Nonton Konser dan Parenting Remaja

 

Sabtu, 25 Mei 2024

Aku dan suami sudah memutuskan untuk “berbagi anak.” Si sulung Ale ikut bundanya (aku), sedangkan si bungsu Elo ikut ayahnya. Sebuah keputusan yang sudah kami pertimbangkan masak-masak.

Upssss….

Ngeri amat bahasanya… Ini bukan kejadian “berbagi anak” yang menyedihkan karena perceraian yaaa….Husss husss husss, jauh-jauh lah itu dari keluarga kita. Keputusan untuk berbagi bocah itu terjadi gara-gara urusan konser!

Konser yang ditunggu-tunggu Ale : pertunjukan musik Paskita di  Atlantis Park, Surabaya. Si remaja yang tahun ini berusia 14 sudah berbeda “selera main” dengan si adik yang akan berumur 10. Masih ada sih beberapa hal yang bisa mereka nikmati bersama-sama, misalnya mabar game online. Namun, soal musik mereka sudah “pecah kongsi.”

Si Mas sudah mulai lebih intens dalam menyukai lagu-lagu. Jiwa remajanya mulai menghubungkan kisah hidup atau perasaannya dengan lagu-lagu populer. Kalaupun tidak terhubung, ya sekadar suka saja.

Saat melihat info di instagram tentang konser Paskita yang akan menampilkan bintang tamu Tulus, si bocah langsung bersemangat untuk menontonnya.

Duuh, nggak mungkin kan dia menonton sendirian. Aku juga suka lagu-lagu Tulus dan juga musik populer lainnya.Tapi aku bukan anak konser. Kalau dalam bahasa sekarang, aku saat sangat muda bukanlah anak skena. Saat itu aku jarang menonton konser musik. Bukan karena aku tidak tertarik. Tapi lebih karena beli tiket nonton adalah urusan pelik. Ya kali pilih nonton konser terus nggak ada duit buat makan :D 

Jadi, referensiku tentang konser musik sangatlah minimal.

Setelah melewati sekian diskusi, akhirnya kami mengizinkan Ale untuk menonton. Berhubung Ale belum ada kawan yang kira-kira bisa nonton bareng, jadi dia harus ditemani. Ada teman pun tetap agak riskan sih. Konsernya di Surabaya, sementara kami tinggal di Kediri. Butuh sekitar tiga jam perjalanan. Selain itu, dengan format banyak penampil, bintang tamu biasanya akan tampil akhir (malam hari). 

Benar saja. Dua hari sebelum hari H, panitia baru mengeluarkan rundown acara. Tulus dijadwalkan tampil pukul 21.00, setelah Fourtwnty dan Danilla Riyadi. Konser musiknya sendiri sudah mulai dari siang, tetapi diisi oleh band-band lokal. Fix, kami harus menginap di Surabaya. 

***

Kami tiba di Atlantis Park sore sekitar pukul 16.00. Dua tiket konser sudah kami beli secara online. Berhubung baru pertama kali ke Atlantis Park, juga belum tahu persis bagaimana konsep acaranya, kami sempat beli dua tiket di calo. Kami pikir, untuk masuk lokasi juga mesti beli tiket.

Ternyata, tidak perlu beli tiket kalau hanya mengantar ke taman tanpa masuk area konser. Jaaaaah, padahal satu tiket dijual Rp 150.000, dikali dua Rp 300.000. (Aneh sih memang, tiket on the spot _di calo pula) malah lebih murah ketimbang tiket pre-sale. Bersyukur, mas calo-nya baik hati. Dia bersedia mengembalikan uang full setelah aku jelaskan ketidakpahamanku tentang hal itu. Makasih ya Mas… Semoga banyak rezeki halal.

Setelah Mas J dan Elo keluar area, aku ajak Ale cari makan dulu. Ale menolak makan karena siangnya sudah makan semangkuk pentol dengan bakso raksasa. Jadi masih kenyang.  Sementara aku, siang itu cuma berbagi semangkok pentol (tanpa mie juga tanpa bakso raksasa) dengan Mas J. Wajar dong kalau masih lapar. 

Kan lucu kalau nanti pingsan pas nonton konser gara-gara kelaparan. Selesai makan, kami segera masuk lokasi. Di instagram, panitia menjelaskan kalau ada booth-booth makanan. Tapi aku yang baru pertama kali ke sana mengira bahwa orang-orang jualan di luar itu yang dimaksudkan panitia. Ternyata eh ternyata booth-nya berjejer di dalam.


Bintang tamu pertama (Danilla) memang baru akan tampil setelah maghrib. Tapi mending mengamankan tempat dulu ya kan. Di dalam, area penonton masih terlihat cukup lengang. Namun, seiring hari menggelap, penonton makin banyak. Semua menunggu penampilan bintang tamu sembari menonton band-band lokal. 

Sesekali aku menengok kanan-kiri, depan-belakang. Ada yang datang berpasangan, ada juga yang nonton bersama banyak teman. Wajah-wajah gen Z. Di mata mereka, mungkin diriku tampak seperti tante-tante bersama berondong imut hahaha. Atau mungkin itu pikiranku saja. Cuek bae laaah…


Barisan penonton sudah benar-benar padat saat Danilla tampil. Aku tahu Danilla, hanya saja tidak akrab dengan lagu-lagunya. Tapi, penonton di sekitarku banyak yang hafal kok dengan lagu-lagu cici cantik ini. Ya mungkin mereka memang anak-anak skena yaa…


Setelah Danilla, ada jeda sebentar, lalu giliran Fourtwnty yang tampil di panggung. Meski tidak hafal, aku familiar dengan beberapa lagu-lagu Fourtwnty. Aku juga beberapa kali menonton rekaman konser Fourtwnty di Youtube gara-gara tertarik dengan gaya panggung vokalisnya, Ari Lesmana. Seperti yang aku lihat di Youtube, memang se-energik dan se-teatrikal itu sih Uda Ari. Penonton cukup pecah oleh aksi panggungnya.

Haduh, lelah juga lho berdiri sedari sore. Ya sih, sekarang banyak anak muda jompo. Sementara aku kan memang sudah usia jelita. Diriku sudah lebih dekat ke usia jompo itu hehehe. Mana suara sound konser kan keras hingga terasa memukul-mukul jantung. Kaki yang lama berdiri pun sudah mengirim sinyal rasa pegal. Apalagi dari Danilla sudah ngaret, penampilan selanjutan pun ikutan molor. Tulus baru mulai tampil sekitar pukul 21.30. 


Yah, kalau Tulus sih, aku yakin banyak juga emak-emak seumuran aku yang menyukai lagu-lagunya. Aku bahkan cukup sering memutar lagu-lagu atau rekaman konser Tulus di Youtube. Meski tak semua, tapi lumayan banyak lagu-lagu Tulus yang aku tahu, bahkan hafal sebagian liriknya.

Sebenarnya aku punya pikiran iseng untuk membawa gulungan kertas dengan tulisan “Tulus, aku nonton sama anakku!!” Lalu gulungan kertas itu akan aku buka dan angkat tinggi-tinggi saat Tulus tampil di panggung. Aku yakin bakalan diperhatikan sama Tulus. Tapi ketika kuutarakan ide itu pada Ale, dia langsung menolak mentah-mentah hahahaha.

Padahal pasti dia senang kalau di-notice penyanyi favoritnya. Iya sih, pasti disoraki penonton lain hihihi. Tapi kalau dia mau, aku bakalan pakai jurus cuek binti ndableg ala emak-emak lho…hahaha.


*** 

Apakah ini sebuah upaya yang berlebihan untuk anak? Jika ditanya ke sekian orang, mungkin juga akan didapat sekian ragam jawaban. Namun, aku dan Mas J punya alasan untuk memenuhii keinginan Ale menonton konser.

Anak ini mengalami beberapa kali masa yang cukup sulit akibat perpindahan demi perpindahan kota. Menuruti keinginannya bukan kami maksudkan untuk membayar rasa bersalah (toh, tidak semua keinginannya kami turuti). Namun, bonding anak remaja dan orangtua. Ini yang paling kami harapkan.   

Tanpa kejadian-kejadian khusus pun, ~dalam kasus kami pindah-pindah kota~, hubungan orangtua dan anak remaja sering tidak mudah. Seorang teman bilang, remaja adalah usia yang ngeri-ngeri sedap. Tak lagi kecil, tapi belum dewasa. Masa labil karena mulai mencari jati diri.

Pada sebagian anak, sadar atau tidak sadar, mereka seolah menempatkan orangtua sebagai otoritas yang harus dilawan. Aku pribadi masih bisa mengingat pikiran-pikiran semacam itu saat masa remajaku. Di usia itu, aku pertama kali terpikir untuk childfree karena melihat kalau punya anak itu tanggung jawab yang berat.

Tapi nyatanya, sekarang aku punya dua anak, yang salah satunya sedang di usia “ngeri-ngeri sedap”. Melihat perilakunya, juga berbincang dengannya, sering membuatku  flash back ke usia yang sudah lama lewat itu.

Tahun 2021, aku pernah menulis di sini dengan judul “Seorang Bunda Mendengarkan Hindia.” Itu tentang suatu yang terasa aneh karena aku “belajar parenting” dari lirik-lirik lagu populer yang disukai anak-anak muda. Bukankah kita sering menyukai (lirik) lagu karena merasa terhubung? Lagu-lagu yang populer bisa menjadi tren gambaran perasaan khalayak (walau memang, itu tidak mutlak).

Adalah upaya yang tak mudah ketika berusaha menempatkan diri sebagai orangtua sekaligus sebagai teman. Dua posisi dengan “tugas dan peran” yang berbeda. Orangtua punya otoritas dan tanggung jawab sehingga sering membuatnya tampak serba memerintah/melarang. Sedangkan teman punya pengertian sehingga cenderung bisa lebih mengerti dan menerima. 

Mengkombinasikan keduanya adalah sebuah seni rumit yang aku yakin bisa berbeda corak dan warnanya di setiap keluarga. (*)


25 komentar untuk "Nonton Konser dan Parenting Remaja"

  1. Beruntung calonya baik ya mbak, kalau nggak lumayan juga heh
    Btw, seneng deh aku kalau lihat parenting yang mengkombinasikan antara posisi sebagai orang tua dan sebagai teman. Bisa jadi teman tapi tetap tegas sebagai orang tua.

    Sehat-sehat ya mbak dan anak-anak

    BalasHapus
  2. Keren lho Mak ini. Anak remaja seusianya banyak yang malu kalo kemana mana sama emaknya. Apalagi ini ke konser. Biasanya pengen rombongan bareng temen-temen. Sehat sehat ya Nak Ale.

    BalasHapus
  3. mba, kamu itu keren banget, cool moms ceunah, quality time bareng anak dengan nonton konser, bonding dengan anak2 terutama yang menginjak remaja penting ya

    BalasHapus
  4. Duh jadi kepikiran juga ntar bakalan ada jatah bagi anak gini haha. Memang ya usia remaja bikin deg2an tapi kalo bisa akrab begini inshaAllah ortu jadi panutan anak

    BalasHapus
  5. Tahu aja ya yang ditunggu² itu Tulus, jadinya doi ada di jam konser yang terakhir, tetapi jadi hal seru dan berkesan pastinya buat kak Lisdha dan kesayangan

    BalasHapus
  6. Ternyata masalah nemenin nonton konser juga perlu melewati rangkaian diskusi panjang ya hehee. Yaiyalah selera remaja udah berbezzaa ama adeknya wkwkwk. Lagi pencarian jati diri juga eaaa. Yang penting kita ikut mendampingi.

    BalasHapus
  7. mba keren banget mau nemenin anak konser, pasti anak mba senang banget. Sepertinya beberapa tahun lagi, saya akan mengikuti jejak mba nih hihi

    BalasHapus
  8. Ada juga ya, calo yang baik hati. Untung uangnya dikembalikan, lumayan nilainya. Aku suka dengan gaya parentingnya Mbak. Lebih ke arah membimbing tanpa menghakimi. Anak juga pasti betah bersama orangtuanya.

    BalasHapus
  9. Ka Liiss.. beruntung banget bisa concert date bareng anaaakk..
    Aku serumah selera musiknya bener-bener gak ada yang sama.
    Suami, seneng lagu jadul Indonesia.
    Anak pertamaku swifties, anak kedua bliebers.
    Aku, Kpop.
    Hiish.. gak ada yang menyatukan kita meski nyetel lagu di mobil dalam perjalanan selain bikin playlist yang uda kami atur biar semua senang.

    Hamdalah, ka Liiss..
    Semoga pengasuhan ini menjadi "warisan" terbaik ananda untuk masa depan ananda.

    BalasHapus
  10. Seru banget ini bisa nonton konser bersama, ini juga merupakan keinginanku kalau nanti anakku sudah besar bisa menemani nonton konser. Hahahahaa...

    BalasHapus
  11. Wah nonton komser ma nak bujang. Masih mau ya bujangnya . nonton sama mamanya. Biasanya anak laki-laki banyak yang tidak mau. Keren berarti nih anak dan mamanya. Kompak

    BalasHapus
  12. Keren Mak. Bisa masuk ke dunianya sang putra. Saya beneran kudet. Haha, baik itu Tulus, Danielle sama siapa itu fourtwenty eh apa sih? Pasti salah kan nulisnya? Hihi... Maaf
    Yang pasti sebagai bunda hebat banget bisa menjadi teman dan sahabat sang putra

    BalasHapus
  13. Sepakat mak, membngun bonding terus sama anak itu, penting banget. Karena aku pribadi dari kecil sampai remaja, anak-anak sama aku terus. Sampai ketika yang satu kuliah, dan yang satu memilih ke Pondok. Berat hati, sedih, seolah ingin pada masa-masa itu. Jadi, selamat benar2 menikmati momen2 sama anak-anak ya, selahi mereka masih bersama ayah bundanya

    BalasHapus
  14. Salut banget sama Mbak yang mau nemanin nonton konser dan tambah salut lagi buat Ale yang mau ditemani mamanya. Biasanya anak segede gini tuh gengsian nggak mau jalan bareng mamanya lagi karena merasa sudah besar hehe.

    BalasHapus
  15. Yeaaay Ale akhirnya diizinkan nonton konser senang pastinya ya walaupun harus ada yang menemani wajar kok namanya juga anak-anak. Aku ketinggalan banget ini gak kenal Danilla mbak

    BalasHapus
  16. Menarik banget bisa konser date sama anak remaja ๐Ÿคฉ Aku tuh salut sama orangtua yang punya pola asuh bisa menempatkan diri menjadi sahabat atau teman anak pada momen tertentu. Pastinya anak sangat menghargai momen nonton konser bareng ini.
    Semoga saja banyak nilai-nilai kebaikan yang dia peroleh yaa, akur terus sama anak-anak๐Ÿ˜‡ Semangat membersamai

    BalasHapus
  17. Wah, seru banget bisa nonton konser bareng anak
    Dibelain dari Kediri ke Surabaya ya mbak
    Worth it lah ya, ada Tulus

    BalasHapus
  18. Baru tadi pagi-siang nih saya dan suami 'berbagi anak' juga. Hahaha. Pasalnya, si sulung ada perpisahan sekolah, dan di hari serta jam yang sama pula, adiknya terima rapor..komplit sama semacam rapat dengan wali murid. Akhirnya diputuskanlah, saya menemani si sulung, Ayah menemani si adek. Gimana ya kan gak bisa maksakan keduanya hadir, Alhamdulillah mereka pun pada setuju.

    BalasHapus
  19. Ini konser TULUS yang bareng sama ada bapak bapak minta ucapin ultah buat istrinya gak sih? Hahaha
    Auto ingat pas lihat panggung TULUS
    Seru ya mak nonton sama anak remaja
    Kalau saya anakku minta ke bioskop nih

    BalasHapus
  20. daripada kepikiran mending ditemani ya mbak anaknya nonton. aku juga semoga nanti kalau anakku remaja aku tetap bisa membersamainya. jadi ingat aku pas masih muda dulu juga nggak pernah nonton konser selain karena nggak ada uangnya nggak ada yang ngajak juga. he

    BalasHapus
  21. Saya juga suka berbagi anak sama pak suami. Dan biasanya saya selalu sama si sulung. Krn kalau pak suami sama si sulung suka bentrok mulu, krn mereka mempunyai sifat yg plek ketiplek.. Hahaha...

    Apalagi nonton konser kayak mba lisdha, auto ditolak mentah2 ama pak suami.. Hahaha.. Secara pak suami itu ga suka nonton konser apapun.. Xixixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau begitu kalau nanti ada permintaan nonton konser, nontonnya sama mak ade dong, ya. Hehehe.

      Hapus
  22. Setuju mbak, menuruti keinginan anak untuk nonton konser ya bukan karena rasa bersalah sih, tapi emang untuk bonding orangtua anak. Aku kalau jadi anak, malah seneng (walaupun mungkin agak keki dikit sih) ditemenin nonton kayak gini. Serasa "wah, hobiku diterima banget!" dan itu perasaan yang gak ada duanya ke orangtua.

    Anak aku juga udah 12 tahun nih, sama juga sedang memasuki usia remaja yang ngeri-ngeri sedep. Sampai sekarang masih berusaha supaya bisa tetap ngobrol yang asik dan nyambung. Semoga kita dimudahkan terus ya mbak mengasuh remaja2 dan membimbing mereka supaya jadi pribadi yang dewasa dan bijak kelak. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin Makasih Mbak Is, semoga kita dimampukan untuk menjadi orang tua yang baik dan benar buat mereka yaa...Berusaha mendekatkan diri dengan mereka itu memang menantang banget deh karena dunianya Udah berbeda kan

      Hapus
  23. Happy ya bisa nonton konser bareng anak nih, saya juga suka nonton sama remaja saya

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)