Gunung Kelud Februari 2024


14 Februari 2024. 

Pagi hari sebelum berangkat ke TPS, aku membuka facebook dan menemukan pengingat status pada tanggal dan bulan yang sama di tahun 2014. Rupanya, hari itu aku-BJ-dan Ale sedang dalam perjalanan Medan - Yogyakarta. 

Kok cuma bertiga? Sebenarnya berempat sih, tapi Elo masih di dalam perut. 

Ada hal yang berbeda dalam perjalanan pulang di hari tersebut. Saat itu belum ada penerbangan langsung Medan - Jogja, jadi biasanya kami transit dulu di Cengkareng baru pindah pesawat. Namun, hari itu penerbangan ke Jogja dibatalkan akibat debu letusan Gunung Kelud. Alhasil, setelah terbang Medan - Cengkareng, kami lanjut ke Jogja menggunakan bus. (Jogja atau langsung Klaten ya? ~aku lupa).

Letusan Gunung Kelud pada 13 Februari 2014 malam memang berdampak luas. Daerah dekat puncak gunung terkena lava dan material letusan. Sementara, kota-kota terdekat, yakni Kediri, Blitar, dan Malang  terkena hujan abu yang lebat. Bahkan, abu Kelud menyebar hingga daerah-daerah yang cukup jauh, yakni daerah-daerah di Madura, Jateng, dan Jogja. 

Aku hanya salah satu dari sekian banyak penumpang pesawat yang mengalami pembatalan terbang. Sebab, abu Kelud mengakibatkan penutupan sementara beberapa bandara,, yakni Juanda - Surabaya, Abdurahman Saleh - Malang, Ahmad Yani - Semarang, Adi Sucipto - Jogja, Adi Sumarmo - Solo, Husein Sastranegara - Bandung, dan Tunggul Wulung - Cilacap. 

Bisa dibilang hampir semua semua bandara di Pulau Jawa ya..

Suatu berkat ketika satu dekade kemudian, aku-BJ-Ale-dan Elo (yang sudah lahir😂)  bisa mengunjungi puncak Gunung Kelud. Sekarang kan kami tinggal di Kediri, jadi perjalanan ke Gunung Kelud tidaklah jauh. Kunjungan kami pada Sabtu (17/2) lalu juga tidak terencana. Sabtu pagi, aku memperpanjang SIM C di Satpas Kediri dan sudah beres sekitar pukul 11.00. Waktunya masih cukup untuk pergi ke Gunung Kelud.

Jujur, aku belum pernah membaca atau melihat tayangan video wisata Gunung Kelud. Kalaupun pernah, aku benar-benar sudah lupa. Aku juga tidak mencari info dulu di internet. Aku berasumsi, palingan daerah seputaran kaki gunung, seperti kalau main ke Posong atau Botorono di Gunung Sindoro.  Jadi, kami benar-benar yang cuzz pergi tanpa persiapan khusus.

Akses wisata Gunung Kelud berada di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri yang berjarak kurang lebih satu jam perjalanan kendaraan dari Kota Kediri. Akses jalan sudah bagus hingga tempat parkir kendaraan. Untuk menuju tempat parkir, kami melewati pos tiket dan membayar Rp 10.000 per orang. Padat tiket tertulis “Dewasa, Sabtu-Minggu dan Hari Libur”, mungkin kalau week-day harga tiket lebih murah. Kami hanya membayar karena Elo masih gratis. (Berbahagialah kamu yang masih anak-anak ^_^ )

Dari pos tiket ke parkiran, kami tinggal mengikuti jalur aspal. Di sepanjang jalan, ada beberapa bangunan yang tampaknya adalah destinasi wisata, seperti kebun tanaman obat. Sayang, kondisinya tampak suwung dan tidak terawat.   

Area parkir wisata Gunung Kelud cukup luas dan ada fasilitas pendukung, seperti warung makan/souvenir, mushola, dan toilet. Jalur ke puncak/kawah masih sekitar 5 kilometer dan bisa ditempuh dengan jalan kaki atau ojek. Bahkan, pengunjung yang membawa sepeda motor pun harus parkir di bawah. Aku duga ini  karena peraturan pemerintah (desa?) guna kepentingan ekonomi warga (dan mungkin juga untuk membatasi jumlah kendaraan di area puncak). Tarif ojek dari tempat parkir Rp 40.000 per orang berlaku pergi pulang. 

Kontras dengan cuaca saat kami berangkat, langit justru terlihat kelabu. Hawa dingin menyergap, sementara aku tidak tahan dingin. Bersyukur, BJ membawa jaket yang kemudian aku pakai (thankyou Yah..). Kalau anak-anak sih, memang lebih suka berdingin-dingin.

Jalur naik ojek-nya berupa jalan aspal menanjak yang cukup menantang. Pemandangan kanan kiri adalah jurang dan tebing pegunungan. Di perjalanan, aku lihat beberapa pengunjung yang memilih untuk jalan kaki. Andaikan masih muda belia dan waktunya leluasa, rasanya aku juga akan lebih memilih jalan kaki. Sensasi menjelajah akan  lebih terasa. Namun, untuk kondisi sekarang, ojek aja laaah…Salah-salah malah nanti butuh koyo segepok dan balsem semangkok 😀

Ujung inlet Ganesha 


Oleh Pak Ojek, kami dilewatkan terowongan/inlet Ganesha menuju pinggir kawah. Melewati terowongan sepanjang kurang lebih 200 meter ini, Pak Ojek tidak menyalakan lampu motor. Padahal bagian dalam terowongan sangat gelap. Yuhuhuhu… gelap gulita. Bagi yang phobia kegelapan, bisa minta dinyalakan lampu atau memilih untuk tidak lewat terowongan.

Dan inilah kondisi kawah Gunung Kelud pada 17 Februari 2024. 




Di bawah, kawah Gunung Kelud sedang terlihat hijau dan relatif tenang. Sedang hijau karena di lain waktu bisa berwarna coklat lho.. Ada yang bilang, warna kawah mengingatkan pada Danau Kelimutu di Nusa Tenggara. Aku belum bisa bilang begitu karena belum pernah ke Kelimutu.


Ada gerbang dan jalur jalan menuju tepi danau. Namun, untuk alasan keamanan, pintu gerbang dikunci bagi  pengunjung umum. Jika di bawah ada kawah yang tenang, di atas ada tebing-tebing batu yang tampak rumit dan menjulang. 



Sayang sekali, saat itu langit tidak biru, yang ada hanya awan kelabu. Bahkan, baru sebentar kami melihat-lihat, hujan sudah turun. Kami pun bergegas berteduh. Berbagi tempat dengan pengunjung lain di kedai kecil yang menjual jasa foto instant. Bersyukur, bukan hujan yang serius. Sebentar kemudian, ia reda sehingga kami bisa menyusur ke area lain.

***

Nanti setiba di rumah, barulah aku browsing tentang Gunung Kelud dan bertemu fakta-fakta menakjubkan. Jika aku membaca fakta-fakta itu sebelum berkunjung ke sana, mungkin kadar ketakjubanku akan berbeda. Sudah melihat langsung membuatku bisa lebih membayangkan kejadian-kejadian dahsyat di masa lampau.

Dengan posisi 1.731 mdpl, Gunung Kelud tidak terbilang tinggi. Bahkan, kita bisa mencapai puncak tanpa harus susah-susah  mendaki. Namun, Kelud bukanlah gunung yang tenang. Ia  memiliki sejarah letusan yang cukup panjang. Meski tidak sehebat letusan Tambora atau Krakatau, letusan Gunung Kelud tetap tercatat sebagai peristiwa yang banyak mengakibatkan korban jiwa. 

Pada abad 15, Gunung Kelud meledak hebat dan memakan korban belasan ribu jiwa. Ada pendapat yang menyatakan jika letusan Gunung Kelud di masa itu merupakan faktor penting dalam keruntuhan Kerajaan Majapahit. 

Melansir kanal BBC, tercatat beberapa letusan sejak abad 19, yakni di tahun 1901, 1919, 1951, 1966, 1990, 2007, dan terakhir 2014. Di era kolonial, pemerintah Hindia Belanda membangun dam penahan lava. Selain itu mereka juga membangun tujuh terowongan untuk menjaga supaya volume air danau kawah tidak melebihi batas yang ditentukan. Pengurangan air kawah dipandang penting. Sebab, keberadaan air memuluskan aliran lahar panas saat terjadi letusan.

Pasca kemerdekaan, yakni di tahun 1967, pemerintah Indonesia selesai membangun terowongan Ampera yang berada di bawah tujuh terowongan lainnya. Sayangnya terowongan-terowongan tersebut terkubur oleh material vulkanik akibat letusan gunung. Sedangkan inlet Ganesha yang aku lewati, terletak di atas terowongan-terowongan lain dan dibangun di masa pendudukan Jepang. Banyak artikel menyebut inlet Ganesha sebagai terowongan Ampera. Namun, ada juga sumber-sumber yang menyebut jika keduanya adalah terowongan berbeda. 

Jujur, aku agak bingung dengan perbedaan informasi itu. Namun, naluriku lebih mengikuti informasi bahwa kedua terowongan tersebut tidaklah sama. Kalau ternyata naluriku salah, nanti aku koreksi.  


Berhubung diriku tidak punya keahlian teknik, aku hanya bisa memahami gambar di atas secara awam. Terlihat di gambar jika ketinggian air dan dasar danau mengalami perubahan dari masa ke masa akibat letusan. Bukan hanya ketinggian air dan dasar danau, kondisi sekeliling danau juga berubah akibat letusan. 

Berdasarkan informasi yang aku baca, pasca letusan tahun 2007, muncul kubah lava di dasar kawah. Namun, letusan tahun 2014 menghancurkan kubah lava dan dinding kawah di sekitar terowongan. Peristiwa itu sekaligus membuka jalan ke area kawah. 

Sebelum letusan 2014, inlet Ganesha adalah satu-satunya terowongan yang bisa dilalui manusia untuk menuju area kawah. Sedangkan saat ini, pengunjung tidak harus melewati terowongan untuk menuju area atas kawah. 

***


Berhubung ada agenda di sore hari, kami bermaksud untuk segera pulang. Kami naik ojek yang bersiap di sisi luar terowongan. Baru sebentar beranjak, hujan turun dan makin deras. Kali ini hujannya serius. Perjalanan berhenti sejenak dan Pak Ojek menyodorkan mantel untuk aku kenakan. 

Hujan terus deras hingga kami satu per satu tiba di pangkalan ojek. Walaupun mobil parkir tak terlalu jauh, tapi akan basah kuyup jika langsung ke sana. Akhirnya, kami berempat singgah dulu di warung sebelah pangkalan ojek. Makanan lumayan bervariasi dengan harga bersahabat.

Pengalaman pertama ke Gunung Kelud cukup berkesan. Selama masih tinggal di Kediri, kami mungkin akan kembali ke sana. Entah kembali ke puncak atau menjelajah sisi-sisi lainnya. (Lsd)

 


 


  




  



 




 



20 komentar untuk "Gunung Kelud Februari 2024"

  1. wishlistku tahun ini pengen banget tracking :D semoga terwujud

    BalasHapus
  2. Mba btw kenapa pas masuk ke inlet ga nyalain lampu si driver? Memang ada larangan, atau dia udah hapal banget jalanan di dalam 😅?

    Aku tuh selalu gemeter kadang kalo lihat gunung2 api begini. Ga kebayang letusannyaa. Terlihat tenang, tapi di saat marah, serem 😱.

    Makanya ga pernah mau di ajak naik gunung apalagi yg gunung api 😅. Kejadian di sumbar kemarin, makin bikin ga tertarik naik gunung api.

    Tapi aku suka baca2 ceritanya. At least bisa sekalian lihat kondisi di kawah atau atas gunung dari tulisan temen2 👍

    BalasHapus
  3. Aku pas SD baca tentang gunung Kelud, oh ini toh foto aslinya, habis baca cerita tentang Gunung Kelud jadi pengen hiking ke sana, kebetulan aku suka banget sama jalan kaki dan main di alam gini

    BalasHapus
  4. terakhir ke gunung itu, gunung bromo, itu pun sudah lama banget, nah tahun ini jika memang ada rejekinya dan allah izinkan mau roadtrip pulau jawa aamiin

    BalasHapus
  5. Sejak dengar bencana Gunung Marapi aku deg-degan kalau baca cerita tentang gunung padahal dulu sempat gabung jadi mapala hihi cakep banget kawahnya warna hijau ya...

    BalasHapus
  6. Baca ini saya jadi ingat saat ke Gunung Muria. Bedanya naik turun saya pilih naik ojek. Wkwkwk. Pernah enggak sih tapi capek. Daan... kesamaanya lagi - meski ga karena hujan - sebelum pulang perut dikenyangkan di warung pangkalan ojek saja karena biasanya harganya bersahabat. Pilihan low budget buat kami.

    BalasHapus
  7. Aku ngalamin gunung Kelud meletus tahun 1990, saat SMP..parah kerusakan di daerah sekitar. Rumah ortuku di Kediri kota kena hujan abu sampai beberapa cm

    Sampai SMP ku bersama sekolah lain di Kediri yang ga kena mengadakan kerjabakti ke sana, numbang air bersih, dan bantu bebersih sekolah di daerah terkena dampak, agar sekolah bisa dibuka kembali.

    Memang di setiap letusan ada perubahan di area sekitar , termasuk bentuk kawah, terowongan dll

    BalasHapus
  8. Di balik Gunung Kelud yang terlihat hijau dan tenang ternyata pernah memakan korban belasan ribu jiwa saat abad 15 yah. Padahal emang posisinya ngga terlalu tinggi juga tapi letusannya wow banget. Oh taun 2014 inlet Ganesha satu2nya terowongan buat ke area kawah yaa. Semoga bisa jalan-jalan ke sana jugaaa..

    BalasHapus
  9. Saya dulu pas ke gunung kelud (2015) cuma bisa sampai parkiran mbak, sudah terlalu sore dan arah ke kawah sudah di tutup. Tapi dari parkiran pun, tetap dapat pemandangan indah

    BalasHapus
  10. Aku naik gunung itu terakhir waktu masih SMA ke Gunung Salak. Suka banget sama pemandangannya, walaupun capek hehe. Sekarang masih kuat ga ya naik gunung lagi hehe

    BalasHapus
  11. Aku jadi googling mengenai fakta tiga gunung berapi yang paling aktif di Pulau Jawa, dan Kelud menjadi salah satunya.

    Aku jadi inget kalau di Jawa ada semacam "penjaga" gunung atau juru kunci. Apakah di Kelud juga ada?

    Ka Lis jadi banyak pertanyaan setelah melihat langsung ke Gunung Kelud yaa..

    BalasHapus
  12. Suka ngiri dan ngiler ingin ikutan kalau lihat yang naik gunung, namun apadaya saya belum diberikan kesempatan lagi untuk bisa naik gunung, terakhir naik gunung pas SMA kali heheh

    BalasHapus
  13. meskipun sering ke Kediri, aku termasuk yang belum pernah ke Kelud. Padahal pemandangannya bagus banget ya kalau dilihat dari banyak gambar yang beredar di medsos

    BalasHapus
  14. Seru banget ya bisa ke Gunung Kelud pastinya banyak sekali informasi dan pengalaman bisa sampai ke sini indah banget pemandangannya dan banyak Spot foto bagus

    BalasHapus
  15. Saya jadi penasaran dengan terowongan/inlet Ganesha. Sepertinya bakal memicu adrenalin ketika melewati terowongan sepanjang kurang lebih 200 meter ini, yaa...

    BalasHapus
  16. Ternyata pemandangan gunung Kelud indah ya, apalagi ada kawahnya ternyata, aku baru kali ini lihat. Jalan pintasnya lewat terowongan, antara seru tapi kalau aku takut juga sih.

    BalasHapus
  17. Pernah dengar soal Gunung Kelud, ternyata punya pemandangan yang indah ya, Mba. Cocok banget untuk tempat wisata, apalagi sama danau kawahnya kelihatan cantik.

    BalasHapus
  18. Seru banget yaa, cuman kayanya cuacanya sendu dan mendung hehehe. Hujan tipis tipis juga kayanya ya. Cocok buat makan pop mie hehehe.

    BalasHapus
  19. Wow mantap banget ini perjalanannya. Naik Gunung Kelud booo. Salah satu wishlistku sejak dulu. Kalau udah naik gunung itu lalu sampai ke puncak, rasanya bahagia banget. Gak bisa tergantikan kata-kata rasa yang membuncah. Pemandangan dari atas itu lho, selalu menakjubkan

    BalasHapus
  20. Selalu senang baca tulisan jalan-jalan Mbak Lis, sampai naik gunung ... wuiihh. Kayak seringnya senang2 lihatnya ya padahal di balik itu ada banyak keribetan ya Mbak Lis. Saya tuh orangnya malas pergi jauh2 karena memikirkan persiapan berangkatnya saja malas .... parah nih dirikuh padahal senang lihat postingan jalan2 begini :D

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)