Ada tiga hal yang saya tahu terkait kata “pare.”
Pertama adalah pare yang saya tahu sedari kecil, yakni salah satu jenis buah sayur berwarna hijau. Bentuknya khas sekali, yakni lonjong dan seolah bergerigi. Buah dari tanama merambat ini punya rasa dominan pahit. Namun, kalau pare-nya sudah diremas garam lalu ditumis dengan teri dan cabai, auto jadi makanan berbahaya deh. Bikin nambah nasi terus, soalnya.
Sayur pare (foto dari id.depositphotos.com) |
Pare yang kedua adalah nama daerah (desa sekaligus kecamatan) di Kediri, Jawa Timur. Saya belum pernah ke sana sih. Saya (sekadar) tahu karena daerah ini terkenal sebagai kampung Inggris. Bukan karena banyak orang Inggris tinggal di situ yaaa, tetapi karena di sana ada banyak lembaga kursus bahasa Inggris.
Sedangkan pare ketiga adalah double Pare alias Pare-Pare. Ini adalah nama sebuah kota di provinsi yang sekarang saya tinggali, yakni Sulawesi Selatan. Pare-Pare berjarak sekitar km dari Kota Makassar. Nama Pare-Pare sering disebut ketika mengulas kehidupan Presiden ketiga Indonesia, BJ Habibie. Menteri Riset dan Teknologi di era Presiden Soeharto ini memang lahir dan tumbuh di Kota Pare-Pare.
Saya berkesempatan ke Kota Pare-Pare setelah pindah ke Sulsel. Saya lupa kapan persisnya pertama kali menginjak kota itu. Buat saya, Pare-Pare adalah kota dengan topografi menarik. Sebagian wilayah berada di pinggir laut (kota pantai) dan sebagian lain berada di perbukitan. Untuk menikmati view laut yang lebih luas, kita bisa mampir di kafe-kafe yang banyak bertebaran di daerah atas. Topografi ini juga yang katanya menjadi tantangan bagi pembangunan jalur kereta api Makassar - Pare-Pare yang merupakan bagian dari rencana besar jalur KA Makassar - Manado.
Meski berstatus kota mandiri (bukan ibukota kabupaten), Pare-Pare punya beberapa destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Sepertinya saya nggak akan kehabisan acara jika menghabiskan waktu seharian di kota ini. Namun, saya malah belum pernah melakukan itu. Sejauh ini, Kota Pare-Pare hanya jadi tempat mampir kalau pergi ke kota lain. Foto pertama adalah ketika kami dengan teman dari Jogja pergi ke Toraja dan mampir di Monumen Cinta Habibie - Ainun.
Letak Pare-Pare memang pas jadi tempat transit ke kota-kota lain di Sulsel. Kami pernah sih main ke LAPAN (sekarang BRIN) Pare-Pare ~ haha, malah belum ditulis nih pengalaman main ke sana. Namun, itu pun dilakukan dalam perjalanan pulang dari Pinrang.
BRIN Pare-Pare |
Puji Tuhan, akhirnya saya kesampaian menginap di Pare-Pare ketika kami berempat dalam perjalanan pulang dari liburan ke Danau Matano dan Danau Towuti. Kami tiba di Pare-Pare sekitar pukul 20.00 WITA. Sebenarnya, BJ sih oke aja untuk lanjut sampai Makassar dengan perkiraan sampai rumah sekitar tengah malam. Tetapi saya nggak nyaman melihat BJ nyetir dari pagi hari. Pasti capek pake banget . Nginep aja lah di Pare-Pare.
Night view dari teras depan kamar |
Kami menginap di Satria Wisata, hotel budget di Jalan Abubakar Lambogo, Kecamatan Soreang. Namanya juga hotel budget, jangan berharap fasilitas bintang lima. Namun, dengan tarif terjangkau, hotel ini cukup bersih dan nyaman.Tempat parkir di halaman hotel memang terbatas, tetapi tersedia area parkir yang cukup luas di samping bawah hotel. Oh ya, hotel ini juga punya kolam renang lho. Memang bukan kolam yang luas, tetapi lumayan lah kalau buat main air sama bocil. Kami nggak nyebur sih, cuma lihat aja hehehe.
Bagian terbaiknya adalah sarapan pagi. Untuk hotel dengan tarif terjangkau, menu makanannya terbilang variatif (nggak cuma nasi goreng dan roti tawar selai hehehe). Ditambah lagi view yang cantik sehingga jadi betah berlama-lama sarapan.
Sarapan sambil lihat laut di bawah sana |
Di pagi hari kafe tempat kami makan pagi memang untuk sarapan tamu hotel. Sedangkan di waktu lainnya, kafe terbuka untuk umum. Sewaktu kami tiba di malam hari, suasana kafe cukup ramai (padahal hari pertama lebaran). Namun saya sudah terlalu capek untuk makan atau sekadar nongkrong di situ.
Dari pemandangan di pagi hari, bisa terbayang cantiknya view di malam hari. Kalau malam, lampu-lampu terhampar di bawah sana. Sedangkan di pagi hari, kita bisa melihat rumah-rumah, laut, pelabuhan, pulau-pulau, dan lain-lain. Kata si bocil kedua, “ini pemandangan Brazil low budget.” Haha… bisa aja nih bocil. Sekarang kita nikmati versi low budget, siapa tahu kelak bisa lihat versi high budget.
Melihat lanskap yang indah itu memantik saya untuk membuka map. Membandingkan pemandangan nyata dengan map itu menarik lho… Dari peta online, saya jadi tahu gambaran utuh yang tak tertangkap mata. Ternyata sisi pantai Pare-Pare melengkung dalam seperti gambar di bawah ini. Kalau lihat peta tanpa diperbesar kan tidak kelihatan ceruknya.
Titik tujuan adalah Pare-Pare, kayak lurus aja ya.. |
Kalau di-zoom in jadi tampak ceruknya |
Usai sarapan pagi, kami langsung check-out dari hotel. Kami sengaja lewat pelabuhan yang tadi terlihat dari atas. Cuaca cerah memberikan pemandangan yang cukup menyenangkan. Kapal-kapal yang bersandar, air laut yang bening, gerombolan ikan-ikan kecil, langit biru, awan putih…Kombinasi yang menarik, cukup mampu membuat rasa syukur terpantik.
Bening...padahal di pelabuhan lho.. |
Lihat foto-foto di sini, apakah mata teman_dw cukup tercuci? Saya sih mau kalau kapan-kapan menginap Pare-Pare lagi.(LSD)
si bocil tau aja deh, pemandangan brazil. lumayanlah untuk hotel budget, ya.
BalasHapusHaha..serasa pernah ke Brazil high budget aja dia mba :D
HapusLangit biru, laut biru, udara sejuk, view alami..berasa di Brazil low budget ini. Pare-Pare cantik sekali. Aku sudah sering ke Pare karena aku orang Kediri, semoga nanti bisa kayak Mbak Lisdha bisa juga ke Pare-Pare:)
BalasHapusAmiin mb Dian..dan aku bisa ke single Pare yaaa hehehe
HapusKalau buah pare pahit, kalau liburan ke Pare-pare seru pasti. Si bocil bisa banget di samping jendela menikmati pemandangan. Bagus langitnya, terima kasih sharing-nya!
BalasHapusHotel budget yang penting bersih dan nyaman, jadi rasa penat setelah traveling bisa dipulihkan. Apalagi ada kolam renang segala. Lumayan untuk alternatif bermain juga selain menikmati pemandangan dari hotel. Liburan yang bener2 memuaskan dan pastinya healing deh :)
BalasHapusBener mba...pas itu hotelnya jg tampak rame. Mungkin penuh juga kamarnya
HapusMembaca pos Mbak Lisda tentang kota Pare-pare, duh saya jagi pengen banget ke sana. Duduk di cafe, menikmati segelas es kopi susu gula aren, sambil memandang panorama yang permai di bawah. Cantik nian kotanya, Mbak. Semoga suatu saat saya bisa traveling ke sini. Amin
BalasHapussaya belum pernah keluar pulau jawa nih mak, seru juga ya main ke kota yang biasanya yang cuma denger di berita atau internet. Btw itu soreang artinya apa ya, di Bandung juga soalnya ada daerah namanya soreang, heheh. Cuma kayaknya beda arti nih antara bahasa sana dan bahasa sunda
BalasHapusWah lihat pemandangan disana jadi pengen deh pergi ke sana deh kak Lisda, awan langit birunya kece banget.
BalasHapusTiga nama pare itu aku tahu dan familiar juga. Tapi hanya bisa lihat langsung pare, belum pernah ke Pare jatim dan Pare Pare. Hehehe. Senangnya bisa menikmati keindahan kota Pare Pare ya mba . Temanku ada yang tinggal disana mba
BalasHapusaku juga belum pernah ini ke Pare-pare, hanya dengar cerita dari tanteku yang memang suka bolak-balik dinas kesana. Itu asik banget sarapan sambil bisa melihat laut dibawah ya.
BalasHapusAku tuh belum ada ke sini Mba, jadi lihat kayak gini tuh sabil berdoa supaya suatu hari bisa ke sini bersama keluarga. Btw aku gak kepikiran kok kalo di pare-pare itu banyak pare sayur itu, hehehe
BalasHapusternyata pare-pare secantik ini ya, aku sering dengar nama kota ini disebut-sebut, tapi ga kebayang gimana sih bentuknya. pemandangan laut yang biru dengan deretan bangunan itu cantik sekali mba
BalasHapusPerjalanan seru. Asyik saya merasa ikut berada di sana. Luar biasa pemandangan di pelabuhan dan dermaga Parepare ini ya. Langit, awan, laut, perahu dan kapal... Semuanya indah, betul semua itu memantik kita untuk senantiasa bersyukur ya
BalasHapustahun lalu aku malah cuma melewati kota Pare-Pare gak sempet mampir karena mengejar waktu, padahal saat melewatinya cukup indah sih buat bisa mampir meski sebentar
BalasHapuswah ternyata pemandangan di pare-pare cantik banget yaa dan kayaknya pantainya juga tak terlalu jauh dari kota jadi bisa kapan saja datang ke pantai untuk menikmati pemandangan
BalasHapusKata pare yang pertama,merujuk pada sayur yang identik dengan rasa pahit tapi masih lebih pahit cinta bertepuk sebelah tangan, demikian guyonan saya dan teman-teman saat masih ABG dulu. Kalau Pare-pare yang di Sulawesi, sebelum ini cukup failiar karena pernah ada siswa magang (PKL) yang berasal dari Sulawesi. Dulu saya kira pare-pare yang disebutkan oleh siswa-siswa tersebut ya Pare di Kediri, ehh ternyata Pare-pare di Sulawesi.
BalasHapusMasya Allah, langitnya Sulawesi itu yaa ... aku tahu di sana panas tapi langitnya mengingatkan betapa manusia itu keciiil, ga ada apa-apanya deh.
BalasHapusAku suka pemandangan ini, trus sempat mampir pelabuhan dengan air bening yaa. Semoga terjaga kebersihannya.
Cakep banget pemandangan Pare-pare!
BalasHapusAku dulu tahunya ya sayur, baru Pare-pare. Kalau Pare Kediri, malah tahu belakangan. Btw, aku belum ke sana semua, hehehe
Kalau denger Pare Pare auto ingat almarhum BJ Habibie.
BalasHapusWah alhamdulillah ya nemu penginapan yang pas yang sarapannya lumayan.
Foto2nya cakep2 apalagi kalau memandang langitnya. Jarang2 langit kek gtu di rumahku hehe.
Apakah kontur jalan di Sulawesi seperti di Jawa, kak Lis?
BalasHapusDatar dan lurus. Atau naik turun?
Hihi.. kepo banget soalnya kak Lis selalu memberikan informasi mengenai tempat wisata di Sulawesi. Ini mengingatkanku akan Ibu yang pernah menemani Bapak rahimahullah dinas di wilayah Timur dan ceritanya gak bisa berenti mengagumi keindahan Sulawesi.
Pemandangan di pare-pare ternyata cakep banget ya maaaaak.. ah jadi pengen nih ke pare-pare..Pas banget nih liburan sekolah anak bentar lagiii.. hihii
BalasHapusCakep banget maak lisdha...wah explore pare pare seruu mumpung masih di sulawesi ya makk manfaatkan menjelajah.
BalasHapusMb Lisdha aku malah penasaran dengan jalur kereta apinya makasar Manado ini. Pasti view dari kereta nya amazing banget. Mengingat jalurnya melewati pinggir laut ya mak
BalasHapusdari dulu penasaran pengen menginjakkan kaki ke Pare-Pare, selama ini cuman ke Makasar aja
BalasHapusPastinya aku juga penasaran pengen mengunjungi museum BJ Habibie-Ainun, nostalgia masa-masanya Pak habibie
Dengar kata Pare aku juga selalu teringat dulu ada tanaman pare di depan rumah. Hihi. Masya Allah di pelabuhannya saja Pare-pare air lautnya bening banget, ya, Mak. Sampai kelihatan ikan-ikannya. Uwow. Dan pemandangan lautnya cantiiiik. Langitnya juga bersih banget. Sungguh jauuuuh sama langit Jakarta, huhu.
BalasHapusJadi ingin makan pare ditumis dengan cabe rawit ...mmm nikmatnya, btw baru sekarang lihat foto tentang pare-pare indahnya
BalasHapusDuh, klo ke daerah Indonesia bagian Sulawesi itu jadi pengen makan seafoodnya yang super fresh! Enak banget yaa, mana lautnya bening lagi. Cantik!
BalasHapusTerimakasih ceritanya jadi serasa menginjakan kaki di pare2
BalasHapus