Halo Teman DW… Setelah terakhir post soal war takjil, aku baru ngepost lagi paska-lebaran. Serasa hiatus ya blognya hehehe. Sebelum lanjut menulis terlebih dulu aku ucapkan :
Aku sudah mengucapkan di Facebook dan Instagram sih. Tapi kan belum di blog hehehe. Hari gini ya…ucapan hari raya banyak dilakukan secara massal, entah lewat status, grup, atau blast. Aku akui, aku melakukan juga, yakni lewat status dan grup WA. Namun, tentu saja ada saudara/teman yang aku kirim ucapan secara personal.
Ahhh… jadi ingat masa-masa mengirim ucapan pakai kartu dan perangko. Jauh sebelum hari raya, kartu-kartu sudah harus dikirimkan supaya cukup waktu untuk perjalanan. Hihihi, punya pengalaman dengan perangko merupakan penanda umur…ya kan?
BTW, lebaran kali ini kami (aku, suami, dan anak-anak) pulang kampung. Ini pengalaman langka yang tampaknya akan menjadi tidak langka lagi hehehe. Langka karena sepanjang 2009 - 2023 (yakni selama tinggal di Sumut dan Sulsel), sepertinya kami hanya dua kali mudik saat lebaran. Yang hampir selalu sih mudik saat Natal.
Maunya sih Natal mudik, Lebaran juga mudik. Walaupun kami tidak merayakan Lebaran secara religi, tapi kan kami biasa ikut merayakan secara sosial. Saat Natal, kami bisa berkumpul dengan keluarga dekat dan juga bertemu sebagian keluarga besar. Sedangkan saat Lebaran, kami bisa bertemu dengan lingkar keluarga yang non-kristen. Ya sih, kalau mudik Natal, kami juga biasa berkunjung ke saudara yang muslim juga. Tapi kan nggak ada kue-kue… hehehe bechandyaaa yaaa.
Intinya, ada dua suasana yang berbeda.
Apa daya, mudik naik pesawat bikin bujet menjerit jika dilakukan dua kali dalam setahun. Berhubung saat ini kami sudah pindah ke Jawa, jadi sangat memungkinkan untuk mudik ke Jawa.
Hehehe, mudik dari Jawa Timur ke Jawa Tengah..gitu lhoo.
Jadi, inilah mudik Lebaran “pertama” kami sejak pindah ke Kediri. Mudik Lebaran ya…bukan mudik saja. Sebelum Lebaran, kami sudah tiga kali pulkam, yakni saat Natal (sekalian pindahan), saat pemilu, dan terakhir pas liburan awal puasa.
Gitu yaaa…kalau sudah dekat. Nggak pusing lagi mesti beli tiket pesawat. Apalagi sekarang harga tiket domestik kan mihil…. Namun, tak urung, si sulung protes, “yah kita jadi nggak naik pesawat lagi buat mudik.” Lalu aku ayem-ayemi (bikin tenang), “sabar…percaya ada berkat dan kesempatan untuk nanti kita naik pesawat…pergi kemanaa gitu..”
***
Kami mudik Jumat, 5 April 2024. Berangkat pagi-pagi waktu hari masih gelap. Kami hanya berpamitan pada satu tetangga yang saat itu sedang berada di depan rumah. Ya memang belum akrab juga sih sama tetangga-tetangga lainnya. Selain kami masih terhitung warga baru, suasana kompleks rasanya memang tidak terlalu bersosial antar tetangga (sependek pengamatan dan perasaan sih…entah nanti kalau persepsiku berubah).
Seperti mudik sebelumnya, si ayah kembali memilih jalur tol. Terlepas dari pro dan kontra, jalur cepat ini memang terbukti memangkas waktu perjalanan. Jika lewat jalur biasa, Kediri - Temanggung bisa makan waktu jam. Sedangkan via tol bisa dicapai sekitar 4 jam saja (asumsi perjalanan langsung, tidak mandeg lama di rest area). Ini tol-nya belum sampai Kediri dan Temanggung lho..
Gimana nanti kalau tol-nya sudah sampai kedua kota ini ya? Aku enggak tahu progresnya sejauh apa, tapi nantinya jalur tol akan sampai dua kota ini. Untuk mudik kali ini, kami masuk pintu tol di Nganjuk dan keluar pintu tol Bawen, Semarang.
Btw, sebagian daerah kompleks kontrakan kami sekarang tergusur untuk proyek tol. Ini aku tahu dari deretan rumah yang sudah dikasih tanda cat warna merah. Entah kami akan menyaksikan atau tidak proses pembangunan tol yang begitu dekat dengan tempat tinggal. Rumah-rumah yang kena gusur itu paling hanya sejarak belasan meter dari tempat kami. Tapi status kami kan kontraktor alias mengontrak. Entah nanti si ayah dipindah kota lagi, atau kami memutuskan pindah rumah…who knows ya kan?
Eh. malah jadi cerita pembangunan tol deh.Balik ke cerita mudik.
Semasa di luar Jawa, mudik selalu berarti packing bawaan yang ketat. Maksudnya ketat tuh bawa barang seefektif dan seefisien mungkin. Mudik sama anak-anak, sebisa mungkin nggak ribet urusan bawaan. Biasanya, semua barang harus muat di dua koper dan sisanya di backpack. Tahu sendiri kan, antrian bagasi nggak selalu cepat. Jadi males kalau banyak-banyak bawaan.
Beda dengan mudik jalur darat ini.
Urusan packing nggak terlalu ketat. Kami bahkan tidak membawa dua koper besar yang biasa diajak mudik (hehehe, maaf ya Per…kamu gak diajak-ajak mudik lagi). Sebagai ganti, aku membawa koper dan tas travel yang lebih kecil. Seandainya naik pesawat bawaan seperti ini beneran nggak praktis. Pating printhil gitu…
Tapi kan sekarang pakai mobil. Jadi tinggal dimasukkan bagasi aja gitu..
Dan…yang paling epik dari mudik kali ini adalah : si ayah membawa pulang aquarium kecilnya. Bukan aquarium kosong, tapi aquarium lengkap dengan ikan dan airnya!!!
Begini deh ribetnya kalau punya binatang piaraan. Kalau cuma ditinggal sehari-dua hari sih mungkin masih oke yaa… Tapi ini seminggu lebih, kasihan si ikan-ikan itu. Ya sih, mereka tidak selucu kucing atau anjing, tapi tetap kasihan juga kalau ditinggal terlalu lama.
Mau nitip tetangga, belum ada yang kenal dekat. Mau membuang ikan-ikan itu ke selokan, kok kasihan juga. Masa dititip ke pet hotel sih? Hahahaha. Menimbang ukuran aquarium dan durasi perjalanan, empunya ikan (yaitu si ayah) yakin untuk membawa ikan-ikannya mudik. Ya sudah..
Caranya, kami beli kotak styrofoam yang muat untuk aquarium. Lalu, air aquarium dikurangi hingga setengah. Masukkan aquarium dengan ikan-ikan dan air ke dalam wadah styrofoam. Berhubung durasi jalannya nggak lama dan mungkin memang jenis ikan yang tahan, jadi nggak masalah tuh meski jalan tanpa aerasi.
***
Meski kami keluarga Kristiani, tapi kami biasa ikut merayakan lebaran dalam konteks sosial. Di rumah, kami juga menyiapkan kue-kue kering. Emak juga memasak opor dan memesan ketupat. Bulikku yang juga kristiani malah sampai memasak rendang…
Kami juga berkunjung-kunjung dan sebaliknya juga dikunjungi. Uniknya, kami nggak hanya berkunjung ke tetangga/saudara muslim lho.. Tapi juga berkunjung ke saudara yang kristiani.
Dulu aku menganggap situasi ini adalah hal biasa. Ya gimana, sejak jebrol ke dunia, aku sudah mendapati situasi demikian. Setelah merantau, aku baru tahu kalau situasi seperti itu mungkin dipandang aneh/unik oleh sebagian orang. Contohnya saat pindah ke Pematangsiantar. Kebetulan aku mengontrak rumah di lingkungan mayoritas Kristiani, jadi vibes lebaran sama sekali tidak terasa. Kayak hari libur biasa aja… Tetanggaku sempat heran ketika aku bercerita soal kebiasaan kami saat lebaran.
Saat itu aku makin merasa, betapa menariknya keragaman Nusantara ini.
***
Berkunjung-kunjung saat lebaran memang bukan pengalaman pertama buat dua bocil kami, Ale dan Elo. Namun, tetap saja ini pengalaman yang jarang-jarang (ya kan kami jarang mudik saat lebaran). Lebaran kali ini, kami menantang mereka untuk ikut ujung (sungkem) dengan menggunakan kata-kata bahasa Jawa.
Bukan kata-kata yang rumit sih, cuma begini : sugeng riyadi, sedaya lepat kula nyuwun pangapunten. Haha, ini sudah kayak kalimat default tiap ujung deh.
Bagi orang/anak lain, mungkin itu kalimat simpel. Namun, buat Ale-Elo yang bahasa Jawanya minimal, butuh upaya keras untuk menghafalnya. Sampai-sampai, sebelum berangkat kunjung-kunjung, ada sesi latihan sungkem berbahasa Jawa dulu.
Hal yang menyenangkan buat mereka adalah, apalagi kalau bukan THR hehehe. Kesana-kemari masih dapat uang THR lho. Mereka mendadak jadi AKB alias anak kayak baru. Hahaha, kekayaan yang pasti nggak ada seujung kuku THR Rafathar dan Cipung. Tapi mereka sudah merasa kaya karena jumlahnya berlipat dibandingkan uang saku mingguan hehehe.
Semoga semua keluarga dan saudara yang memberi THR pada Ale-Elo dibalas berkat berlipat-lipat. Sebenarnya aku pribadi tidak terlalu pro sih sama budaya THR ini, takut memberati gitu. Tapi ya namanya sudah tradisi…(hehe, kok kayak pasrah banget gini sih).
Gitu sih cerita ngalor-ngidul mudik 2024 ini. Mudah-mudahan diberi umur panjang dan kesehatan untuk cerita mudik tahun-tahun selanjutnya.
Wah, ternyata seseru itu mbak Lisdha mudik lebaran hehehe. Apalagi sejak pindah ke Kediri, suasana berbeda namun tetap nyaman ya. Arus lalu-lintas lagi padat2nya. Ada sungkeman pakai bahasa Jawa, keren banget. Makasih ya atas toleransinya, walaupun mbak bukan muslim namun tetap bahagia dan bersilaturahmi dengan keluarga sedekat itu. Maafin lahir batin ya mbak.
BalasHapusAlhamdulillaaah banget bisa mudik saat lebaran ini yaaa mba. Aku dan keluarga sendiri memutuskan untuk tidak mudik tahun ini, namun orang tua dan keluarga besar yang justru main ke Jakarta
BalasHapusWah seru mudiknya, sampai bawa ikan segala hihihi. Seneng ya lihat kemeriahan mudik tahun ini. Apalagi pernah mengalami masa pandemi yang sepi banget. Sekarang kembali meriah mudiknya
BalasHapusHai hai mbaaak, glad to see you are happy when Ramadhan arrived hihi... Sharing thr is the same as sharing moments of happiness
BalasHapushihi emang repot ya kalau punya binatang piaraan tuh, saat semua anggota keluarga mesti bepergian. Ayah Elo sampai bawa ikan piaraannya. Untung akuariumnya kecil.
BalasHapusKami sebelum mudik, nyembelih 4 ekor ayam kampung mbak (keturunan bangkok sih), 3 jago dan 1 babon. Soalnya kalau ditinggal pulang, nggak ada yang ngasih makan. Mau nitip tetangga, repot juga karena kandangnya ada di atas
seru banget momen mudik lebaran. molly belum bisa mudik nih mbak tahun ini. padahal udah kangen berat pingin ke jakarta. semoga akhir tahun nanti bisa ke sana.
BalasHapusAlhamdulillah sekarang mudiknya bisa lebih dekat ya mbak Lis. Tapi memang setiap momen liburan, terutama saat libur hari raya tuh harga tiket pesawat bikin mau nangis.
BalasHapusLebarannya makin berkesan karena bisa mudik gak pakai ribet setelah pindah ke Jawa lagi ya. Semoga tahun depan atau kapanpun yang jadi rantau, bisa dipermudah saat pulang
BalasHapusYa ampun, keren bawa ikan segala
BalasHapusIkannya ikut mudik ya
Kalau saudara saya disini mudiknya dia bawa tiga kucing. Orang lain bawa anak dan THR dia mah bawa empuss sama keluarganya hehehe
Ikut seneng deh tren war takjil dan mudik ini dimeriahkan oleh temen2 agama lain juga. Jadi makin hidup dan damai rasanya. Semoga nggak kapok dengan ribetnya mudik ya Maaak. Itung2 buat silaturahmi menjaga tali persaudaraan juga
BalasHapusMudik tahun ini memang bawa banyak cerita
BalasHapusPunya anak tiga berasa jadi gimana gitu kalau ada yang ngasih THR
Namun, balik lagi bahwa rezeki anak memang sudah ada dan gak bisa ditukar apalagi ditahan
Wah beneran itu ya, Mbaak, mudiknya bawa ikan dalam aquarium? Hihihi
BalasHapusTapi memang kasian kalau ditinggal lama, ya, Takutnya gak bisa dapat makan.
Wah sekarang mudiknya sudah 1 pulau ya, mbak nggak antar pulau lagi? Seru banget ya di kampungnya semua merayakan lebaran baik yang islam maupun kristen
BalasHapusPerjalanan mudik yang menyenangkan! Nggak expect lho aku bakalan bawa aquarium sama ikan-ikannya, riweuh tapi seru. Kalau kucing or anjing ada kan yaa tempat penitipannya, lha ini ikan bingung juga. Hahaha.
BalasHapusTapi emang tiket pesawat domestik nih mahal-mahal banget. Aku sempat lihat yang mudik dari Jkt - Aceh dia sampai transit dulu di KL demi dapet tiket lebih murah. Huhu. Semoga kita semua selalu dicukupkan rezekinya buat mudik tiap tahun, hmm nggak harus nunggu mudik juga sih, bisa kapan aja asal uangnya ada. Yaa kan?
Anw, maaf lahir batin yaa Mbak Lisdha dan keluarga.
Hehehe. Memang epic sekali karena sampai bawa ikan hidup segala. Tapi itulah asyiknya mudik dengan jalur darat. Semuanya lebih nyaman dan enak saja meskipun lebih lama. Yang penting happy di perjalanan
BalasHapus