Januari sudah melaju lebih dari setengah jalan. di Facebook, ucapan di atas memang aku post tepat 1 Januari. Tapi di blog sudah tanggal belasan, jelas sangat terlambat. Namun, aku tetap harus memuat ucapan itu sebagai penanda tulisan pertama di tahun 2024. Walaupun telat, jangan disetrap yaaa…
Hmhh.. dua-tiga bulan ini aku memang sedang sangat tidak produktif dalam menulis. Mudah-mudahan tahun ini bisa lebih rajin menulis, baik itu ngeblog atau malah mewujudkan impian buku solo. Amiiin.
Tulisan pertama ini juga merupakan penanda tulisan pertama di kota yang baru. Per 1 Januari 2024 kami berempat mulai tinggal bersama di Kota Kediri, Jawa Timur.
Yaa…BJ mutasi ke Jatim.
Jatim…provinsi tanpa ayah. Demikian si bungsu Elo suka mengulang joke yang ia dapat dari internet. Hehe, maap, joke-nya garing 😀
Setelah 11 tahun di Sumatera Utara disambung 3.5 tahun di Sulawesi Selatan, akhirnya kami (di)kembali(kan) ke pulau halaman. Ups…apa pula pulau halaman? Maksa banget ya istilahnya.
Maunya sih bilang kampung halaman, tapi rasanya kurang pas. Sebab, meski beda kabupaten, aku dan BJ sama-sama lahir dan besar di Jawa Tengah. Jadi, meski sama-sama Jawa, bagi kami Jatim bukanlah kampung halaman. Tapi tetap saja, kesamaan pulau membuat kami merasa “pulang.” Apalagi, dibandingkan dengan Jabar, budaya Jateng dan Jatim lebih banyak kemiripan (atau malah kesamaan?).
***
BJ pindah per 1 November 2023. Seperti kepindahan-kepindahan sebelumnya, BJ lebih dulu berangkat. Di Kediri, sembari melakukan pekerjaannya, BJ mengurus segala sesuatu terkait pindahan seperti mencari kontrakan dan sekolah baru untuk anak-anak. Sementara aku dan anak-anak di Makassar menunggu hingga selesai ujian semester sembari mengurus segala persiapan pindahan.
Sejujurnya, ini adalah kepindahan yang terasa aneh. Untuk pertama kalinya kami pindah di bulan Desember, waktu kami biasa mudik Natal dan Tahun Baru. Alhasil, saat meninggalkan Makassar, perasaanku bercampur antara mudik dengan pindahan. Satu hal berbeda, jika mudik, kami akan kembali lagi pada Januari. Sementara kali ini, kami pulang dan tak akan kembali tinggal.
Rute terbang kami mengulang mudik tahun lalu, yakni berangkat dari Bandara Hasanuddin dan turun di Bandara Juanda. Biasanya, setiap mudik kami akan turun di bandara Jogjakarta. Namun, tahun lalu, kami menyempatkan diri jalan-jalan ke Malang lebih dulu sebelum lanjut naik kereta api ke Klaten.
Ahaa..apakah itu memang sebuah pertanda?
Pemberitahuan pindah tugas ini terhitung cepat, yakni hanya sekitar dua minggu setelah aku membeli tiket Makassar - Denpasar. Mampir jalan-jalan sekalian mudik ternyata jurus travelling hemat yang terlambat kami lakukan. Mudik Natal tahun sebelumnya kami mampir Surabaya dan Malang. Nah, Desember kemarin rencananya mau mampir Bali. Anak-anak sudah semangat sekali untuk mencoba sleeper-bus dalam perjalanan dari Denpasar ke Klaten.
Eh..ternyata ada instruksi pindah. Acara mampir ke terpaksa Denpasar kami batalkan dan tiket segera aku refund. Ke Bali-nya pending dulu karena dengan situasi pindahan, sepertinya sulit untuk tetap menjalankan rencana awal.
Long story short, aku dan anak-anak meninggalkan Makassar pada 23 Desember 2023. Tanggal itu sekaligus mengakhiri masa tinggal kami yang dimulai pada 4 Juli 2020 (kalau BJ sih sudah tinggal sejak Januari akhir). ~ Aku gampang mengingat tanggalnya karena 4 Juli berbarengan dengan peringatan kemerdekaan Amerika ^_^
Foto terakhir di depan rumah 1D5 :) |
Dengan Papi dan Ibu di bandara Hasanuddin |
Perjalanan kami ke bandara Hasanudin diantar oleh bapak-ibu pemilik rumah kontrakan yang selama ini sudah kami anggap sebagai orangtua angkat. Sampai di Juanda, kami dijemput BJ dan langsung meluncur ke Kediri.
Setiba di Kediri, kami beres-beres barang pindahan yang sudah lebih dulu sampai (Next aku akan bikin review pengalaman pakai ekspedisi Raja Pindah). Saat itu, kondisi ruangan masih sangat berantakan. Kotak-kotak berisi barang-barang dari Makassar memenuhi ruangan.
Jelas saja, upaya kami bukan beres-beres yang benar-benar beres. Setidaknya, kami pilah mana kotak yang harus segera dibuka dan mana kotak yang bisa dibuka belakangan. Beres-beres seriusnya nanti, setelah kami pulang Natal. Jadi, kami hanya semalam di Kediri. Sore hari berikutnya kami berempat meluncur ke Jateng untuk merayakan Natal di Klaten dan Temanggung.
Yuhuu... mudik perdana via darat.
Persis pada 1 Januari 2024, kami kembali lagi ke Kediri. Hmmh..liburan yang terasa singkat dan padat. Selanjutnya, kami harus menjalani babak baru. Seumpama permainan, pindah ke kota baru seolah new-game atau new-level dengan segala tantangannya.
***
Ini komentar di Facebook dari Bunda Dawiah, teman blogger dari Makassar. Dulu aku malah sempat bermimpi untuk hidup pindah-pindah negara, bahkan benua. Mengenal berbagai budaya dan orang-orang yang sedemikian berbeda-beda, serasa jadi warga kampung dunia.
Bermimpilah setinggi langit, sampai impianmu menabrak asteroid. Hehe, ini pelesetan kutipan terkenal dari presiden pertama kita, Bung Karno. Impianku memang menabrak asteroid. Aku tidak kesampaian pindah-pindah antar negara. Namun, aku tetap bersyukur, pindah-pindah antar daerah di Nusantara juga cukup seru. Apalagi suku budaya Indonesia juga beraneka. Pindah-pindah daerah serasa jalan-jalan tapi tinggal dalam waktu cukup lama.
Tapi memang, ke depannya kami berencana untuk kembali ke Jawa dengan pertimbangan lebih banyak alternatif untuk kuliah anak-anak. Hanya saja, sejauh ini belum ada rencana spesifik, akan tinggal di mana setelah BJ selesai masa kerja.
Dipindah ke Jawa seperti mendekatkan pada rencana itu. Wajar jika BJ dan aku menyambutnya dengan senang. Keluarga besar juga memberikan respon serupa. Namun kegembiraan ini tidaklah bulat sempurna. Bagi si sulung Ale, kepindahan kali ini terasa sebagai mimpi buruk.
Dia yang rapport SD-nya berasal dari empat sekolah yang berbeda. Dia yang ketika masuk SMP punya impian akan berada di sekolah itu hingga kelulusan. Dia yang sedang menikmati indahnya suasana persahabatan.
Bagi Ale yang lahir dan bertumbuh di Sumatera, lanjut Sulawesi, pindah ke Jawa tak terasa sebagai kepulangan. Pindah ke Jawa justru membuatnya patah hati lebih dalam. Dilema khas anak pindah-pindah. ~Baru pindah-pindah dalam satu negara saja sudah begini. Bagaimana dengan mereka yang pindah-pindah antar negara, plus berasal dari orangtua campuran?
Hari ketika aku menulis ini, kami masih dalam masa-masa adaptasi. Semoga, kami semua bisa cepat menyesuaikan diri, terutama si bocah yang masih patah hati. New game…entah cerita, tantangan, dan kejutan apa di kota ini. Apapun yang terjadi, aku percaya Tuhan selalu menyertai.
KEDIRI |
~Soli Deo Gloria~
Komen saya di fb itu memang benar dan serius kadang suka "iri" sama Mbak Lisda. Namun, itulah jalan takdir yg sudah ditetapkan Tuhan. Semoga Ale menemukan lagi "cintanya" di Jawa yah... sehingga tifak patah hati lagi, hehehe. Sehat2 yah sekeluarga Mbak Lis, semiga suatu saat kita bisa ketemu lagi entah di daerah mana.
BalasHapusmbaaa, welkaamm.
BalasHapusmba welkam to Kediri
BalasHapushayuk hayuukk kapan kita meet up di Mojorotoooo? 🤣🤣🤣
Wah selamat untuk tempat barunya, mbak. Semoga makin betah dan berkah bahagia bersama keluarga.
BalasHapusBicara soal pindah-pindah, dulu aku juga pengen seperti itu. Kayaknya seru aja merasakan suasana di tempat baru yang berbeda suasana. Lalu mengenal berbagai adat buaday di kota baru. Membangun pertemanan yang baru. Wah bayanginnya aja aku senyum-senyun sendiri nih
Mba, aku sempet nge-lag jokes Jatim provinsi tanpa ayah pas ngeuh oalah plesetan Yatim wkwkwkwk...lgsg ngakak sendiri. Selamat datang di Kediri mba betah2 yah
BalasHapusAnak2 gimana mba dengan seringnya berpindah2, kayaknya anak2 dengan banyak pengalaman pindah ke tempat baru biasanya lebih mudah beradaptasi dan berbaur ya? Kerasa sihexitednya ke tempat baru, klo saya yang penting bareng2 sm keluarga dan anak2 hehe
BalasHapusMenarik sekali membaca perjalanan keluarga Mbak Lisdha dalam menghadapi pindahan ke Kota Kediri, Jawa Timur. Petualangan pindahan tuh memang seperti main game dengan level baru, full tantangan dan kejutan ya mbak. Semoga Ale cepat adaptasi dan menemukan kebahagiaan di kota baru!
BalasHapusKalau lihat teman-teman yang ikut suami bertugas itu seru, karena bisa mendengarkan cerita mereka di setiap daerah atau negara dimana suami mereka ditetapkan. Semoga selalu betah dengan tempat barunya dan berkah untuk mbak Lis sekeluarga.
BalasHapusSalut deh sama mbak Lisdha sekeluarga yang tetap semangat berpindah-pindah provinsi dan kota di Indonesia. Bisa dibilang ini hak istimewa dari Yang Maha Kuasa. Tidak semua orang bisa merasakan hal ini yaaa walaupun ada efek kepada anak-anak dari soal sekolah, perasaan, pertemanan dll ya. Semoga di Kediri hati tenang dan senang. Apa mungkin nanti akan berpindah lagi ke mana? Hehehe.... Mantap!
BalasHapus
BalasHapusHwaaa congratss makkk, welcome home ke Pulau Halaman yang katanya (tanpa ayah) hahaha. Semoga makin cepet adaptasi, anak2 cepet pulih dari patah hati, makin sukses, makin rajin nulis tentang tantangan dan kejutan2 di tempat baru hehehe.
Tahu ngga sih?
BalasHapusPas baca judul "New Game Kediri" aku pikir itu game beneran, tahu.
Hahaha.
You got me, Mom!
You are so lucky Mom, punya kesempatan bisa "tap in tap out".
Hihihi. Menclok sana sini.
I bet you have so many story to share ya!
Well,
Have fun with Kediri!
Semoga lancar adaptasinya dan berkah di tempat baru ya mbak... Asyik ya sering pindah-pindah bisa menambah teman dan pengalaman baru... Meski begitu, biasanya engga mudah ya untuk anak-anak...
BalasHapusSalut banget mbak pindah - pindah gitu meski melelahkan tapi kayaknya seru ya. Saya malah lebih memilih stay di kampung halaman ketika suami harus tugas di luar kota. Huhu
BalasHapusTenang aja Bun .lama lama juga terbiasa tinggal ditempat baru. Memang perlu adaptasi lingkungan, adat istiadat hingga lidah biar cocok sama makanan daerah yang ditempati sekarang.
BalasHapusKak Ale.. semoga lekas menemukan teman-teman yang cocok, juga keceriaan dan kegembiraan di Kediri. Buat mb Lis sekeluarga, semoga new game-nya menyenangkan, ya. Btw mbah dan saudara dari suami juga banyak yang tinggal di Kediri, Mbak :)
BalasHapusMasyaallah, kliatannya enak ya mbak pindah-pindah kota gitu, hehehe. Tapi kalau saya pasti akan bermasalah pada masa adaptasi. Eh tapi gak tahu juga sih ya misalnya aku ada di posisi mbak mungkin juga bisa menyesuaikan. Biasanya kalau sudah terbiasa gitu akan cepat ya menyesuaikan diri.
BalasHapusSeru ya kalau pindah-pindah begini, pasti cape tp kaya pengalaman, ketemu orang baru, adaptasi ....
BalasHapusSetiap perjalanan pasti punya ceritanya masing-masing dan itu pasti sangat berkesan.
BalasHapusSenangnya saya bisa sedikit ikut memantau kisah perjalanannya melalui blog ini.
Btw, sebagai warga Jabar, saya jadi penasaran, kenapa Jatim disebut provinsi tanpa ayah? Hehe...
Bantu jawab ya Mak Okti, mungkin pelesetan dari Yatim. Hihihi. Jatim dan Yatim.
HapusGimana? Am I right, Mak Lisdha?
Hidup berpindah-pindah kota gitu memang nggak buat semua orang sih Mak. Tapi kalau udah terbiasa, InsyaAllah proses adaptasi juga akan lebih mudah. Semoga segala urusan peradaptasian di Kediri dilancarkan ya Maak
BalasHapusWah seneng banget deket ya sama induk semangnya pas di kota sebelumnya. Asyek welcome back ke Jawa lagi mbak. Kediri sekarang makin pesat apalagi ada bandara baru yaa. Aku pengen ke sana juga nih kapan2 supaya anak2 bisa melipir ke Pare belajar Bahasa Inggris :D
BalasHapusMungkin emang yang agak susah anak2 ya, tapi kalau dibantu beradaptasi insyaAllah juga cepat membaur dengan lingkungan baru yaa.
Bismillahirrahmanirrahiiim... semoga semuanya berjalan sesuai harapan dan bisa segera beradaptasi dengan tempat baru ya mbaa. Saya juga sering berpindah - pindah dan memang banyak sekali tantangannya. Tapi bismillahirrahmanirrahim in sya Allah bisaaa
BalasHapusanak - anak agak susah memang ya untuk berbaur denngan lingkungan baru, tapi kelamaan bisa adaptasi juga.
BalasHapusYa si dede smpai punya 4 rapot yg beda... Gitulah y kak kalau ikutan suami kerja.. kalau anak2 stay bingung kitanya juga ya.. akhirnya bisa ke kediri lebih deket dg keluarga semoga yg terakhir gk di mutasi lagi ya susah adaptasiny bg anak2
BalasHapusmasyaallah mba hebat banget sih sekeluarga, semoga segala sesuatunya dimudahkan ya mba, semua sehat, dan bahagia
BalasHapusAku juga sempet nge lag td baca jokes nya 🤣. Pas akhirnya sadar, langsung nyengir sendiri 😄.
BalasHapusPindah2 itu kliatan enak di luarnya, dan bagi yg ga tahu repot dan segala jeroan dan drama pindahan 😄.
Aku dulu juga taunya asyik aja, bisa ketemu tempat baru, orang baru.
Sampe suami cerita gimana susahnya dia adaptasi bahasa dan budaya 😅. TK sampe awal SD di Jepang. Trus pindah ke Jerman, trus SMP di Finland 🤣. Apalagi kebanyakan dia dimasukin sekolah lokal supaya belajar bahasanya. Tapi skr yg diinget cuma bhs Jerman 😄.
Jadi memang, pindahan itu ga seenak yg terlihat yaaa. Paham bgt jadinya perasaan anak mba yg patah hati harus pindah lagi :)
Bener banget mbaaa...mungkin tidak terlalu masalah bagi si ortu yg mmg mrnjalani pindah2 itu sbg pilihan (yg mana blm tentu jg bagi pasangan..misal suami tugas pindah2, belum tentu si istri bisa seirama). Puji Tuhan kami sbg pasangan bisa sejalan..tp gara2 ini saya jg jd bersyukur ga pindah2 antar negara wkwkkw
Hapus