, tidak
semua bisa demikian. Bisa jadi, seseorang telah sekian lama berusaha untuk
bertahan, juga berjuang untuk bercerita. Namun, tetiba ada komentar pedas (yang
maksudnya sih memotivasi). Alhasil....sad ending.
Tiga, mengembangkan kepekaan. Novia telah menjelma menjadi simbol. Ibarat
pegunungan, Novia hanya salah satu puncak yang terlihat. Di bawah puncak, tentu
ada kaki-kaki gunung yang lebih luas. Tak harus kasus serupa Novia, banyak
penyebab seseorang mengalami masalah mental. Bila mampu, mungkin kita bisa
membantu sejauh kita bisa (mendengar, memeluk, atau mengantar ke psikolog/psikiater). Jika tak mampu, setidaknya hindari sikap/komentar
judgmental.
Pengalaman pribadi berkaitan kesehatan mental beberapa tahun lalu
membuat pandangan saya tak lagi sama. Seseorang yang masih tampak biasa-biasa saja,
bisa jadi sedang oleng di dalam jiwanya. Barangkali ada Novia di dekat tempat
tinggal kita, di list nomor Whatsapp kita, atau di daftar teman media sosial
kita. Atau malah, ada sebagian Novia di dalam diri kita.
Semoga semua jiwa mendapatkan perlindungan.
Saya juga baca di Quora yang tentang dia tidak jadi bunuh diri itu, Mbak. Saya biasanya jadi pembaca pasif eh kadang saya jawab-jawabin untuk pasang back link pada pertanyaan yang kebetulan saya punya jawabannya di blog. Sebab katanya Quora bagus buat naro link kita.
BalasHapusNah ttg Novia, lebih banyak saya tahu dari eksplorasi di Twitter krn sy cukup aktif nge-share link blog di Twitter.
Kasihan.
Salutnya sama Novia, dia sebenarnya sudah mencari pertolongan kepada siapa saja yang dia bisa jangkau ya ke Propam, ke Komnas (perempuan), tentunya ke keluarga Randy itu. Tapi rupanya beban yang dirasakannya teramat-berat ya. :'(
Semoga kita semua terjaga dan tak ada lagi Novia-Novia lain.
Kasus Novia ini memang menyita perhatian kita semua ya mbak, saya yang mengikuti beritanya via Twitter aja turut terbawa suasana.
BalasHapusBerharap banget, hukum akan adil dan menindak pelaku dan keluarganya.
Moga nggak ada Novia lain ya mba, aku sedih karena juga persepsi aku.... beliau anak yg nggak bandel kan
BalasHapussampai bisa segitunya mikir mau bunuh diri. Sayang banget ya Allah. Teman aku juga ada yg sakit mentalnya, aku hanya bisa nanya kabar dan mendo'akan. Sakit mental sakit yg nggak kelihatan tapi dahsyat dampaknya
Semoga pengalaman seperti itu tidak pernah terjadi lagi. Sedih banget pastinya. Nasib memang tidak ada yang tahu, termasuk daya viral tapi manfaat serta hikmahnya dengan keviralan itu paling tidak banyak yang berhati-hati, banyak yang waspada, banyak yang berdoa dan mengambil hikmah serta pelajarannya...
BalasHapusNgeri aku lihat berita ini, semoga tidak ada Novia lainnya yang mengalami hal yang sama.
BalasHapusSedihnya saat membaca kisah ini. Betapa dia menjadi korban tapi orang terdekat tak membantunya dan dia merasa sendiri. Sedih juga pas baca pesan ibunya kepada dia yang minta dia tetap hidup :(
BalasHapusAku baca kisahnya miris banget, masih banyak laki-laki yang tak punya hati nurani beneran emosi jadinya
BalasHapusAku hanya sempat tau dikit mba hastag di twitter itu, tapi beneran ga tau apa2 soal Novia. Sedih yaa ada kasus gini yang tidak tertangani. Orangnya udah sampe putus asa banget gitu hiks... Jadi pengin peluk anggota keluarga deh aahh... semoga kita diberi kekuatan untuk menyayangi dan melindungi keluarga dan orang-orang terdekat kita, agar kehangatan selalu ada dalam jiwa kita semua.
BalasHapusMay Novia rest in peace...
ah iya, ini kasus yang lagi trending ya mbak
BalasHapusharapanku semua pelaku yang terkait kematian Novia bisa mendapatkan ganjaran yang setimpal
Dan kasus ini semakin menyadarkan aku tentang betapa pentingnya kesehatan mental
sedih banget ya baca kasusnya novia ini. padahal dia sudah berusaha mencari keadilan tapi nggak ada yang menolongnya.
BalasHapusAku baca kasus Novia ini begitu pelik. Tapi satu yang pasti, dia sebenernya sangat butuh pertolongan. Dan support system yang seharusnya bisa menolongnya justru membuatnya lebih hancur lagi. Semoga Novia tenang di sana, prihatin banget jika kasus ini tidak dituntaskan
BalasHapusSaya juga sempat baca curhatan Aulia di Quora sekitar seminggu sebelum berita meninggalnya Novia dan baca komentar, “Nggak kelar-kelar dramanya?” itu. Huhuhu kadang tuh orang bisa seenaknya aja mengomentari permasalahan orang lain tanpa mau peduli dampak apa yang bisa ditimbulkan dari komennya. Sekarang yang kebayang itu gimana perasaan ibunya Novia yaaa. Kehilangan suami trus ditinggal anak dengan cara yang seperti itu. Semoga beliau kuat.
BalasHapusIkut berduka cita yang sedalam-dalamnya teruntuk keluarga Novia, yang kabarnya sudah hanya tinggal Ibunya yaa..
BalasHapusBagaimana sebatang karanya seorang Ibu yang baru saja ditinggal suami lalu selang berapa hari, anak perempuannya juga meninggalkannya dengan cara yang bisa jadi sang Ibu yang mengalami bullying di dunia nyata karena memiliki anak dengan latar belakang masalah yang menyelimutinya.
Panjang sekali membahas kasus Novia.
Tapi aku cuma mau bilang zaman sekarang, mungkin terkesan klise ya... Tapi doa orangtua, doa Ibu terutama akan menuntun langkah ananda menuju kebaikan.
Novia sungguh bukan hanya satu-satunya kasus. Tapi ia yang membuka mata para orangtua bahwa doa, pengasuhan yang baik dan keluarga juga lingkungan adalah tempat menitipkan takdir terbaik anak-cucu kita.
Semoga Allah lindungi anak-anak kita selalu.
Jangan sampai salah memilih teman dan lingkungan. Profesi itu hanya salah satu kilauan duniawi. Status sosial pun. Yang terpenting adalah akhlak.
Mohon maaf, kak Lis.
Aku ikutan curhat di kolom komentar. Sungguh sangat mengganjal sekali. Kemarin sempat kami diskusikan dengan suami. Karena aku sendiri memiliki 2 anak perempuan. Dan setelah kasus Novia, rentetan kasus kekerasan sesual terhadap anak perempuan pun banyak di up di media sosial. Miris sekali...
Saya baca cerita novia nih bener sedih banget loh, Mba. Tapi sangat disayangkan endingnya bunuh diri.. duh.. makin sedih saya. Saya berdoa semoga orang-orang yang membuat ia bunuh diri bisa dapat ganjarannya di dunia ataupun di akhirat.
BalasHapusaku juga tahu kisah Novia lewat quora dan kaget banget waktu baca berita ia bunuh diri, aku juga sekarang pasif udah males jawab2 pertanyaan di quora makanya pas baca ttg novia ini menarik dan ga nyangka akhr hidupnya begitu menyedihakn
BalasHapusSeringnya memang yang datang dan membully itu orang terdekat. Sampai sekarang saya merasakan dan menjalani ini terus sejak kecil sampai sekarang sudah punya anak dua
BalasHapussedih banget ya
BalasHapussayang juga dia memilih lepas
ah andai kenal sini dek curhat masalah hidup sama aku :(((((((((((((((((((
hastagh #percumalaporpolisi memang muncul karena unek-unek seluruh warga indonesia yang merasa kinerja polisi kurang baik dan tidak perofesional. sudah terlalu banyak oknum. kita doakan semoga instansi ini dapat menjalankan amanahnya lebih baik.
BalasHapus