Pengalaman Sakit Asam Urat

telapak tangan


Asam Urat.

Istilah penyakit yang pasti tak asing bagi kebanyakan orang. Kalaupun tidak mengalami sendiri, setidaknya pernah melihat/mendengar tentang penyakit tersebut. Penyakit yang seolah menjadi penanda umur karena biasanya terjadi di usia paruh baya.

Aku malas mengecek data, tapi aku yakin angka kejadian sakit asam urat di Indonesia tergolong tinggi. Daaaaaan…. tak kusangka, aku ikut mengalaminya!!! Meski bisa terjadi juga pada orang-orang berusia relatif muda, asam urat sepertinya identik sebagai penyakit lanjut usia. Eh yaaa….aku kan sudah 40 up. Memang yaaa…bukan menolak tua, tapi suka nggak sadar usia hahaha. 

Dudududu, auto merasa jompo aku tuh. 

Tapi mending sih jompo di usia 40 plus. Lha, sekarang aku sering ketemu istilah “remaja jompo” hihihi. 

Cerita sakit asam urat ini berawal dari minggu terakhir di bulan Agustus. Hari-hari itu,aku sudah merasa ada yang aneh dengan kondisi tanganku. Ada rasa kebas yang hilang timbul di area ujung jari-jari tangan. Aku pernah membaca kalau kebas-kebas di jemari bisa jadi merupakan indikasi kekurangan vitamin B. Salah satu “obat” (vitamin) yang bebas dan sering digunakan untuk keluhan itu adalah Neurob***. 

Cuma agak kebas, begitu pikirku. Rasanya nggak perlu ke dokter deh. Sabtu malam, aku membeli Neurob*** di apotik dan aku minum sebutir pada Minggu pagi. Rasa kebas tidak hilang, tapi kan hanya kebas ringan. Tak masalah, tanganku masih bisa untuk beraktifitas.  Namun, pada Minggu malam, selain kebas di ujung jari-jari, aku juga merasa sakit yang cukup serius di telunjuk kiri. Pada bagian itu, terasa sakit menyeluruh, dari pangkal hingga ujung jari. 

Rasa sakitnya seperti keseleo, tapi juga seperti sakit kalau bengkak.

Tapi kenapa keseleo di telunjuk ya? Apa mungkin aku melakukan sebuah gerakan yang bikin keseleo tanpa sadar? Saat itu, aku sama sekali tak ada pikiran ke arah asam urat atau yang lainnya. Karena berpikir kalau keseleo atau sejenisnya, malam itu aku hanya mengoles balsem di seluruh area jari.

Paginya, telunjukku bukannya membaik, malah makin sakit. Juga ada warna kemerahan dan sedikit bengkak pada daerah telapak tangan tepat di bawah pangkal telunjuk. Aiiiih, kenapa iniii? Digerakkan sedikit saja sakit sekali. Alhasil, aku tidak leluasa untuk melakukan tindakan sederhana, semacam mengetik di HP atau mencuci piring. Jangankan digerakkan, saat telunjuk tersentuh/disentuh saja terasa sakit sekali.

Praktis, kegiatan di Senin pagi sangat terganggu. Saat anak-anak sudah pergi ke sekolah bersama dengan suami yang berangkat bekerja, aku mengirim pesan WA ke kakakku sehubungan kondisi jariku. Kakakku yang seorang tenaga kesehatan langsung menjawab, “kemungkinannya dua, ada infeksi atau asam urat, pergi ke dokter saja.”

Tak perlu disuruh dua kali, pagi itu aku langsung memutuskan untuk ke dokter. Ngapain juga ditunda-tunda karena jelas sudah sakit sekali. 

Oh ya, seiring pindah pulau beberapa bulan lalu, aku mengganti alamat Faskes 1 di aplikasi JKN Mobile (BPJS) dari Makassar ke Kediri.  Waktu itu, aku pilih faskes yang kira-kira lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah, plus jumlah pasien BPJS-nya relatif lebih sedikit dibandingkan faskes lain (ini berkaitan dengan kemungkinan antrian). Nah, Senin itu adalah pertama kalinya aku mau periksa ke dokter di Kediri. 

Pagi itu, aku buka aplikasi JKN Mobile untuk mengecek alamat Faskes yang aku pilih. Soalnya, aku lupa dokter/klinik mana yang aku pilih. Sialnya, alih-alih langsung terbuka, aplikasi minta verifikasi ulang. Lalu, saat aku verifikasi, malah jadi nggak bisa dibuka. Lha...gimana sih ini?

Ya sudah akhirnya aku browsing “klinik kesehatan terdekat” di google dan mendapatkan sebuah alamat. Tanpa mandi dulu, hanya gosok gigi - cuci muka dan rapi-rapi ala kadarnya, aku langsung meluncur ke klinik. Jaraknya kurang dari dua kilometer. Jarak yang pendek tapi terasa sulit. Masalahnya, tangan kiriku tidak leluasa mengoperasikan setang kendaraan. Sekadar menyala-padamkan lampu kanan-kiri pun aku kesulitan. Padahal, biasanya apa sih susahnya menekan tombol lampu itu? 

Jadi, aku pelan-pelan saja melaju ke klinik. Masih bersyukur karena yang terkena sakit telunjuk kiri. Kalau telunjuk kanan yang kena, mungkin aku tak akan bisa mengendalikan gas di setang gas di kanan.   

Singkat cerita, seperti perkiraan kakakku, aku didiagnosa terkena asam urat. Anehnya, dokter langsung memberi obat tanpa cek kadar asam urat. Ya kan, aku kan ingin tahu, berapa kadar si asam urat, kok sampai bisa sesakit itu. Jadi, malah aku yang minta cek asam urat.

Daaaan hasilnya……… dari batas atas 6, hasil cekku di angka 13. Ya amprrrrrrun, dua kali lipat lebih lhooooh. Pantas saja bikin aku sakiiiiit sampai guling-guling dan meraung-raung. 

Aku diresepkan sejumlah obat, juga pesan supaya menjaga makanan. Puji Tuhan, setelah dua hari minum obat, rasa sakitnya berkurang drastis dan tanganku bisa kembali digunakan beraktifitas seperti biasa.

Jujur, aku kaget tidak kaget dengan kondisi ini. Kaget karena aku merasa tidak pernah berlebihan dalam mengkonsumsi makanan tertentu, termasuk makanan yang bisa memicu asam urat. Namun aku juga tidak kaget karena saat cek darah terakhir asam uratku sudah di atas ambang batas. Yang aku sebut "cek darah terakhir" itu sudah lama sih, mungkin sudah ada setahun lalu.  Kalau tidak salah ingat, hasil cek asam uratku waktu itu di angka 7 atau 8. Memang sudah di atas batas, tapi belum terlalu tinggi.

Lha kok kemarin di angkat 13! 

Sungguh progress yang war-biyasah hahaha. Salahku juga tak lagi rutin melakukan cek kadar ini-itu. Dulu sih, setiap beberapa bulan sekali aku cek darah ringan. Maksudnya “ringan” adalah cek semacam kadar gula, kolesterol, dan asam urat. Pengecekan jenis ini kan bisa dilakukan di klinik, bahkan dilakukan sendiri. Kebetulan aku punya alat cek gula-kolesterol-asam urat. Kejadian sakit ini mungkin jadi peringatan supaya rutin cek lagi.


Di atas hasil pengukuran asam urat yang kulakukan sendiri di rumah. Bersyukur sudah masuk kategori normal. Tentunya harus dijaga karena namanya angka itu kayak orang push-up, bisa up and down hehehe.

Sekilas tentang Asam Urat

Hari itu, aku jadi banyak membaca tentang penyakit asam urat. Menurut sumber yang aku baca, asam urat dihasilkan secara alami dari proses metabolisme tubuh. Jangan salah, asam urat punya beberapa fungsi penting bagi tubuh, di antaranya : 

  •  Antioksidan yang membantu mengurai radikal bebas.
  • Membantu regenerasi sel.
  • Membantu penyembuhan jaringan yang sakit/luka.
  • Membantu sistem kekebalan tubuh.
  • Membantu menjaga tekanan darah.

Meski memiliki fungsi yang baik, jumlah asam urat dalam tubuh tidak boleh berlebihan. Memang ya, sesuatu yang baik pun, jika terlalu banyak/sering bisa berakibat buruk. Kelebihan asam urat (hiperurisemia) bisa mengakibatkan peradangan dan rasa sakit pada persendian. Kondisi itulah yang lazim disebut penyakit asam urat atau gout arthritis. Dalam tingkat yang lebih parah, hiperurisemia bisa berhubungan dengan risiko penyakit ginjal.

Secara umum, kadar asam urat normal pada tubuh adalah 3,1 - 7,0 miligram/desiliter pada pria dewasa, dan 2,4 - 6,0 mg/dl pada perempuan dewasa. (Beberapa artikel mencantumkan angka yang berbeda-beda sih, tapi tidak jauh dari angka-angka tersebut).

Penyembuhan Penyakit Asam Urat : 

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk penanganan sakit asam urat, yakni :

  • Konsumsi obat dari dokter. 
  • Mengurangi/menghindari makanan tinggi purin. Jenis makanan yang mengandung purin antara lain daging merah, beberapa jenis makanan laut (ikan sarden, kerang, remis), beberapa jenis sayur (bayam, kangkung, dan asparagus).
  • Mengkonsumsi makanan tinggi vitamin C
  • Olahraga teratur
  • Menghindari stres

Kalau aku ingat-ingat, sepertinya aku tidak punya kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi purin secara berlebihan. Namun, dulu mendiang bapakku mengidap asam urat. Sementara, kondisi rentan asam urat bisa diturunkan. Jadi, menurut analisa sotoyku (cmiiw), aku mewarisi genetik penyakit asam urat. Sehingga asupan makanan/faktor risiko yang belum berakibat asam urat pada orang lain sudah bisa membuatku mengalami sakit ini.

Yah apapun itu, aku kembali bersyukur untuk hari-hari sehat, sebelum akhirnya aku mengalami sakit asam urat. Aku juga bersyukur karena sakit asam urat hari itu bisa cepat disembuhkan. Tentu saja, hari-hari ini aku harus lebih menjaga kesehatan. Karena kesehatan itu sangat berharga. Semangat sehat teman-teman yang sudah membaca. 


13 komentar untuk "Pengalaman Sakit Asam Urat"

  1. Semoga kembali sehat ya, Mbak. Ternyata bisa di tangan juga. Saya kirain asam urat hanya menyerang kaki. Terima kasih untuk infonya.

    BalasHapus
  2. Aku juga agak curiga asam urat ku tinggi nih mba. Cuma aku blom bs pastikan apakah mmg asam urat atau nyeri sendi atau rematik gejala nga kok kayak mirip yaa. Cek kab terakhir sih aku dah cukup lama dan hasilnya bagus semua. Masih normal tp nyeri2 kok makin sering dateng.. Mungkin faktor U jg sih

    BalasHapus
  3. dulu tuh saya pernah self diagnosis, hihi. Dikira asam urat terus minum obat asam urat. selang beberapa bulan kemudian saya cek darah ternyata asam urat masih wajar. Penting banget konsul ke dokter ya mak, ketika tahu kita terkena asam urat

    BalasHapus
  4. klo mimi sering kumat nih asam uratnya. biasanya krn kedinginan di ruangan berAC. Kalo udah bengkak, terpaksa minum obat.

    BalasHapus
  5. Jadi lebih aware lagi nih memperhatikan kesehatan, olahrag audah tinggal jaga pola makan yang baik aja

    BalasHapus
  6. Asam urat, pas kapan saya cek hasilnya udah 7, dan itu dah berlalu bertahun-tahun. Mungkin kalau dicek bisa nambah, apalagi akhir-akhir ini tangan kayak kebas gitu.

    BalasHapus
  7. Semangat sehat kak Lisdha.
    Pengalaman kak Lisdha jadi masukan nih buat para prmbaca buat jaga diri khususnya soal makanan biar mengurangi makanan tinggi purin atau jangan sampai berlebihan.

    BalasHapus
  8. Sehat-sehat ya Mbak Lisdha..memang ya usia 40 plus tuh mulai ada aja ya, asli remaja jompo (menolak tua hahahah)
    Kalau aku MCU terakhir dinyatakan pre DM ...memang udah ngerasa ada arah ke sana hiks, apalagi kedua ortuku penderita DM
    Semangat sehat kita

    BalasHapus
  9. Wah semoga sehat2 selalu mbak. Btw kok bisa kepikiran punya alat pengecekan gtu apa belinya pas merasakan tanda2 ada asam urat itu mbak?
    Dulu tetanggaku ada yang kena asam urat, memang sebaiknya ke dokter trus melakukan pengecekan. Jadi beliau konsumsi obat juga sama mengurangi makan penyebab asam urat.

    BalasHapus
  10. Sama mba aku ada gejala.asam urat dan selama.ini juga jarang makanan tinggi purin. Tapi bisa kena juga..aku selama ini blum periksa.ke dokter, cuma kubawa olahraga aja sama senam tangan alhamdulillah agak baikan

    BalasHapus
  11. Tetanggaku kena asam urat masih muda, dia rajin olahraga dan konsumsi ramuan yang dia buat sendiri eh ampuh jarang kumat lagi..

    BalasHapus
  12. Terimakasih uda berbagi, ka..
    Soalnya sering ada indikasi sakit apa, tapi aku abaikan. Kala terus diabaikan, bisa lebih gawat yaa.. ke next level gitukah?
    Aku pecinta makanan yang tinggi purin. Kaya kerang, kangkung bahkan durian juga kan yaa.. Huhuhu.. kudu banget mulai banyakin minum air putih dan olahraga, gitu yaa..

    BalasHapus
  13. Aku kemarin cek asam urat ternyata juga di atas normal, mbak. Kemarin langsung beli obatnya sih. Nah kalau aku masalahnya sekarang lutut yang sakit melulu tapi aku masih belum berani cek ke dokter. He

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)