Badan bocah gembul itu saya sabun tanpa guyur air lebih dulu. Cukup dengan menaruh cairan sabun ke telapak tangan, beri air untuk membuat busa, lalu gosokkan ke badan. Urusan menyabuni memang bisa tanpa guyuran air. Tapi untuk membersihkan busa, badan tetap harus disiram bukan?
Ini mandi, bukan lap-lap!
Dengan gayung, pelan-pelan saya siram bagian kaki, kemudian mengarah ke atas. Maksudnya sih biar badan nggak kaget, maka diguyur bagian bawah lebih dulu. Tapi, tetap saja, tepat ketika segayung air mengguyur bagian kepala, Elo berteriak keras!
“Dingiiiiiiiin!!! Huwaaaa wuaaa wuaaa!!”
Wiuuu… si bocil nangis lumayan keras. Suaranya pasti terdengar sampai tenda. Nangis keras mendadak gitu, bisa dikira kenapa ya kan… Padahal, Elo nangis “hanya” gara-gara nggak tahan dingin saat air diguyurkan. Duuh, maaf ya Nak.. ini kan camping. Nggak ada air panas di kamar mandi. Terus, kemarin kita pergi tidur tanpa mandi dulu. Masa pagi ini juga nggak akan mandi lagi… Lecek dan bau dooong!!
Saya cepat-cepat merampungkan sesi mandi Elo. Dengan gigi gemeretuk dia keluar kamar mandi. Huhu, airnya memang duingiiin sangat. Padahal, tadi sebelum mandi kami siasati dengan olahraga, gerak badan supaya badan hangat. Tapi tetap saja, dingin air bikin badan tercekat.
Setelah Elo, giliran saya mandi. Brrrr…. tergigit dingin juga sih. Tapi masa mau nangis juga? Hihihi.
***
10 Juni 2022Pagi itu, kami berada di Pongtorra, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Tempat yang berada di ketinggian kurang lebih 5000 kaki di atas permukaan laut. Di Indonesia, satuan kaki jarang dipakai sih ya… Satu kaki = 0,305 meter. Jadi ketinggian Pongtorra kurang lebih 1.500 meter. Dengan ketinggian ini, Pongtorra merupakan puncak tertinggi di kawasan wisata Lolai, Lembang Kapala Pitu, Toraja Utara.
Wajar dong kalau air-nya dingin menggigit. Udaranya juga…
Ah yayaya, ketahanan terhadap suhu udara memang relatif. Bagi saya yang sekarang peka dengan suhu rendah, rasanya dingin menggigit. Sedangkan, bagi orang lain mungkin sekadar dingin yang tak terlalu menggigit. Tapi, rasanya semua orang akan sepakat jika udara Pongtorra itu dingin.
Di tempat ini, tersaji panorama alam Toraja yang elok. Cantiknya matahari terbit dan hamparan awan nun bawah adalah pemandangan sehari-hari (pastinya perkecualian jika cuaca buruk). Tak heran jika tempat ini biasa disebut Negeri di Atas Awan.
Kau mainkan untukku
Sebuah lagu tentang negeri di awan
Di mana kedamaian menjadi istananya
Dududu, kalau ngomongin negeri di awan, auto ingat deh lagunya Katon Bagaskara (generasi 80-an detected).
Baca : Negeri di Awan Toraja
Ini merupakan kunjungan kedua saya dan keluarga ke kawasan Lolai. Tahun lalu, kami hanya berempat, dan hanya singgah saat sunrise di To’Tombi yang berjarak sekitar 5 km di bawah Pongtorra. Kali ini, kami berenam dengan sahabat dari Jogja (Shallom dan bunda-nya) dan tak sekadar singgah, tapi menginap.
FYI, kawasan wisata Lolai memiliki banyak spot wisata. Di antara To’Tombi dan Pongtorra, ada Tongkonan Tempe Lolai yang juga banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Kami memilih menginap di Pongtorra karena ingin mencoba pengalaman berbeda. Sebagai keluarga, kami belum pernah menjajal menginap di tenda. Jauh sebelum menikah, saya dan BJ sudah pengalaman Persami saat Pramuka, juga camping saat naik gunung. Tapi anak-anak kan belum pernah berkemah… Jadi, ayo kita pernah-kan.
Baca : Kali Kedua ke Toraja
Saya mendapatkan kontak pengelola Pongtorra dari IG @puncaklolai. Satu tenda rate-nya Rp 250.000 (sedang tidak ada promo). Bagi yang memilih tidur dalam suasana kamar, ada juga villa kayu dalam beberapa ukuran. Untuk masuk, pengunjung harus membayar tiket Rp 15.000 per orang.
Dari Rantepao, ibukota Toraja Utara, Pongtorra berjarak kurang lebih 23 km. Hari sudah sore saat kami start dari Rantepao setelah sebelumnya mengunjungi Buntu Burake di Makale. Kami menuju Pongtorra melewati jalur To’Tombi dan Tongkonan Lempe. Jalannya sudah aspal halus, tapi sempit, menanjak, dan meliuk-liuk… Bersyukur deh punya driver andalan.. Mvvaaah BJ.
(Kalau mau jalan yang lebih bersahabat, bisa pilih jalur Rantepao - Malanggo' - Sareale - Pasar Pindan - Kantor Kecamatan Kapala Pitu. Kami menempuh jalur ini saat kembali turun di keesokan harinya. Konsekuensinya sih jarak lebih jauh dibandingkan jalur satunya).
Kami sempat bablas dari belokan ke arah Pongtorra. Hhhm…begini nih kalau saya yang diserahi tugas baca map. Kemampuan navigasi saya memang payah, huh. Kami harus balik arah deh (bisa saja sih lanjut jalan kemudian memutar, tapi jadi lebih jauh). Usut punya usut, penunjuk belokan menuju Pongtorra memang sudah kurang jelas. Apalagi, belokannya merupakan jalan kecil dan tidak beraspal halus. Jalan yang kami ambil memang bukan jalur utama. Kalau lihat G-maps kan memang gitu… asal lebih dekat, nggak peduli jalannya kayak apa hehehe.
Mungkin ada sekitar 1 km melewati jalur yang agak mendebarkan (selain jalannya jelek, hari sudah gelap dan sepi). Rasanya lega ketika akhirnya ketemu jalan aspal bagus lagi. Tak berapa lama, kami tiba di Pongtorra (sempat diwarnai bablas lagi sih..tapi sedikit hihihi).
Begitu keluar mobil, udara dingin langsung menyergap. Hmmmh…meski lecek dan lengket, ogah banget mau mandi. Selain dingin, badan capek nian karena hampir seharian di kendaraan. Malam itu, hanya BJ dan Bunda Shallom yang berani mandi. Yang lain cukup cuci muka-tangan-kaki dan gosok gigi sebelum tidur.
Di Pongtorra, pengunjung bisa memilih menginap di tenda atau kamar. Tapi itu tadi, kami mau coba pengalaman baru. Sudah akrab dengan istilah glamping alias glamour camping kan? Semula, saya pikir glamour itu hanya berarti gemerlap/mewah. Kalau menggunakan arti tersebut, tendanya nggak glamour deh. Bukan tenda ala-ala sultan gituuu ๐. Tapi glamour juga berarti memesona/punya daya pikat. Meski tak lagi baru, tendanya asik kok...Masih layak banget untuk nge-camp.
Tenda-tenda tidak didirikan langsung di atas tanah, melainkan di dalam bangunan kayu terbuka beratap seng (gazebo/saung). Kami memilih tenda yang bersisian. BJ-Ale-Elo dalam satu tenda, sementara saya-Shallom-dan bundanya di tenda sebelah.
Di Pongtorra tersedia fasilitas tempat makan yang tak seberapa jauh dari tenda. Si mbak-nya sempat salah memasak pesanan kami. Mau nasi goreng dimasakkan mie goreng… Ya sudah lah. Keberadaan tempat makan memang cukup membantu. Namun, menu terbatas dan rasa belum tentu memenuhi ekspektasi (ini relatif ya…). Jadi, kalau mau puas, bisa deh bawa makanan sendiri. Ada kok tempat untuk barbeque…
Mungkin karena bukan week-end, malam itu pengunjung tidak ramai. Di jajaran tenda hanya ada kami. Malam itu ada rombongan lain (mungkin sekitar sepuluh orang), tapi mereka menginap di villa kayu.
Tenda kami dilengkapi dengan matras tipis, selimut (juga tipis), dan dua bantal. Berhubung saya peka terhadap udara dingin, rasanya butuh kostum tebal dan selimut tambahan. Bersyukurnya cuaca bersahabat. Coba hujan berangin….pasti tambah brrrrrrr….
***
Paginya, kami bangun cepat untuk melihat sunrise. Kalau di To’Tombi, tenda bisa didirikan tepat menghadap ke timur. Jadi, bisa deh menikmati sunrise dari dalam tenda. Sementara di Pongtorra, tenda menghadap arah barat. Untuk melihat sunrise, pengunjung mesti keluar, naik sedikit ke area terbuka di belakang tenda.
Pagi itu cuaca cerah. Matahari terbit bisa terlihat meski gradasi warna langit tak terlalu cantik (ini penilaian subyektif). Hei…lihat..di sana awan putih menghampar. Kita benar-benar di atas awan. Teringat imajinasi masa kecil, berlarian di antara awan tanpa kejeblos ke bumi hihihi.
Kalau browsing foto-foto Pongtorra di dunia maya, sangat mungkin teman-teman mendapati aneka spot foto buatan. Itu lho, bentuk lope-lope, jembatan kayu, dan semacamnya yang IG-able. Saat kami datang, hanya sebagian spot foto buatan yang tersisa (mungkin sedang dalam proses pembaruan?). Arena paintball yang juga tampak di dunia maya sudah berubah jadi kebun strawberry. (Saya pribadi malah merasa aneh dengan spot foto buatan. Awalnya keren, tapi ketika jadi tren, malah jadi terasa tidak otentik. Di manapun tempat wisata, spot fotonya mirip-mirip).
Saya akan selalu mengingat Pongtorra. Tak hanya karena dingin udara dan indahnya pemandangan. Tapi karena Pongtorra adalah awal dari cerita camping keluarga di tempat-tempat lainnya. (*/DW)
Hemm negeri atap langit ini mah, pengin banget liburan ke tempat seperti ini yang bisa lihat pemandangan langit dan di bawah dengan indah. Keindahan Toraja yang alamnya masih indah memang enggak bisa ditolak. Luar biasa. Terima kasih sharingnya!
BalasHapusNuwuun mb nisa..aaih olwes pertamax :)
HapusDiksinya pas banget sih dengan karakter udara dingin menurutku, menggigit! Senangnya bisa mengantarkan anak2 mengatasi itu semua
BalasHapusKebetulan saya peka sama dingin mbak..jd ya terasa menggigit :)
HapusLangsung auto nyanyi Negeri di Atas Awan hahaha.
BalasHapusWuah benar-benar indaaaaah banget ya pemandangannya, bisa ngeliat awan-awan putih juga. Kalau di sana mungkin aku cuma lap-lap badan aja kali ya hahaha, karena pasti hawa dingiiin, airnya dingiiin. Aku termasuk yang gak tahan dingin, AC 28 der aja sering masih kedinginan :D
Ac di rumah suka diset 20 sama anak2. Saya slimut tebeeeel dong :D
HapusWow, serunya bukan main merasakan dinginnya udara Pongtorra di Toraja Utara! Mainnya jauh nih mak, keren bingits hihi. Anak2 pasti happy ya bisa kemping di tenda, meskipun ga glamor kayak sultan :D Menikmati alam bebas dan segala keindahannya sambil makan mie goreng yang seharusnya nasi goreng :D
BalasHapusAwaannyaaaaaa menul menuulll bangettt
BalasHapusCamping tuh memang kasih experience yg luar biasa ya Mak.
Apalagi klo dilakoni bareng kluarfa sahabat.
Duh, makin mupeng akoohh
Sukaaaa! Openingnya menggoda untuk menyelam sampai ke dasar!
BalasHapusBeneran suka mbake, ini ceritanya beneran bakalan terngiang di kepala nih (eh kepala kok terngiang ngiang hihihihi) pokoke berasa ikutan ke Pongtorra ajah!
Aku takuuutt...
BalasHapusAku juga gak kua dingin. Mungkin abis mandiin anak-anak, aku prefer tebelin skincare dan mekap dan mandi di rumah, huhu... Serius kalau dari ketinggian yang sedemikian... kayanya aku menciut nyalinya.
Perjalanan menuju ke Pongtorra juga butuh perjuangan banget (heheh, iya sih ya.. biasanya kalau mau liat view yang bagus, kudu banyak perjuangan).
Salut sama kak Lis sekeluarga.
Jadi "pernah" camping sama anak-anak. Mari kita campiiing~
Aku membayangkan yang punya alergi dingin terus gimana ya kalau sampai menginjak Pongtorra? hehe mungkin bakal bawa sarung tangan, kaos kaki dan selimut tebal ya. Tapi melihat keindahan view yang difoto Mbak Lisdha, jadi pengen ke sana euy
BalasHapusseruuu banget! kebayang dinginnya udara gunung dan harus mandi air dingin pula pagi2. pukpuk..
BalasHapusdulu aku sering road trip. anak kedua tuh minim banget kena air hangat jd biar biasa sama air2 biasa dan dingin. Begitu anak ketiga masih oke walau ga dibiasain, eh yg anak ke4 persis kakak pertamanya, harus banget air panas walau siang2 juga. gemes! hahha
seru yaa bisa menikmati indahnya pemandangan di pongtorra
Beneran negeri di atas awan ya mbak Lisdha, awan putihnya di mataku kayak selimut. Pengen rebahan tapi gak mungkin, hihiii
BalasHapusKalo tentang dingin yang menggigit, jadi ingat camping saat tahun 2020 pertengahan di kawasan Salatiga. Dingin banget juga, tapi berntung pengelola menyediakan air panas. Jadi aman deh saat ke toilet, nggak kedinginan. Cuma ketika balik ke tenda ya sama aja dinginnya, menggigit tubuh
Ini salah satu keinginanku nih, ngajak anakku camping biar punya pengalaman yang seru dalam hidupnya. Apalagi kalau disuguhkan dengan pemandangan yang indah dari alam ya, duh itu awannya kayak permen kapas. Tapi persoalan mandi dengan udara yang sangat dingin ini, aku juga suka paling males karena takut dinginnya. Heheheee
BalasHapusCakep banget mbak tempatnya dekat banget sama awan. Pasti dingin banget memang di sana ya. Jadi ingat teman blogger juga nih yang jatuh cinta banget sama Toraja sampai mau balik ke sana melulu
BalasHapuskereeen nih tempatnya mba. aku suka denan pemandangan dan juga banyak wahana permainan yang bisa dicoba yaa
BalasHapusOh iya, aku pun sama cara memandikan anak-anakku saat hawa sedang dingin atau saat ke lokasi yang dingin. Pakai sabun yang sudah dibasahi.
BalasHapusBagus banget itu awannya, Mbak. Hal yang nggak bisa ditemui di dataran rendah ya!
Cantik banget viewnya Pongtorra, Mba. Beneran bak negeri di awan. Duh, jadi ngebayangin dinginnya udara di sana. Eh, tapi seru banget kemping bareng keluarganya. Pengen deh naik balon udara di sana. Kalau mau naik balon udara bayarnya berapa Mba di sana?
BalasHapusSeruuuu bangettt. Aku jadi inget cerita temen yang traveling ke Toraja dan disuguhi foto-foto di atas awan gitu. Rasanya pengen ikutan ke Pongtorra terus lari-lari di atas hamparan awan yang cantik huhu. Kebayang yah dingin banget mba..
BalasHapusWaaah cakepnya maak lis...
BalasHapusMaak aku kalau camping gada yg berani mandiii๐ ๐ , pas dirumah aja, atau biasanya h-1 nginep hotel puasin mandi di hotel baru otw camping bsknya pulang kerumah ๐คญ๐คฉ
Aselikk negeri di awan ini Pongtorra, cantik syekalii
BalasHapusKalau aku pilih enggak mandi atau mandi nanti aja kalau udah ada matahari hihihi. Secara aku ga tahan dingin orangnya
Beneran jadi kesan pertama camping yang memorable ya Mba Lisdha, ketagihan pastinya!
Omg, bagus banget view-nya
BalasHapusSerunya kamping bersama keluarga seperti ini ya mbak
Aku belum pernah ajak anak-anak kamping nih
masya Allah, lihat awan-awan terbentang di hadapan rasanya mau lompat di sana ... trus jeblos. hahaha
BalasHapusview-nya bagusss banget!
trus bisa sewa tenda gini yah, udah dipasang lagi, tinggal masuk deh.
eh kudu mandi gak sih? hahaha ... kalo dingin, ga keringetan, tunda mandi dulu deh.
makasih Mbak Lis udah share pengalaman menarik camping di pongtorra.
Sukak bangettt lihat pemandangan kayak gini..huhu jadi pengen kesini..Apalagi bisa bawa anak-anak..Karena biasanya tempat-tempat ketinggian dimana kita bisa lihat awan sedekat ini susah untuk dijangkau kan...
BalasHapus5000 dpl... dan saya auto kedinginan, meski cuma baca. Plus nyeri di tulang kanan. Hihihi. Memang sayanya yang aneh aja, sih. Padahal dulu sering juga naik gunung. Tapi tertinggi Gunung Merbabu, 4000an saja.
BalasHapusSedingin itu tetap mandi ya Mbak. Keren lho. Plus mandiin anak juga. Dan saya setuju sih, kalau di mana2 ada spot gitu jadi berasa bosan aja.
Ini berarti cocoooooook buat ku mbaaa ๐๐๐. Semakin dingin suatu tempat, (lebih bagus kalo minus), aku makin sukaaaak ๐คฃ. Rasanya kalo ditempat dingin itu, bdn langsung seger, semangat mau ngelakuin apapun. Tapi kalo udh kena panas, aku lemes sih.
BalasHapusMakin lama makin banyak nih list daerah di Indonesia yg aku mau datangin ๐. Sayangnya yg dingin ga banyak, namanya juga negara kita tropis ๐คฃ. Tapi begitu tau tempat A dingin, pasti aku LGS masukin ke bucket list
Jadi inget pernah mandi di puncak gunung kapur, tengah hari aja duingiinnya ampun. Btw fotonya bagus semua mb, aku suka. Terus ini campingnya nyaman banget ya, di atas panggung
BalasHapusKalau saya pilih mandinya ala bayi deh di waslap hahaha secara kalau dingin nekat mandi takut kena encok . foto senja dan di atas awannya bagus banget mbak, terutama yang senja
BalasHapusMupeng banget. Sy blm pernah kesana nih. Indahnya Indonesia
BalasHapus