Edukasi Makanan Sehat dengan Games


Saat anak-anak masih balita, saya rajin mencatat milestone mereka. Secara garis besar milestone bisa diartikan sebagai tonggak pencapaian atau peristiwa penting yang menandai kemajuan atau perkembangan. 

Saat itu, catatan milestone mereka adalah seputar waktu pertama kali tengkurap sendiri, pertama kali tumbuh gigi, pertama kali merangkak, pertama kali berdiri, pertama kali berjalan, pertama kali MPASI, dan serba pertama kali lainnya.

Sepertinya, rata-rata orangtua seperti itu ya? Apalagi pada anak pertama. Iya apa iya? 

Suatu hal yang baru saya sadari adalah ketika anak-anak bertumbuh semakin besar, kerajinan saya mencatat milestone justru berkurang. Mungkin karena milestone mereka tak lagi “serapat” waktu bayi hihihi. 

Namun, beberapa minggu lalu saya sangat excited mencatat milestone yang satu ini. Elo, si anak bontot meminta bekal sekolah dengan menu : nasi + lele goreng + lalap (timun-kemangi-daun pepaya jepang rebus) + sambal. 

Halah...apa sih istimewanya bekal macam itu? Sampai dianggap milestone segala.

Begini, begini : Elo termasuk anak yang syusyaaah makan sayur. Ya sih, sebenarnya MAU MAKAN sudah merupakan kemajuan dibandingkan sebelumnya yang SUSAH MAKAN. Tapi masa mau berhenti di "sekadar mau makan." Komposisi makanannya kan juga jadi perhatian. 

Nah, soal makan sayur jadi tantangan syulit. Jangankan makan lalap (segar maupun rebus), lha wong seiris kecil daun bawang di kuah soto saja bisa dia cuthik (singkirkan). Apalagi makan dengan menu tumis-tumisan sayur… no way! Menu makannya hampir selalu garingan (istilah Jawa untuk makan tanpa sayuran). Nasi plus lauk aja, gitu.

Sebagai ibuk-ibuk yang sudah mendapat informasi tentang pola makanan seimbang,  gimana saya nggak sedih dengan kondisi itu? Padahal, ayahnya, bundanya (saya), dan kakaknya makan sayur. Dia sendiri yang ogah makan sayur. Saya sampai berpikir, trauma apa yang kira-kira membuat dia nggak doyan sayur. 

Macam-macam upaya saya lakukan supaya dia mau makan sayuran. Mulai dari membuat menu sayur tersembunyi seperti nugget ayam atau bola nasi dengan campuran sayur. Hingga “mencekoki” dia dengan pentingnya makan sayuran. Namun upaya propaganda sayuran justru sering di-counter dengan jawaban yang bikin keki. Misalnya saja : 

“Bunda, sapi itu kan makan sayur. Jadi, kalau aku makan daging sapi, berarti aku juga sudah makan sayur,” begitu kata bocah itu dengan muka tengil.

Yeeeee…nggak gitu konsepnya, Bambang,... eh Elo!!

Rasanya sampai sudah mau menyerah menghadapi sikap bocah yang anti sayur garis keras ini. Anehnya, meski tidak ngefans, reffrain lagu D’Masiv seperti terngiang-ngiang di telinga.😀 


"Jangan menyerah

Jangan menyerah

Jangan menyerah 

Jangan menyerah 

Jangan menyerah

Jangan menyerah..oh oh.”


Baiqlah…saya tidak akan menyerah!

Saya bilang sama Elo, “Bunda akan selalu mendoakan kamu supaya mau makan sayur!” Haha, pakai jurus langit dong.

Bersyukurnya, meski anti sayur, Elo masih suka makan buah, entah itu buah potong maupun jus. Setidaknya masih dia masih dapat asupan serat dan vitamin dari buah. Suatu hari, saya diam-diam mencampurkan sayuran mentah ke dalam jus kesukaannya. Salah satu kombinasi bahan yang sering saya buat  jus adalah nanas dengan sawi, disingkat jus luar angkasa NASA. Sukses dengan jus NASA, tambah deh kombinasi bahan lainnya. Coba-coba aja, buah apa ditambah sayur apa.. (eh lha kok sama-sama “apa” wkwkw).

Sejak saat itu, pelan-pelan dia mau mencicipi sayuran. Terlebih ketika pindah dari Makassar ke Kediri. Di sekolah baru Elo ada program Gemayur (gerakan makan sayur) yang rutin dilaksanakan setiap hari Jumat. Semula, saya pesimis program itu bisa mendorong Elo mau makan sayur. Namun, seiring berjalannya waktu, pesimisme saya memudar berganti dengan optimisme. Diawali dari dia mau makan salad wortel, setiap Jumat saya bawakan nasi, lauk, plus salad. 

Salad-salad-salad… demikian menunya selama berminggu-minggu, paling-paling ada sedikit pergantian variasi sayur (kan belum mau macam-macam sayur). Jujur, saya sampai bosan dengan salad. Di sisi lain, saya tetap bersyukur karena setidaknya dia sudah mau makan sayuran.

Pada saat yang sama, saya mulai berkebun di halaman. Saya menanam aneka sawi (caisim, sawi pagoda, pakcoy), bayam, kale, dan beberapa sayur lainnya. Pelan-pelan dia mau mencicipi sayuran hasil petikan dari halaman walau dengan porsi sedikit-sedikit.  Hingga tiba suatu hari, dia minta menu yang saya sebutkan di awal. 

Gimana hati saya tidak berbunga-bunga? Perjuangan selama ini mulai menampakkan hasil yang lebih nyata. Di usia sepuluh tahun ~ kelas empat, dia mulai mau makan sayur. Tidak berlebihan kan kalau saya sebut milestone? 

Jadi, bagi ibuk-ibuk yang masih berjuang dengan masalah serupa, sabar dan tetap berusaha yaaa... Kita tidak tahu kapan upaya kita aka menampakkan hasil lebih nyata. Aslinya ini sambil menyemangati diri sendiri untuk persoalan lainnya sih 😃💪

***

Urusan anak mau makan sayur bukanlah final. Terlebih saya sendiri belum ideal dalam hal makanan. Belajar tentang makanan sehat harus terus dilakukan. Apalagi di masa sekarang, ketika bahan makanan berlimpah tetapi tidak selalu sehat. Makanan berminyak, berpengawet, gula tinggi, dan minim nutrisi begitu mudah kita dapatkan. Soal makanan, saya sepakat dengan kalimat yang banyak diungkapkan para pemerhati kesehatan : “di zaman ini, banyak orang mati (sakit) bukan karena kekurangan, tetapi karena kelebihan.”


Bersyukur saya bertemu www.culinaryschool.org, platform game online yang salah satu tema-nya tentang edukasi makanan. Tak hanya seputar kuliner (makanan, cara memasak, cara penyajian), website ini juga berisi permainan tentang pertanian, penanganan sampah, olahraga, olah otak (brain game), arkade, dan lain-lain. Satu platform memuat ratusan games dengan penempatan iklan yang tidak terlalu mengganggu. Oh ya, website ini dipublikasi dalam format desktop dan mobile dengan desain HTML5 yang ramah-pengguna. Untuk memainkannya, kita tidak perlu instal dulu lho…  

Saya menemukan beberapa games tentang sayuran dan memilih makanan sehat. Seru juga lho memainkan games itu bersama Elo. Beneran definisi bermain dan belajar. Berikut beberapa rekomendasi game yang berisi edukasi makanan sehat :


Veggie Friends



Ada manfaat ganda saat memainkan Veggie Friends, yakni mengenal nama-nama sayuran serta manfaatnya plus belajar bahasa Inggris. Anak bisa belajar membaca kalimat dan mendengarkan pelafalannya dalam Bahasa Inggris. Game ini cocok dimainkan bersama anak usia pra-sekolah.


Fitness Food Run



Dalam Fitness Food Run, anak untuk memilih makanan yang lebih sehat, yakni apel dan mentimun dibandingkan junk food, yakni kentang goreng. Setiap memilih apel dan mentimun, pemain akan menjadi lebih aktif dan sehat. Sebaliknya, jika memakan kentang goreng, pemain akan bertambah berat badan dan lamban. Game sederhana dengan pesan yang singkat, padat, dan jelas.


Tasty Kingdom



Mirip seperti Fitnes Food Run, game Tasty Kingdom mengusung misi edukasi memilih makanan yang lebih sehat. Cara bermainnya pun serupa, yakni pemain harus memilih makanan yang lebih sehat (pisang, apel) daripada makan yang kurang sehat (burger). Game juga akan memberikan sekilas informasi tentang makanan yang ditampilkan. Memang hanya informasi sederhana, tetapi pada anak-anak bisa sangat berguna lho.


***

Selain game tentang edukasi makanan, saya juga merekomendasikan game tentang pengolahan sampah. Kita tahu, Indonesia termasuk negara dengan budaya sampah yang mengkhawatirkan. Membuang sampah sembarangan adalah perilaku yang (dianggap) “normal”. Ada dua game tentang sampah yang saya mainkan bersama Elo, yakni : 


The Tom and Jerry Show River Recycle



Dalam game ini, Tom dan Jerry yang sering bermusuhan justru bekerja sama untuk mengumpulkan sampah yang terbuang di sungai. Kita harus membantu Tom dan Jerry mengarahkan alat penjepit pada sampah logam, plastik, dan kaca. Hati-hati, jangan sampai alat salah mencapit ikan dan kayu. Setiap sampah yang terkumpul bisa didaur-ulang  meningkatkan kekuatan alat penjepit sampah. 

Sambil bermain game ini, orangtua dapat menjelaskan dampak sembarangan membuang sampah. Selain itu, bisa juga dijelaskan tentang pentingnya memilah sampah untuk mendapatkan manfaat dari daur ulang.


Twin the Bin



Pesan memilah sampah juga disampaikan melalui game Twin the Bin. Pemain harus mengumpulkan sampah sesuai dengan jenisnya, yakni plastik, kaca, dan kertas. Pesan sederhana yang  faktanya masih minim dilakukan oleh masyarakat kita. Kalaupun sudah berusaha memilah dari rumah, eh ujung-ujungnya dijadikan satu lagi di mobil pengangkut sampah. Jadi, sepertinya game ini tidak hanya cocok dimainkan oleh anak-anak tetapi juga oleh para pengambil kebijakan tentang pengolahan sampah.


***


Lima rekomendasi di atas hanya sebagian kecil dari ratusan games yang bisa dimainkan di www.culinaryschool.org. Tidak bisa dipungkiri, games sering dituding sebagai permainan yang berdampak buruk pada anak-anak, bahkan keluarga. Namun, sejatinya games seperti halnya pisau yang kegunaan baik maupun buruk yang sangat bergantung pada pengguna. Jika dimainkan dengan batasan dan pendampingan, games bisa menjadi sarana edukasi, bahkan mendukung bonding anak dengan orangtua. 

Bermain game bersama anak di www.culinaryschool.org, seru juga lhoo..



32 komentar untuk "Edukasi Makanan Sehat dengan Games"

  1. Trima kasih .....Kembali bersemangat untuk saya sebagai mom...mendorong anak makan sayur. " Baiklah saya juga tidak akan menyerah... "Syemangatttt

    BalasHapus
  2. kereeeeeen deh bund....
    tp bnr kog sapi kan mkn sayur....
    jd sdh include... he5

    BalasHapus
  3. Wah, seru banget ya belajar tentang makanan sehat lewat games! Jadi makin semangat ngajarin anak-anak tentang pentingnya pola makan yang baik. Ide yang kreatif dan menyenangkan! 😍✨

    BalasHapus
    Balasan
    1. setidaknya tertanam dalam benak mereka meski praktiknya butuh waktu panjang kan Mak hehehe

      Hapus
  4. Keren Elo, sudah minta disediakan sayur. Saya juga masih berjuang supaya si bungsu mau makan sayur.
    Perlu saya kenalkan game di culinary school nih kayaknya, terutama yang berhubungan dengan sayuran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah..Toto juga masih picky sama sayuran yaa.. Semoga segera mau makan sayur untuk makanan berimbang yaaa. Elo jg masih perlu memperbanyak jenis sayuran yang dia mau makan hehehe

      Hapus
  5. jadi seru aja bawaannya dan gak berasa lagi diajarin ini mah ya kalau di edukasinya via games kayak ini. lebih mudah masuk dan diterima anak2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau Trio mudah semua makan sayur ya Ma?

      Hapus
  6. Mba rajin sekali mencatat milestone anak-anak, syukurlah ya akhirnya usaha berbuah manis apalagi ditambah games yg mengenalkan anak2 akan makanan sehat :) seru gamesnya wajib dicoba nih buat anak-anak

    BalasHapus
  7. Keren mbak, sebagai ibu memang harus kreatif. Mencampurkan sayur di jus untuk anak tanpa sepengetahuannya mungkin tak pernah terpikir ya.. Tapi demi pertumbuhan dan juga kesehatan anak, apapun ibu lakukan. Apalagi edukasi makanan sehat dengan games atau permainan, anak makin suka

    BalasHapus
  8. Memang ada prosesnya masing-masing. Anak-anak saya pun meskipun bukan termasuk picky eater, tapi gak semua makanan akan langsung suka. Beberapa kali, saya harus mencoba berbagai hal supaya anak mau makan makanan yang disajikan.

    BalasHapus
  9. Jadi ingat anak saya, kebalikannya Elo. Anak saya malah suka sayur, baik sayur berkuah maupun tumisan. Dan susah makan daging dengan alasan alot. Makan sih daging dan ikan tapi harus beneran fresh juicy gitu. Kalau digoreng udah dingin aja, udah ga mau makan... Beda sama sayuran, mau panas mau dingin, makan lahap terus...

    BalasHapus
  10. Betul Mbak, tantangan banget kalo punya anak yang nggak mau makan sayur. Wah sekarang ada game-nya ya, pasti seru. Sepertinya saya juga mau coba Mbak

    BalasHapus
  11. Wah, mbak Lis usahanya keras sekali ya membuat anak2 doyan makan sayur hehehe. Senangnya ada culinary schools games juga yang tambah semangat dan memberikan contoh jenis makanan sehat :) Anak makan lahap, mamahnya happy :)

    BalasHapus
  12. Wahh, bekalnya Elo enak banget tuh...Syukurlah kini makin suka sayur ya. Senangnya program Gemayur salah satunya membawa dampak baik bagi anak-anak.
    Terkait makan sayur, minggu lalu aku ngawal murid SMA sekolah anak bontotku ke sebuah lomba. Dari 20 an anak yang mau ambil sayur bisa dihitung jari. Bahkan dari 5 anak laki-laki, yang ambil sayur (tumis kangkung, tumis genjer, lalapan komplit) cuma anakku, yang 4 lagi ambil nasi dan ayam goreng doang...duh, memang game macam culonaryschool bisa jadi sarana edukasi makanan sehat ya...bagus ini!

    BalasHapus
  13. Perjuangan kak Lisdha membuahkan hasil ya, Elo jadi suka makan sayur.
    Memang dah tiap proses bakal memberikan hasil apik. Apalagi seneng pula cara kasih wawasannya lewat main game, biar makin gereget

    BalasHapus
  14. Memang ada ya, beberapa anak yang gak suka makan sayur. Dulu waktu anak-anak masih kecil, mereka juga pilih-pilih sayur yang mau mereka makan. Setelah udah agak besar, baru deh mereka mau makan sayur yang beragam.
    Mengenalkan anak makanan sehat dengan games pastinya bisa lebih efektif dibandingkan memaksa mereka, ya. Anak-anak bisa main game sekaligus mengenal makanan yang sehat untuk mereka.

    BalasHapus
  15. Mbak kyknya anak2 tu kalau ada program makan bersama di sekolah tu jadi kebawa temen2nya gak sih? Minimal dia mau icip2 gitu akhirnya mau deh makan sayurnya.
    mantul mbak bisa nanem2 sayuran di rumah, pasti happy banget ya kalau dah panen.
    Btw aku juga beberapa kali mainin games cullinary school, gamesnya beragam ya, gak bikin bosan.

    BalasHapus
  16. Wiw, keren banget perjuanganmu Mbak dari nggak doyan sayur, sampai minta lalapan! Wow..aku juga suka games culinary school ini!

    BalasHapus
  17. Penting banget anak nau makan makanan sehat ya mbak
    Orang tua harus melakukan banyak cara, termasuk melakukan edukasi dengan game yang menyenangkan seperti ini ya

    BalasHapus
  18. Kereen ka Liss..
    Anak ada kesulitan mengenai makan sayur, mama semakin kreatif juga mengakalinya agar anak minimal mengenal. Lalu ingin mencoba dan pada akhirnya, mereka pintar menemukan sendiri mana sayur yang disukai dan kurang disukai.

    Melalui games, pendekatannya jadi lebih mudah yaa..

    BalasHapus
  19. Selama game digunakan dengan maksud baik pasti hasilnya juga baik
    Makanya saya gak larang anak main game asal tahu waktu
    Harus sadar kewajiban dan hak
    Belajar dari game tentu akan lebih menyenangkan

    BalasHapus
  20. Ih keliatan seru banget bund gamenya. Anak saya bisa juga nih cobain kalau udah agak gedean haha.

    BalasHapus
  21. Masya Allah ibu tuh emang kreatif ya, segala cara dilakukan agar anaknya mau makan, terlebih makan sayur yang kebanyakan anak-anak kurang suka. Hebat, keren 😍 ditambah dengan game yang seru ya, wah makin seneng makan sayur nih 😍

    BalasHapus
  22. Ternyata memang nggak mudah ya Bun, bikin anak suka sayur. Semangat dan cara-caranya ini nih yang patut diacungi jempol. Keren Bundanya Elo :)

    BalasHapus
  23. Wah, itu milestones banget, Mbak. Anak bungsu saya juga susah makan sayur dan buah. Tiap makan harus kering. Ajaibnya ada bawang seuprit saja kelihatan dan langsung disingkirkan. Sekarang si bungsu baru mau masuk TK, semoga segera bisa nyusul si kakak dengan request makan sayur.

    BalasHapus
  24. Saya pernah sih beberapa kali main di culinary ini, gamenya keren-keren. Bikin betah mainnya, pengetahuan juga jadi bertambah

    BalasHapus
  25. Alhamdulillah adek sudah mau makan sayur ya mbak, karena sayuran sangat penting bagi tubuh. Jadi inget adik saya yg dari kecil nggak suka sayur dan sukanya telur dadar. Setelah SD pake kacamata hingga kini udah jadi bapak.

    BalasHapus
  26. Untuk anak kecil, game ini bagus tak hanya penalaran tetapi juga membiasakan hidup teratus. Beberapa game memang cocok dimainkan anak-anak

    BalasHapus
  27. Sepertinya program Gemayur ini perlu diterapkan juga untuk sekolah-sekolah lainnya. Merangsang keinginan anak untuk makan sayur dengan game juga bisa jadi solusi terbaik.

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)