Poster tema Natal dari web PGI |
“..pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.” Demikian tema Natal 2022 yang ditetapkan oleh Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Tema yang diambil dari kisah kelahiran Yesus. Yakni, ketika orang Majus yang datang pada bayi Yesus pulang melalui jalan lain. Tujuannya, agar mereka tidak kembali bertemu dengan Raja Herodes yang bermaksud membunuh bayi Yesus.
Aku terberkati oleh penjelasan PGI dan KWI dalam release pesan Natal 2022. “Jalan lain” dapat dipahami sebagai metafor rohani, yakni peringatan Natal mengajak umat Kristiani untuk “menemukan jalan baru dan kreatif dalam mewartakan kasih-Nya kepada sesama sesama dan semua mahluk ciptaan.”
Sebagai warga gereja dan warga bangsa, umat Kristiani diharapkan bisa berjalan bersama bangsa yang bhinneka, untuk menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan hidup bersama. Keanekaragaman merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri, dirawat, dan dikembangkan. Kebhinekaan yang disadari sebagai anugerah Tuhan, semestinya mendorong umat untuk saling bergandengan tangan dengan umat lain dalam mewujudkan tata kehidupan bersama yang lebih bermartabat.
Beberapa poin yang ditegaskan pada pesan Natal 2022 ini adalah :
- Membangun kembali kehidupan dari keterpurukan dalam berbagai bidang akibat COVID-19.
- Membangun peradaban kasih di tengah menguatnya tindakan kekerasan.
- Merajut kerukunan di tengah merebaknya intoleransi.
- Mempopulerkan budaya jujur di tengah mengguritanya tindak kejahatan korupsi.
- Menggemakan pertobatan ekologis di tengah maraknya kerusakan lingkungan hidup.
- Mengembangkan hidup berpolitik yang beretika menjelang pesta demokrasi 2024.
- Bersedia menjadi teman dan sahabat bagi saudara dan saudari yang menjadi korban ketidakadilan.
Banyak Jalan Menuju Roma
Secara pribadi, pesan Natal ini mengingatkanku pada pepatah “banyak jalan menuju Roma.” Menempuh jalan lain/jalan baru adalah keniscayaan dalam menghadapi masalah. Jangan terpaku pada satu jalan/cara, ketika jalan tersebut dirasa sudah buntu atau berpotensi bahaya.
Tiba-tiba, aku jadi tertarik untuk tahu latar belakang pepatah tersebut. Haha, rasa tertarik memang sering tumbuh secara acak. Sudah sedari lama aku mengenal pepatah tersebut, tapi baru sekarang terpantik untuk tahu latar belakangnya.
Menurut laman news.unika.aci.id, pepatah itu muncul pertama kali dalam bahasa Latin, mille viae ducunt homines per saucula Romam. Artinya, seribu jalan membimbing orang selamanya ke Roma. Pepatah ini dilatari ekspansi Imperium Romawi pada tahun 312 sebelum Masehi ke berbagai wilayah.
Sebagai penakluk, Kekaisaran Romawi menarik pajak/upeti dari daerah-daerah jajahannya. Pembangunan banyak jalan menuju Roma adalah untuk kepentingan penyetoran pajak/upeti tersebut.
Latar belakang serupa bisa ditarik dalam cikal bakal pembangunan jalan-jalan di Nusantara. Dengan mengambil contoh Pulau Jawa : pada masa Sultan Agung, Mataram butuh mengontrol daerah taklukannya yang terbentang di pesisir utara Jawa. Untuk itu dibangunlah infrastruktur jalan (tentu saja jangan dibayangkan kondisi jalannya seperti sekarang). Kepentingan yang tak jauh berbeda juga menjadi latar belakang pembangunan Jalan Raya Pos (Anyer – Panarukan) untuk kepentingan kolonial di bawah komando Daendels.
Jadi terpikir, untuk menonjolkan rasa lokal, bagaimana kalau dimunculkan alternatif pepatah : banyak jalan menuju Mataram?☺☺
Literally Jalan Lain
Selain secara spiritual, aku juga merasa sangat terhubung secara literal dengan pesan Natal 2022 ini. Sebab, literally (jadi men-Jaksel ga sih😅), aku-BJ-Ale-Elo pulang (mudik) lewat jalan lain. Dua kali pulang sejak pindah ke Sulawesi Selatan, kami selalu menempuh perjalanan udara dengan rute Makassar – Jogja (lebih tepatnya Maros – Kulonprogo😃).
Namun, dalam mudik Natal kali ini, kami memutuskan untuk terbang dari Bandara Hasanudin dan mendarat di Bandara Juanda Surabaya (persisnya Sidoarjo😁). Alasannya sih, biar anak-anak pernah ke Jawa Timur, yang kata si bungsu Elo adalah provinsi tanpa ayah (kan yatim~pelesetan dari Jatim). Hihi, bocil yang terinfeksi candaan bapack-bapack ga sih?
Harga tiket pesawat Makassar – Jogja tidak jauh berbeda dengan harga tiket Makassar – Surabaya ditambah tiket kereta api Surabaya – Klaten. Hitung-hitungan budget, bisa dibilang kami menghemat biaya perjalanan ketimbang khusus mengagendakan jalan-jalan ke Surabaya. Bagaimanapun, kami bukan keluarga yang bisa dengan mudah travelling kemana-mana karena pertimbangan biaya dan lain sebagainya. Jadi, sepertinya ide bagus untuk sekali-sekali mengalihkan rute jalan pulang, supaya mendapatkan pengalaman yang berbeda.
Untuk mengoptimalkan perjalanan, BJ mengusulkan untuk mengunjungi Museum Angkut di Kota Batu. Sebenarnya, mengunjungi museum ini sudah lama kami wacanakan. Puji Tuhan, akhirnya terlaksana setelah kami menempuh jalan lain untuk pulang. Tentang Museum Angkut, pastinya lebih asik kalau dijadikan tulisan tersendiri. Memang sudah buanyak sekali tulisan tentang Museum Angkut. Namun, buatku penting dong menulis pengalaman ke sana sebagai dokumentasi pribadi.
Jadi, jalan lain pada Kamis 22 Desember itu dimulai dari Bandara Hasanuddin menuju Bandara Juanda. Dari Juanda, kami naik Bus Damri ke Terminal Bungurasih, lalu lanjut bus Surabaya – Malang (via tol). Sampai di Malang, kami makan siang dulu lalu naik Grab ke Kampung Warna-Warni. Meski tempat ini sudah tidak lagi hits, tapi kami kan belum pernah kesana. Sekadar mampir sebelum check-in ke hotel. Sebentar di hotel, perjalanan lanjut naik Grab ke Museum Angkut di Kota Batu.
Jembatan kaca Kampung Warna-Warni |
Sepotong sisi Museum Angkut |
Sepotong sisi Museum Angkut |
Selain Museum Angkut, banyak destinasi wisata di Kota Batu. Namun, keterbatasan waktu membuat kami memutuskan untuk fokus ke Museum Angkut saja. Kalau ada “lain kali” bisa deh puas-puaskan eksplore Kota Batu. Habis dari Museum Angkut langsung balik ke hotel di Malang (capek bangeeet booook). Malamnya, kami dijamu dan diajak keliling sama keluarga Mbak Naning (teman seangkatan BJ, berarti kakak tingkatku). Trimakasiiih mbaak...lupa foto bareng huhuhu.
Pagi-pagi, kami sudah meluncur ke Surabaya, nebeng mobil yang hendak menjemput teman BJ di bandara (thank youuu sist Ody). Ngobrol sebentar dengan Ody di bandara, selanjutnya kami kembali nge-grab untuk melintasi jembatan Suramadu (terima kasih Mbak Diane, teman blogger dari Pamekasan yang memberi info detail tentang bagaimana baiknya ke Suramadu dalam waktu singkat).
Kami literally (huh, ada lagi kata ini😎) hanya lewat Suramadu demi menunjukkan “jembatan terpanjang” di Indonesia pada anak-anak. Meski hanya sampai pojokan Suramadu, sudah sah dong kami nginjek Pulau Madura😂😎. Hanya sekitar sepuluh menit di ujung Suramadu, kami langsung balik badan menuju Stasiun Gubeng (haha, terniat yaaa). Semoga juga ada “lain waktu” untuk bener-bener main ke pulau para tretan ini.
Sampai di Gubeng, masih ada waktu sebelum jadwal berangkat kereta. Jadi, city tour singkat ke Taman Bungkul dan landmark tugu suro dan boyo di depan Kebun Binatang Surabaya. Setelah itu kembali ke stasiun untuk menunggu kereta berangkat pukul 15.15. Habis isya, kami sudah tiba di Klaten untuk bertemu keluarga.
Validasi sudah sampai surabaya😅😅 |
What a journey... remuk di raga, tapi sukacita di jiwa😀😀
Ini memang bukan perjalanan yang ideal untuk mengeksplorasi tempat demi tempat. Namun, setidaknya, ada cerita lain dalam kepulangan tahun ini. Semoga ada tahun depan untuk membuat cerita yang berbeda.
Finally, Selamat Natal 2022 bagi teman-teman yang merayakan. Dan selamat berakhir tahun bagi semua pembaca. Semoga kita semua dianugerahi keselamatan dan kelancaran dalam banyak urusan. Tuhan memberkati.(DW)
Asyik mbak petualangannya, Makassar - Surabaya - Malang - Surabaya bahkan sempat nyeberang ke madura juga. Eh saya malah belum pernah lho lewat jembatan suramadu.
BalasHapusSelamat menikmati liburan di Klaten
Biasa mbak..kalau deket kayak mb Nanik yg tinggal di Malang malah jd ga penasaran. Soalnya sering lihat dan bisa kapan aja ..hehehe
HapusWah sudah ke Malang ternyata sampai di Kampung Warna-Warni dan Museum Angkut, pasti seru nih apalagi bersama keluarga. Bener banget soal banyak jalan menuju Roma, memang kita perlu banyak mencoba jalan-jalan itu untuk merasakan indahnya keberhasilan. Terima kasih sharingnya!
BalasHapusTempo hari mau kirim messenger ke mb nisa, mohon izin mau lewat daerah hehehe.. tapi saya lihat postingan mb Nisa, si cantik kecil lg opnam. Jd ga jd deh..
HapusAku juga sudah pernah berkunjung ke Kampung Warna_warni dan Museum Angkut. Menyenangkan ya traveling bareng keluarga kayak gini. Merayakan hari besar sekaligus berpetualang tentu menjadi momen istimewa yang selalu diingat :) Aku juga pernah menyebrangi Jembatan Suramadu. Kuliner Bebek Sinjay di sana ...seru banget.
BalasHapusKami mau ke sinya takut ngantre panjang trus ketinggalan kereta deh hehehr
HapusAsyik banget udah jalan-jalan nih. Kampung Warna-warni ini bagus ya, lucu lihatnya dan unik. Pengen deh lihat gitu dari dekat. Berarti harus kesana ya. Museum angkut ini lucu banget mobilnya, jadul tapi unik sekitar mobil tahun 1960-an ya kalau nggak salah.
BalasHapusMet halan-halan ya
Jalan2nya uda di depan mbak..hehee. makasiiih
HapusAsyik banget udah jalan-jalan ke Malang. Tau gitu bisa ketemuan kan mba. Aku malah yang warga Arema juga belom ke Kampung Warna Warni hahaha. Tapi sering sih ke Museum Angkut, cuma kalau liburan gini ngga sanggup ramenya terus macetnya. Btw selamat liburan Nataru yaa.
BalasHapusYg dekat2 malah seringnya terlihat kurang menarik mbak..dan itu biasaaa hehehe.
HapusHalo mba. Perjalanan yang menyenangkan bersama keluarga tercinta. Apalagi bisa ke Museum Angkut. Aku ke Malang belum sempat kesana. Makasih ulasannya mba. Happy selalu
BalasHapusThanks mb Alida.. :)
Hapuswaw karena akhirnya pulang melalui jalan lain jadinya malah seru dan bisa ke banyak tempat ya mbak. Alhamdulillah :D
BalasHapusHarus disempatkan mbak...soalnya tipikal keluarga yg mesti itung bugdet kalau mau travelling hahah
HapusBaca petualangan Mbak Lisdha ini, pas bagian Malang nya, bikin aku bertanya kenceng pada diri sendiri: "Udah beberapa kali ke Malang, kok ga pernah ke Museum Angkut yang terkenal itu?" hahaha
BalasHapusPadahal ada banyak cara untuk mewujudkannya, bahkan di "sempit" nya waktu (karena dalam perjalanan menuju Mataram) 😁
Ternyata, ada keseruan, pengalaman baru, dan hal-hal menyenangkan lainnya di jalan lain ya mbak.
Ini karena anak2ku suka mobil mbak...jd ke Batu dlm waktu sempit jadinya ya cuma ke Museum Angkut. Jatim Park dsb ntar deh kalau ada kesempatan lagi ke Malang hehehe
HapusSeruu maklis...btw selamat natal dan tahun baru yaaa yukss barangkali kita bisa meetup di Solo.
BalasHapusAku juga sempat mbak merencanakan perjalanan ke Kebumen tapi lewat Surabaya dulu biar bisa jalan-jalan. Tapi karena pandemi akhirnya nggak jadi deh jalan-jalannya
BalasHapusMudik Natalnya berkesan pasti ya tahun ini, bisa mampir ke Museum Angkut juga. Ini malah lengkap ke Kampung Warna Warni, aku dan keluarga malah nggak sempat mampir padahal bawa mobil sendiri
BalasHapusSeru sekali perjalanan mudik Natal bersama keluarga, waktunyapun pas dengan anak liburan sekolah ya
BalasHapusWah ambil rute mudik lain sekalian explore seru juga. Aku malah belum pernah nyampe ke Surabaya loh kalau naik kereta hahaha. Btw, kalau mau explore jatim park 1-3 di Batu aku saranin semingguan di sana. Museum angkut aja bisa gempor seharian yaa kan, belum yang lainnya. Capek sih tapi pengalamannya nggak terlupakan. Kayaknya aku ada 3x ke museum angkut dan nggak pernah bosan hehe.
BalasHapusSelamat Natal dan Tahun Baru buat Mbak Lisdha sekeluarga.
Lisdhaaa! Foto fotonya bikin envy! Kampung warna-warni, jembatan Suramadu... Impian nih ke depan mau ajak anak-anak untuk ke sini. Oya museum angkut wajib kunjung ya!
BalasHapusselalu ad hikmah di setiap perjalananya bak. apapun itu yang penting berkesan dengan keluarga
BalasHapusSelamat natal ya, Mbak. Udah telat sih, hahaha
BalasHapusSeru juga tuh perjalanan lewat jalan yang berbeda. Jadi bisa sekalian jalan-jalan tipis ya. Aku pun kalau waktu longgar, suka jalan muter buat dapat suasana baru
Merry X'mas Lisdha & family kiranya damai sukacita Natal senantiasa hadir ditengah-tengah kita ya. Aku Natalan kebetulan di Jakarta saja. Keluarga besar banyak kumpul disini
BalasHapusHappy banget yang bisa mudik Natal tahun ini bisa merayakan sama keluarga besar dan teman2 ya mbak.
BalasHapusLancar2 juga yaa perayaan Natalnya, semoga begitu juga tahun2 ke depan.
Wah mumpung di Jawa mampir Surabaya dan Malang nih, sekalian liburan sekolah nih ya ceritanya :D
Wah seru banget mbak
BalasHapusNatal diisi dengan berlibur bersama keluarga seperti ini
Selamat berbahagia dengan keluarga ya mbak
Karena melewati "Jalan Lain" jadi punya cerita seru dan berkesan ya Mbak bersama keluarga? Aku ikut senang bacanya. Ditunggu, ya, cerita lengkapnya di Museum Angkut :)
BalasHapusMbak Lisdha, kepikiran banget buat googling tentang banyak jalan menuju Roma. Ternyata memang jalan beneran, bukan "jalan". Pengetahuan baru buatku.
BalasHapusSekarang masih di Klaten? Seru lho liburan kalian melalui jalan lain yang tak biasa malah mampir ke banyak tempat baru. Aku pun belum pernah ke museum angkut dan kampung warna-warni.
Perbedaan yang ada di negara kita hrus sama-sama dijaga dan itu ada anugerah ya. Kita hidup berdampingan harus tetap rukun satu sama lain. Senangnya bisa mudik natal bertemu keluarga
BalasHapusSeru banget ya Mbak berkumpul sama keluarga apalagi tahun baru ini emang membawa berkesan sekali setelah bebas dari PPKM dan bisa berkumpul bersama keluarga
BalasHapusaku belum pernah lewat suramadu mak, walau orang madura tapi mau ke sana belum jadi-jadi. Senangnya tetap bisa berkumpul sama keluarga, semoga tahun depan juga dengan cerita bahagia lainnya. selamat natal makkk
BalasHapusSeru banget mbak jadi keliling keliling di liburan Natal dan Tahun Baru ini. Jadi pengen ke Malang juga kan jadinyaaa~ Selamat berkumpul bersama keluarga :)
BalasHapus